BAPAKU🔥

1.5K 20 0
                                    

Setelah lelah berlari menghidar dari kejaran babi hutan, kami pun sampa di jalan. Kudengar suara bapak memanggil ku.

"Jokooo..."

Lalu aku dan Mula mendekat ke arahnya.

"Ana apa deneng mlayu-mlayu kasi kemringet ?" (Ada apa kok lari-lari sampai keringetan ?) tanya bapak.

"Di uber celeng bapane Joko." (Di kejar babi hutan bapaknya Joko) jawab Mula.

"Oalah, makane nek dolanan aja mblangsak." (Oalah, makanya kalo main jangan belangsakan).

"Bapak tes ngarit ?" (Bapak abis nyari rumput ?) tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Iya, yawis mayuh bali ngrewangi bapak ngurusi wedus." (Iya, yaudah ayo pulang bantuin bapak ngurus kambing) suruhnya.

"Nek kaya kuwe nyong bali disit ya Jok." (Kalo kaya gitu aku pulang dulu ya Jok) kata Mula.

"Ya." jawabku.

"Pareng bapake Joko." (Pamit bapaknya Joko).

"Iya, ya."

Lalu aku dan bapak pulang ke rumah. Setelah sampai aku langsung membersihkan diri dari bekas pergumulan ku dengan Mula tadi.



"Nek wis, rewangi bapak mayuh ngurusi wedus." (Kalo udah, bantuin bapak ayo ngurusin kambing) ajaknya.

"Mayuh." (Ayo).

Lalu aku dan bapak menuju ke kandang kambing yang berada di belakang rumah. Setelah sampai aku mulai melangkah menaiki tangga kandang. Ada juga sebuah papan yang di gunakan untuk kambing-kambing itu turun.

Sesampainya di dalam kandang aku langsung menutup hidung ku. Baunya sungguh luar biasa pekat.

"Mambu ya ? Kaya wis ora biasa." (Bau ya ? Kayak udah ngga biasa aja) kata bapak sambil nyengir.

"Tapi tetep bae mambu pak." (Tapi tetap aja bau pak) jawabku.

Bapak hanya tersenyum menanggapi ku.

"Terus nyong kon rewangi apa pak ?" (Lalu aku harus bantu apa pak ?) tanyaku tidak sabar.

"Gawa metu wedus sing kie karo sing kae." (Bawa keluar kambing yang ini sama yang itu) arahnya sambil menunjuk-nunjuk kambing yang di maksud.



Setelah menyelesaikan tugas dari bapak, bapak juga baru saja selesai membersihkan kandang dari kotoran-kotoran kambing. Lalu aku berjalan menuju ke arah bapak yang sedang berdiri di pintu kandang dan sambil memperhatikan ibu kambing tadi.

"Winihe di tokna sisan ora pak ?" (Ibu kambingnya di keluarin sekalian ngga pak ?) tanyaku penasaran.

"Ora, winihe gep kon matil." (Ngga, ibu kambingnya mau kawin) jawabnya.

"Matil karo sapa pak ?" (Kawin sama siapa pak ?) tanyaku lagi.

"Kae bandot sing kae." (Kambing jantan yang itu) katanya sambil menujuk ke arah dua kambing jantan yang ada di dalam kandang.

"Winihe esih prawan ora pak ?" (Ibu kambingnya masih perawan ngga pak ?) tanyaku.

"Huss... ora, wong wis manak pindo." (Huss... ngga, udah dua kali melahirkan) terangnya.

"Hehe..."

"Jok tokna bandote siji sing kae ya." (Jok keluarin kambing jantannya satu yang itu ya) perintahnya lagi.

Aku segera masuk ke kandang lagi bersama bapak. Aku memgeluarkan kambing yang satu sedangkan bapak mengikat ibu kambing agar tidak berontak.

"Kie bandote di uger ngendi pak ?" (Ini kambing jantanya mau di ikat di mana pak ?) tanyaku.

Bapak MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang