BERAWAL dengan menjadi miskin dan tak berdaya, mengharapkan sebuah cahaya kehidupan. Berakhir pada garis takdir ia memulai butiran dosa yang akan menjadi langkah awal setelah menghadapi kehidupan yang miskin. Tak terhitung lagi berapa banyak darah serta nyawa yang telah ia renggut sejak kecil hingga kini di saat dirinya menjadi lemah tak berdaya akibat kebencian para masyarakat kalangan kelas atas dengan berbagai kesombongan mereka. Ia berakhir dengan ikut gabung dalam kelompok pembunuh bayaran.
Matahari yang semula terbit dari ufuk timur kembali menenggelamkan diri, malam akan datang dan kegelapan malam menyertai kejahatan mereka. Pada bangunan tua yang sedang dirawat agar layak dihuni, lentera menyinari beberapa sudut ruangan. Udara dingin menyelinap melalui jendela yang terbuka, memperlihatkan bulan yang bersinar pada titik tertingginya.
Duduk dengan santai pada sofa yang nyaman bersama furnitur mewah yang didapatkan secara ilegal. Mengabaikan apa yang telah mereka lalui, mengabaikan betapa dosanya mereka menjadi sosok pendosa pada dunia yang kejam.
Pemilik surai pirang dengan netra biru itu menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Melirik ke arah kakaknya yang berkutik pada koran yang sedang dibaca. "Aku tidak memercayai perempuan itu. Apa yang membuatmu tertarik membawanya menjadi bagian dari Celestial, Kak? Mengapa kau tidak menjadikannya bawahanmu saja dan membiarkannya mencuri demi uang? Bukankah pekerjaan bawahanmu tidak lebih dan tidak kurang seperti itu?"
Sang kakak yang merasa terpanggil kini menoleh, mengangkat satu alisnya. "Kurasa dia akan cukup berguna. Bayangkan, Liam, dia memanipulasi pedagang dan banyak orang demi bertahan hidup walau pada akhirnya ia tetaplah miskin."
Pria cebol dengan surai hitam kini menoleh, tampak tertarik dengan pembicaraan kali ini. "Ya, perkataan Louis benar adanya dan aku adalah orang yang mengetahui tentang dirinya, lantas menyampaikannya kepada Louis." Ia kini menoleh ke arah Liam. "Liam, bayangkan jika ia dapat memanipulasi target kita dan menghasilkan banyak keuntungan. Terdengar menyenangkan, bukan? Terlebih lagi ia perempuan, akan ada banyak pria yang sukarela memberikan apa pun demi kecantikan perempuan."
"Aku percaya jika ia akan berguna. Celestial harus melakukan aksi tanpa meninggalkan jejak, dan memanipulasi seseorang adalah salah satu cara untuk melakukan itu," sahut Louis.
Max mendekat ke arah Liam, merangkul pundaknya. "Tenang saja, Liam. Max Informan Jenius akan membuat Celestial semakin menakjubkan! Lihatlah properti yang sudah kita miliki walau baru empat bulan kita membentuk Celestial. Pulau terpencil dengan penyimpanan persenjataan di sana, dan kapal yang besar untuk berlayar mengelilingi dunia ini. Celestial berkembang cukup pesat."
Liam kini menoleh ke arah si cebol. Ia mendengus kesal dan menepis tangan Max untuk menyingkir dari tubuhnya. "Dan itu semua didapatkan dengan menaruhkan nyawa. Kakak hampir mati hanya demi meraih properti itu semua." Liam menunjuk ke arah Louis yang kembali berkutik pada korannya.
Max memutarkan bola matanya, tidak tertarik dengan jawaban Liam. "Terserah padamu, wahai Liam yang sangat mencintai kakaknya." Max mendengus kesal. Ia menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dan melipat kedua tangan di depan dada. Sejenak ia merilekskan pikiran, sesaat kemudian tubuhnya kembali duduk dengan tegak dengan wajahnya yang tampak ceria.
"Apa kalian tahu Sirkus Manusia?"
Louis dan Liam menoleh, menunggu Max membuka suaranya. "Perjudian yang terletak di Moonhaven Barat. Itu bukan perjudian biasa, itu adalah perjudian yang menggunakan manusia sebagai objek mereka dan menontonnya layaknya sirkus. Percayalah, jika kau bertaruh pada satu manusia yang sedang ikut dalam perjudian, jika anak itu menang, maka kau mendapat uang dua kali lipat dari uang yang kau pertaruhkan."
Liam menatapnya dengan tatapan mengerikan. "Sumpah demi Tuhan, sebenarnya dari mana kau mendapatkan informasi semacam itu? Apakah itu akan menguntungkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐫𝐨𝐧𝐢𝐜𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐍𝐚𝐦𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥 (END)
Historische Romane{Prequel The Chronicles About Us} Terbaring lemah, tak menjadi milik siapa pun. Kota bagaikan neraka bersama manusia dengan kasta tinggi bagaikan pendosa besar. Kemiskinan dan ketidakadilan sosial membuatnya menjadi korban dari semua nasib buruk yan...