10 - Masa Lalu Celestial dan Rencana Gila

128 21 17
                                    

DARAH menetes bersamaan bentuk wajah yang tak lagi sempurna. Bola mata yang terjatuh ke lantai bersama genangan air yang bercampur dengan darah. Hujan tidak berhenti, masih terus menemani malam yang kejam bersama mayat yang tetap terikat pada kursi. Gemuruh yang membelah langit, keheningan malam hari, beserta peluru yang berhasil menembus kepala. 

Hubungan keluarga yang miris. Saudara kembar dengan latar yang berbeda, membuat pandangan hidup keduanya berbeda. Wajah yang sama tidak membuat pikiran mereka sama. Saling berpegang pada kepercayaannya masing-masing, bersama Marie yang masih berharap jika keluarga mereka akan lengkap dengan kehadiran Maria. Namun, semua sudah terlambat. Maria sudah terlalu jauh berkelana.

Revolver yang semula ia genggam erat kini dimasukkan ke saku gaun, tangannya beralih untuk melepas ikatan tali tersebut. Tali yang perlahan-lahan dibuka membuat jasad Marie terjatuh ke lantai. Maria menatap miris, tidak ada cara lain untuk Marie agar dapat bertahan hidup.

Maria melepas gaun Marie, memasukkannya ke dalam ranselnya. Sejenak ia terpaku pada kalung yang digunakan Marie. Ia juga mengambilnya. Netranya kini melirik pada jendela yang sudah rusak, menampilkan keadaan luar yang masih hujan—lebih tepatnya sekarang gerimis deras. Maria mengembuskan napasnya, rencananya untuk membakar habis bangunan ini justru sia-sia.

Maria duduk di atas kursi yang sebelumnya diduduki Marie. Ia menyandarkan punggungnya, menunggu hujan segera hilang dan rencana jahatnya akan segera ia lakukan. Setiap mencoba memejamkan mata, terlintas di benaknya akan semua percakapannya dengan Marie. Tentang Nikolov Trifonov, pria yang Maria temui di pelelangan.

Ia mengacak surainya, mencoba menghilangkan rasa penat. Kembali melirik ke jendela, gerimis sudah tiada, rencana akan segara dilakukan. Ia berdiri dan mengambil semua barangnya, mengeluarkan bensin dan korek api. Maria menuangkan bensin di tubuh Marie dengan jumlah yang banyak hingga genangan bensin bercampur dengan darahnya. Maria mengelilingi setiap sisi bangunan untuk memastikan semua area akan terbakar.

Bensin telah habis, ia membuang botol tersebut sembarang arah. Kembali mendekati jasad Marie, menyalakan korek api dan segera kabur.

Tersisa beberapa ide gila miliknya yang harus ia selesaikan. Menemui Nikolov, membunuhnya, dan sebuah hadiah untuk ibunya—Rosemary.

***

Bangunan yang selalu menjadi tempat istirahatnya kembali ia pijak. Suara jarum jam yang berdetak membuat ruangan terasa sangat sepi, pencahayaan hanya bermodalkan satu lentera yang menyala di tengah-tengah ruangan. Surai pirang yang sedang duduk di sofa dan menunduk, tampak sedang membaca buku. 

"Louis?" Maria mendekat, mencoba melihat siapa pria itu. Liam.

Liam berdehem, menoleh dan melihat penampilan Maria yang basah kuyup. "Dari mana?" tanya Liam. Maria hanya menggeleng. Liam kembali sibuk pada buku yang ia baca, mengabaikan Maria. "Kakak dan Max sedang membunuh target pelanggan," ujar Liam seakan-akan tahu isi kepala Maria.

Maria kembali mengangguk. "Max sedang tidur, bukan? Tadi dia yang memberikanku jubah ini dan pergi tidur." 

"Dia memang tidur. Namun, saat ia tahu jika kakak ingin pergi menemui pelanggan, ia langsung terbangun dan ikut bersamanya."

Liam mengambil teh yang berada di atas meja, meminumnya perlahan. "Max memang gemar membunuh. Sudah sedari ia kecil."

Maria duduk di sebelah Liam, menaruh ranselnya di lantai. "Sampai saat ini juga ia masih kecil. Cebol." Maria menyandarkan tubuhnya, menoleh ke arah Liam. "Bagaimana kalian membentuk kelompok ini? Apa latar belakang kalian?"

Liam melirik ke Maria, menaruh gelas tehnya di atas meja dan kembali berkutik pada bukunya. "Kita lahir di desa pencuri. Desa yang penuh dengan kejahatan, di sanalah kami dibesarkan dan bertemu Max. Desa yang kotor, mengakibatkan banyak penduduk yang memiliki penyakit, salah satunya orang tua kami dan berakhir mati. Sama halnya dengan Max. Mulai dari sana, kita berkumpul dan mencuri semua harta penduduk dan membentuk kelompok."

𝐂𝐡𝐫𝐨𝐧𝐢𝐜𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐍𝐚𝐦𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang