13 - Temui Kematianmu

124 24 15
                                    

MATAHARI mencapai titik tertinggi, beberapa jam akan berlalu dan senja akan datang. Kuda yang berlarian di berbagai tempat, melewati perkotaan dan hutan. Entah sudah berapa jam berkuda dan entah sudah berapa banyak ia bertanya lokasi pada penduduk setempat, ia belum sampai di tujuannya. Keringat bercucuran di pelipisnya, mendongak ke atas dan melihat matahari yang perlahan-lahan akan terbenam.

Waktu berjalan dan menggiring semua manusia berjalan ke masa depan hingga ia sudah berada tepat di depan markas Celestial. Maria turun dari kuda milik Nikolov, menaruhnya di depan bangunan dan mengikatnya di pohon. Ia masuk tanpa ragu, berjalan cepat tanpa memperhatikan sekeliling. 

Setiap rencana yang ingin ia lakukan, selalu muncul rencana lain. Maria mampu menyelesaikan semuanya dengan sekejap, lantas ia tidak memiliki waktu luang.

"Hei, Keparat!" teriak Liam dari belakang yang sedang duduk bersama Louis dan Max. Maria menoleh, menatap mereka yang tampak sedang berdiskusi. "Tidak bisakah kau sadar siapa dirimu sekarang?" 

Maria memiringkan kepalanya, tampak bingung. Liam mendengus, tangannya dilipat di depan dadanya. "Kau perlu bersyukur kami menolongmu dan membawamu menjadi anggota ini. Dan kau setidaknya perlu berkontribusi dalam rencana kami."

Maria mengembuskan napasnya. Menolak akan membuatnya tidak memiliki apa pun karena pastinya akan berakhir diusir. Namun, menerimanya akan memperlambat rencananya. Baiklah, demi mereka mempercayaiku.

Ia berjalan mendekati mereka, duduk di samping Max. "Jadi kau bernama Maria?" tanya Louis. Maria mengangguk. "Akhirnya kau menyebutkan nama aslimu." 

"Sejak kapan kau memiliki gaun ini?" Max menyentuh gaun Maria, netranya tampak berbinar saat melihatnya. 

"Mencurinya." Maria menutupi beberapa bagian yang terkena darah dengan tangannya. Berpura-pura jika tangannya sedang bertumpu pada pahanya. "Baiklah, apa yang ingin kalian lakukan?"

"Sebelumnya aku dan Max mendapat pelanggan, dan sekarang menemukan pengkhianat," ujar Louis."

"Pengkhianat?" tanya Maria.

Max mengangguk. "Bawahan Louis. Pria itu bukanlah bagian dari polisi militer atau Budak Bangsa. Namun, ia justru adalah bagian dari kelompok orang-orang yang gemar mencuri dan merusak kelompok lain semacam kita. Bersyukur jika ia tidak membawa kelompoknya untuk menghancurkan kita, ia hanya mencuri uang. Dan kelompok itu memiliki markas di bar."

"Lalu kalian menemukannya?" tanya Maria kembali.

Liam menggeleng. "Aku ikut mencari, dan tidak menemukannya. Namun, kemungkinan terbesar adalah bar di dekat menara Mythera walau tetap saja kita belum menemukannya."

"Dan kami butuh solusi darimu. Sesuai dengan perkataan Liam, kau anak tiri Vincent Winston—seorang pembunuh berantai," sahut Louis.

Maria mengangguk, ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Tampak berpikir, dan tidak lama ia kembali menoleh ke Max. "Apa dia memiliki orang terdekat? Anak, misalnya?" tanya Maria, dan Max mengangguk. "Baik. Mungkin ini akan mudah."

"Kalian membutuhkan lokasi pria itu, bukan? Jika ia memiliki anak, maka akan sangat mudah." Maria kembali menoleh ke Max. "Bagaimana hubungannya dengan anaknya sendiri? Berapa umur anaknya? Apa mereka dekat?"

Max menggeleng. "Mereka tidak begitu dekat, tetapi anaknya membutuhkan kasih sayang berlebih. Setahuku, saat ia masih menjadi bawahan Louis, ia hanya mencari uang untuk menghidupi anaknya dan tidak memberikan kasih sayang. Anaknya selalu mencarinya di bar dekat menara Mythera. Kami tidak bodoh, kami menanyakan ke anak itu tapi tidak berhasil walau sudah diancam. Membunuhnya juga adalah keputusan yang salah karena kemungkinan besar hanya anak itu yang mengetahui di mana ayahnya."

𝐂𝐡𝐫𝐨𝐧𝐢𝐜𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐍𝐚𝐦𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang