Pak Bari, itulah lelaki yang selalu masuk ke dalam imajinasi liarku. Seperti yang telah aku jelaskan tadi, jika aku dan istriku sedang berbincang mesum, sosok ayah mertuaku itulah yang selalu aku bayangkan untuk bisa meniduriku. Awalnya aku selalu mencoba untuk mengalihkan segala pikiran mesumku dari beliau, tapi apa daya, aku sama sekali tak bisa. Bahkan terkadang, ketika aku dan istriku sedang heboh-hebohnya bercinta, aku sengaja memejamkan mata dan membayangkan jika orang yang bercinta denganku saat itu adalah Pak Bari, ayah kandung istriku.
•
•
•
•
•Terlelap, aku tertidur. Aku tak tahu, sudah berapa lama aku tertidur seperti ini. Kubuka mataku perlahan, kutatap pintu kamar tidurku yang masih terbuka lebar. Aku tidur dalam posisi miring,meringkuk dengan posisi udang. Yang jelas, ketika aku terbangun, aku merasa ada sesosok lelaki yang juga ikut tidur di belakang tubuhku.
'Ooooohh.... TUHAN....!!! Apakah dia pak Bari...?" batinku mempertanyakan sosok lelaki yang ada di belakang tubuh telanjangku.
Kuhirup nafas dalam-dalam dan mencoba mengendus aroma lelaki yang tidur dikamar ini. Dan dari aroma khas ini aku yakin jika, "Astaga.... dia benar-benar ayah mertuaku..."
Entah karena gengsi atau malu, yang jelas aku tak berani menunjukkan kepada pak Bari jika saat itu aku sudah benar-benar terjaga. Jadi satu hal yang bisa aku lakukan saat itu adalah, hanyalah berpura-pura tidur. Tiba-tiba, sebuah tangan menyentuh pantatku. Sentuhan itu sangat ringan seolah-olah dia juga takut jika aku akan terbangun. Dari sentuhan perlahan berubah menjadi rabaan, dan dari rabaan perlahan berubah menjadi remasan. Pelan tapi pasti, ayah mertuaku mulai mempermainkan tubuh telanjangku. Awalnya pak Bari hanya mengusap pantat, mengelus paha, meraba pinggang hingga pada akhirnya, tangan mesum ayah mertuaku mulai meremas-remas daging bulat pantatku.
Mendapat perlakuan tak senonoh dari lelaki yang sering aku bayangkan, gairahku mulai merasuk dan aku merasakan sesuatu. Dengan terus berpura-pura tidur, secara inisiatif aku mencoba untuk membalas godaan ayah mertuaku dan menggerakkan tubuhku seolah merasa agak terbangun. Bukannya aku membuka mata dan menegur ketidak sopanan ayah mertuaku yang saat itu sedang meraba-raba tubuhku, aku malah berpura-pura tidur lagi. Namun bedanya, aku mulai berani mendorong pinggulku ke belakang, sengaja menyajikan pantat bulatku ketangan ayah mertua kesayanganku itu. Tahu alam bawah sadarku merespon tangan mesum ayah mertuaku, tak beberapa lama, aku mendengar gemerisik pakaian dan yang aku tahu, kasur tempat tidurku sedikit berguncang. Aku yakin jika saat itu pak Bari sedang melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Dan setelah telanjang bulat, kembali ia memposisikan tubuhnya searah denganku serta meletakkan tangan mesumnya di pantatku sambil berbisik pelan.
"Ohhhh Gara! Mengapa kamu menggoda bapak seperti ini le? Mengapa kamu tidak meminta bapak secara langsung. Apakah kamu ingin jika bapak yang mengambil langkah pertama..?" ucap ayah mertuaku lirih.
"Kalo memang itu yang kamu mau, Ok le. Bapak disini sekarang! Bapak sudah siap melayani semua kebinalanmu..." tambahnya sambil terus mengusap dan meremas pantat bulatku.
•
•
•
•
•Tanpa ragu dan dengan tenaga bull dozer, lelaki tua itu yang tak lain mertuaku sendiri, menyerangku, memelukku dengan kuat, mulutnya menciumi wajahku, leherku dengan bringas dan rakus. Aku pasrah badanku digerayangi, pakaianku diacak-acak. Tubuh mertuaku panas, gemetar namun liar. Benar yang ia katakan tadi seperti orang kehausan, mungkin karena lama tidak mencumbu wanita dan tak ada wanita yang mau dengannya kecuali aku menantu laki-lakinya sendiri.
Aku biarkan dia menikmati tubuhku, aku serahkan semuanya malam ini untuknya. Tubuhku dibuat merinding olehnya, dalam sekejap dia berhasil menelanjangiku. Ciumannya bertubi-tubi, jilatannya menjalar kemana-mana sampai dadaku, leherku basah oleh ludahnya. Mertuaku yang sudah tua seperti mendapat durian runtuh bisa menggagahiku malam ini, diluar dugaannya pastinya.