Setelah ashar aku pergi ke sawah untuk menemui bapak.
"Bu, Joko pan meng sawah nusul bapak." (Bu, Joko mau ke sawah nyusul bapak) pamitku.
"Ya, ati-ati aja pecicilan, matane denggo nek mlaku ben ora kepleset." (Iya, hati-hati jangan nakal, matanya di pake kalo lagi jalan biar ngga kepleset) jawab ibu.
"Nggih." (Iya).
Setelah pamit aku langsung pergi.
Di jalan menuju sawah aku lihat bapak-bapak yang sedang mengangkut hasil panen. Kulihat badannya sangat bagus, kulit coklat, lengan kekar, perut yang terbentuk ditambah lagi keringat yang mengalir membuat mereka semakin menggoda.Lama mengamati mereka akupun tersadar, dan bergegas pergi ke sawah.
Sesampainya disawah kulihat bapak sudah menyelesaikan pekerjaannya. Itu terlihat dari bapak yang sudah membersihkan diri dan duduk santai di gubuk.
"Bapak..." teriaku.
Bapak tersenyum melihat kedatanganku, sambil melambaikan tangan untuk bergegas mendekat padanya. Ah, mungkin bapak sudah tidak sabar.
"Si suwe?" (Kok lama?) tanya bapak.
"Mangap pak, miki Joko ndeleng wong ngangkut panenan dela." (Maaf pak, tadi Joko lihat orang lagi angkut hasil panen) jawabku sambil nyengir.
"Yawis, yuh." (Yaudah, yuk) ajak bapak.
"Meng ngendi pak?" (Kemana pak?).
"Wis melu bae." (Udah ikut aja) kata bapak sambil menarik tanganku.
Aku dibawa bapak ke kebun cabainya. Lalu bapak menuju ke pojok kebun yang terlihat lebat tanaman cabainya. Setelah itu, bapak lalu menggelar sarungnya ditanah.
"Jok, cepet ngeneh." (Jok, cepet kesini) perintah bapak.
Lalu aku mendekat ke bapak dan duduk diatas sarung. Setelah itu lalu bapak menidurkanku.
Bapak memandangiku teliti, setelah itu kurasakan benda hangat dan kenyal dibibirku. Ternyata bapak menciumku. Kubalas ciuman sambil tanganku merangkul lehernya.
"Mmmmm..."
Ciuman bapak benar-benar membuatku takluk dibuatnya. Lidah bapak menyedoti lidahku dan bergantian menjilati bibirku.
Setelah puas, bapak melepaskan celanaku. Kini aku setengah telanjang, hanya baju saja yang kupakai.
Lalu tangan bapak bermain di daerah lubang pantatku. Dibelainya lubang pantatku dan tangan satunya meremas buah pantatku.
"Aahhhh..."
Tiba-tiba kurasakan geli dilubang pantatku. Kulihat bapak sedang menjilatinya. Lidah bapak sangat lincah menjilati lubang pantatku. Tak lupa pula mulutnya juga menyedoti dengan penuh gairah.
"Sluuurrppp... sluuurrrppp..."
"Mmmhhh... bapak..."
Bapak masih menjilat dan menyedoti pantatku sambil matanya tertaut dengan pandanganku.
Setelah puas aksi mulut bapak dipantatku, terlihat bapak sedang melepaskan celananya. Tapi bapak hanya menurunkannya sebatas lututnya dan terpampanglah kontol bapak.