15 - Lautan Penuh Dosa

105 23 17
                                    

BULAN kali ini benar-benar mencapai titik tertingginya, menampilkan cahaya rembulan pada genangan air setelah hujan deras. Kilatan petir tak lagi membelah langit, kali ini bergantian seorang anak membelah kehidupan pada mulutnya yang beracun. Membunuh tanpa menyentuh, menyiksa tanpa menyentuh dan terlalu bermain-main pada rencananya sendiri. Ia bahkan tidak memikirkan konsekuensi, hanya ingin semua cepat selesai.

Mata yang tertutupi kain kini perlahan-lahan mulai dibuka. Berkedip beberapa kali dan melihat ke sekeliling sebelum menyadari terdapat percikan darah di dekatnya. Menoleh ke arah darah tersebut dan netranya menggelap. Rasanya seperti jantungnya dihantam dengan keras dan kilasan masa lalu kembali terputar.

Nikolov Trifonov duduk tak berdaya seraya diikat di kursi.

"Aku harap tubuhnya belum membusuk." Maria berjalan mendekati Nikolov, duduk di sandaran tangan kiri sofa. Ia mengusap surai panjang Nikolov. "Ini hadiah untukmu, Ibu. Apakah kau ingat dia?"

Tangan Rosemary bergetar, sekujur tubuhnya terasa kaku. Bulu kuduk merinding, hawa tak mengenakkan menguasai bangunan ini. Pada gelapnya malam hari, bangunan yang hanya disinari lentera di beberapa sudut ruangan membuat hawa terasa mencekam. Bersamaan dengan tatapan Maria, Rosemary merasa dunianya berhenti. 

Tatapan itu mengerikan. Senyuman lebar di wajahnya tidak terlihat manis, itu menakutkan. Darah pada lantai dan tubuh Nikolov yang diikat bukanlah sesuatu yang menarik—bagi Rosemary.

"Ibu, aku Marielle, bukan Marie." Marie mengusap lembut surai Nikolov, lalu mendongakkan kepala Nikolov yang sebelumnya menunduk. "Ayahku kini berada di tanganku. Dengan begini, Ibu dapat dengan bebas melakukan apa pun tanpa memikirkan dunia. Ibu masih dendam, bukan?"

Rosemary menggelengkan kepalanya. Tangannya bergetar hebat, mulutnya memberikan celah, tetapi tak kunjung berbicara akibat tak kuasa. Untuk berbicara saja ia masih bergetar. "Ti-tidak .... Kau bukan Marielle ataupun Marie! Siapa dirimu sebenarnya?!"

Maria terkekeh, tangannya kini berada di kerah gaunnya. Ia membuka sedikit bagian kerah gaunnya, menunjukkan tulang selangkanya yang terdapat tahi lalat di sana. "Masih mengelak?" Maria kini melepas kalung milik Marie dan menunjukannya ke Rosemary. "Lihatlaj bercak darah kering ini. Marie sudah menuju ke kematiannya."

Buliran bening berhasil lolos dan membasahi wajah Rosemary. "Marielle?" Ia ingin berjalan satu langkah, tetapi kakinya terasa berat. "Ba-bagaimana bisa kau—"

"Bagaimana bisa aku mengetahui semuanya? Ini simpel. Hari di mana Ibu membuangku, aku hidup pada nasib yang begitu aneh. Berada di panti asuhan yang membesarkan anak hanya untuk diberikan ke kriminal dan berujung mati, aku diadopsi oleh seorang kriminal. Dan inilah aku, seorang perempuan yang sudah mengambil banyak nyawa akibat tindakanmu sendiri, Ibu."

Maria berjalan mendekati Rosemary, berdiri di belakangnya. Bibirnya tepat berada di samping telinga Rosemary. "Inilah aku, seorang anak yang kau buang. Jangan marah kepadaku jika aku terlihat brengsek. Pada dasarnya kau yang membuatku seperti ini, Ibu."

Nikolov kini mulai membuka kelopak matanya, membuat bola mata Rosemary dan Nikolov sama-sama membulat. Maria terkekeh senang. "Wah, wah. Inikah pertemuan antara kedua orang tuaku?" Maria memegang tangan kanan Rosemary sementara tangan kirinya mengambil revolver di saku gaunnya.

"Jika dendam, maka lakukan apa pun untuk menyelesaikannya. Dendam itu sudah lama sekali dipendam, lebih baik keluarkan semuanya." Maria memaksa Rosemary menggenggam revolver tersebut dan menuntun Rosemary untuk mengarahkan revolver pada kepala Nikolov. 

Nikolov menatap tidak percaya. "Hei, apa maksudnya ini, Marielle?! Rosemary, apa yang kau lakukan?!" Nikolov mencoba bergerak agar tali lepas, tetapi justru itu memperparah lukanya.

𝐂𝐡𝐫𝐨𝐧𝐢𝐜𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐍𝐚𝐦𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang