Aku sudah menikah selama hampir 15 tahun dan dikaruniai 4 anak yang lucu-lucu. Pada awal pernikahanku dengan istriku Anti, segalanya begitu baik. Bapak mertuaku tidak pernah menunjukkan hal-hal yang tidak baik. Tingkah lakunya selalu santun penuh sabar dan banyak memberikan pemikiran yang baik dan memang bapak mertuaku banyak disukai ibu-ibu RT di sekitar rumahnya. Aku akui sampai sekarang memang aku belum mampu mempunyai rumah sendiri, sehingga sejak awal pernikahanku aku tinggal di rumah mertuaku.
Istriku adalah dua bersaudara, kakaknya juga perempuan ikut suaminya di pulau lain, sehingga memang bapak mertuaku kasihan kalau tinggal di rumah sendiri tanpa ada yang menemani. Pada waktu itu memang aku selalu hormat pada bapak mertuaku dan aku juga cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah bapak mertuaku sehingga aku cepat diterima sebagai warga yang baik di situ. Pada waktu itu aku sudah kerja di usaha garment. Letak kantor dan rumahku yaitu rumah bapak mertuaku sangat jauh, boleh dikatakan berbeda kota, sehingga aku selalu harus berangkat ke kantor pagi-pagi subuh. Hal ini memang sudah menjadi rutinitas sehari-hari yang wajar. Hari demi hari berjalan wajar dan istriku mulai mengandung anakku yang pertama. Setiap pagi apabila aku bersiap-siap pergi ke kantor selalu istriku belum bangun, bahkan sampai aku berangkat biasanya dia belum bangun. Tetapi bapak mertuaku selalu sudah bangun dan sudah rapi, dan membantuku dengan menyiapkan sarapan. Semuanya berjalan baik.
Sampai suatu pagi ketika aku bangun tidur, bapak mertuaku biasanya baru selesai mandi dan beres-beres rumah. Tetapi tidak seperti biasanya, sekali ini kulihat bapak mertuaku keluar dari kamar mandi hanya memakai cd yang ketat. Peristiwa itu memang tidak terlalu menjadi perhatianku karena dia adalah bapak mertuaku. Besoknya terjadi hal yang sama, bapaku keluar dari kamar mandi pada saat aku baru bangun dan duduk di ruang tengah, dan sekali ini cd di bagian bokong agak sembarangan di tutup sehingga agak terbuka sedikit. Yang mengkhawatirkan adalah hal ini mulai mempengaruhi pikiranku, tetapi aku selalu berhasil mengusirnya.
•
•
•
•
•Saat kami semua sarapan pagi, aku hendak menceritakan peristiwa yang kualami semalam, tapi aku malu, takut ditertawakan, jadi aku diamkan saja peristiwa semalam. Hari kedua disana, aku, istri dan anakku tamasya ke daerah wisata, kami pulang sudah malam. Seperti hari kemarin, setelah ngobrol-ngobrol dan istirahat bapak mertuaku memberi kami minuman buatannya, aku dan istriku pun langsung meminumnya. Herannya kurang lebih 30 menit setelah aku menghabiskan wedang buatan bapak mertuaku, rasa ngantuk kembali menyerangaku dan istriku. Karena sudah tidak sanggup lagi menahan rasa ngantuk yang begitu sangat, kami berdua pamit hendak tidur, untungnya anak kami sudah tertidur dalam perjalanan pulang.
"Mas aku ngantuk! Selamat tidur ya Mas."
Langsung istriku merebahkan badan dan tertidur dengan pulasnya. Aku pun ikut tertidur. Apa yang kemarin malam terjadi, malam ini terulang kembali. Pagi harinya setelah aku melihat bekas sperma dan bekas gel pelicin yang sudah mengering dan membuat kusut jembutku, aku bertanya tanya dalam hatiku?
•
•
•
•
•Kukecup kening istriku dan dia pun langsung tertidur. Aku masih melamun, kenapa hari ini aku tidak mengantuk seperti biasanya? Apa karena aku tidak meminum minuman buatan bapak?
Hampir setengah jam setelah istriku terlelap, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki menghampiri kearah kamarku. Langsung aku pura-pura tertidur. Kulihat ada yang membuka pintu kamarku, saat kubuka sedikit kelopak mataku ternyata bapak mertuaku.
'Mau apa beliau?' Aku terus pura-pura tertidur. Untung lampu tidur dikamar kami remang-remang jadi ketika aku sedikit membuka kelopak mataku tidak terlihat oleh bapak mertuaku. 'Degh..' jantungku berdebar saat bapak mertuaku menghampiriku, langsung mengelus-elus burungku yang masih terbungkus celana pendek. Aku hendak menegurnya, namun rasa penasaran dengan apa yang terjadi 2 hari ini dan apa yang akan dilakukan bapak mertuaku membuat aku terus berpura-pura tertidur.