1. Di Terminal
Aku baru saja sampai di daerah B***** naik bis dari pelabuhan m****. Aku tinggal di P******** dan tujuanku mau ikut tes sebuah departemen di J******, jadi aku bermaksud main ke rumah temanku waktu masih kuliah yang ada di b***** ini. Ternyata mau masuk ke terminal b***** benar-benar macet dan sama sekali tidak beraturan, jadi kernet bis menyuruh penumpang yang tersisa untuk turun dan lewat jalan belakang agar lebih cepat sampai. Aku senang sekali mendengarnya, karena sejak di terminal s***** aku harus menahan kencing, mana AC mobilnya dingin sekali, jadi aku benar-benar tersiksa selama perjalanan terutama sejak mulai masuk daerah J******. Jadi aku berjalan cepat-cepat, melewati gedung yang tak terpakai dan lewat di bagian belakang gubuk-gubuk di pinggiran terminal. Lalu aku melihat sebuah WC umum dan dengan segera aku masuk ke sana. Aku lupa tempatnya di sebelah mana, tapi yang kuingat WC umum itu agak masuk kalau dari luar. Aku cepat-cepat masuk ke bagian laki-laki, dan aku kaget saat melihat 2 bilik sama sekali tidak berpintu. Satu kosong dan satu lagi ada yang sedang mandi sehingga bisa kulihat kontolnya. Meski mulai terangsang aku cepat-cepat ke tempat buang air kecil yang seperti tempat mengambil air wudhu di masjid. Jadi siapapun yang buang air kecil akan bisa melihat dengan jelas kontol orang lain. Saat aku mulai kencing ada seorang bapak yang masuk kencing juga, saat akan mengambil kontolnya ia sempat melirik kontolku, tapi aku cuek aja karena aku memang sangat kebelet. Lalu ia selesai dan masuk lagi seorang yang masih muda, umurnya sekitar 25 tahunan, kulit agak gelap dan tingginya sekitar 160-165cm, rambutnya agak ikal dan ia memakai seragam seperti yang dipakai kondektur bis-bis kota. Aku masih belum selesai juga saat ia membuka tali pinggang lalu menurunkan resleting dan membuka kancing celana panjangnya yang berwarna hitam lusuh. Ia sama sekali tidak memakai celana dalam, karena saat kancingnya dibuka langsung terlihat kontolnya dan jembutnya secara penuh. Aku kemudian selesai dan kulirik kontolnya sekali lagi, saat itu ia juga menatapku. Aku kaget tidak menyangka akan bertemu mata seperti itu. Dia tersenyum, tak terlalu manis memang, aku membalasnya dengan sedikit senyum. Ia kemudian mengarahkan kontolnya sedikit menyamping ke arahku dan dia sudah selesai kencing, tapi ia tak memasukkan kontolnya malahan ia sedikit memainkannya ke arahku. Kaget dan takut serta senang, perasaan itu campur aduk. Aku melirik ke arah dia sekali lagi dan kali ini dia membuat gerakan mengocok di kontolnya. Aku sekarang melirik ke arah orang yang sedang mandi, ternyata dia sedang handukan dan memperhatikan kami berdua. Lalu laki-laki yang tadi kencing berkata.
"Ke belakang yuk?"
"Belakang mana Bang?" tanyaku.
"Yah kalau kamu mau ikut aja." jawabnya.
"Ngapain Bang?"
"Biasalah, sudah lama kontolku ini nganggur," ujarnya sambil tersenyum.
Aku juga tersenyum dan sekali lagi melirik ke arah lelaki yang tadi masih handukan, ia masih handukan dan kulihat kontolnya sedikit menegang, aku rasa ia pasti mendengar apa yang kami bicarakan karena ruangan itu tidak terlalu luas.
"Kenapa, takut?" tanya laki-laki itu.
"Tenang saja aku nggak bakal berbuat jahat, aku cuma mau ngelepasin pejuh di kontolku, liat biji pelerku sedikit membesar, kayaknya kepenuhan." katanya lagi.
Akhirnya aku mengangguk dan kami berjalan keluar setelah ia membereskan celananya.
"Hei, tak usah bayarlah," katanya saat aku akan mengeluarkan uang untuk membayar jasa WC.
"Mau kemana Rid?" tanya penjaga WC yang kutaksir umurnya sekitar 23-an pada laki-laki yang bersamaku.
"Ke belakang warung Didi," jawabnya.
"Ngapain?" tanya penjaga itu lagi.
"Kalau kau mau, datang sajalah, barang baru." ujar laki-laki yang ternyata bernama Arid sambil menyenggolkan bahunya di tanganku. Aku kontan saja malu bukan kepalang. Penjaga WC itu menatapku dan ia tersenyum, lalu ia membuat gerakan oral ke Arid yang kembali tertawa. Kami berdua segera meninggalkan tempat itu.