05 - Kuat, Pintar, dan Lemah

170 30 34
                                    

SORAKAN kagum para pengunjung mengisi ruangan. Ketika salah satu perhiasan mewah—kalung berlian yang harganya bisa mencapai ratusan juta berada di atas meja dan ditunjukkan kepada pengunjung dengan mewah. Mereka semua memikirkan uang yang akan dikeluarkan, mencoba merebut perhiasan itu. Ini sudah barang yang keempat dan baru satu barang yang berhasil dibeli oleh orang yang duduk di atas—entah siapa namanya, Maria tidak peduli.

"Kita mulai dari harga seratus lima puluh juta!" teriak si pembawa acara.

Para pengunjung mengangkat nomor peserta mereka tinggi-tinggi seraya meneriaki nominal yang sanggup mereka bayar. Mereka saling melempar teriakan, tidak ingin kalah dengan lawannya. 

"Seratus enam puluh!"

"Seratus lima puluh lima!"

"Seratus tujuh puluh!"

Si pembawa acara tampak tertarik saat mendengar nominal seratus tujuh puluh. "Peserta nomor dua puluh lima mengajukan nominal seratus tujuh puluh! Menarik! Namun, kurasa barang ini berhak mendapat nilai yang besar!" 

Mendengar tersebut, semua orang kembali ribut. Setiap sudut terdengar betapa bisingnya tempat ini. Mereka semakin menaikkan harga, tidak ingin kalah dan kembali melempar teriakan.

"Lima ratus."

Seketika ruangan menjadi hening, mereka mengenal siapa suara itu. Si pembawa acara tersenyum lebar, ia menunjuk ke arah atas. "Peserta nomor empat puluh empat! Dengan nominal lima ratus juta, berhasil mendapat kalung berlian ini! Wah, wah, Tuan Nikolov sangat bersemangat, ya."

Dari atas sana, Nikolov terkekeh, ia menopang dagunya dengan tangan yang bertumpu pada meja. "Keluarkan saja semua koleksi perhiasan kalian, Pembawa Acara. Kalau bisa, tunjukkan kepadaku sebuah lukisan besar yang menarik. Rumahku membutuhkan itu," saut Nikolov.

Pembawa acara terkekeh. "Baiklah, baiklah. Namun, sayang sekali, lukisan tidak ada untuk kali ini. Perkiraan mungkin lusa. Baiklah, lanjut ke barang kelima."

Seorang perempuan berjalan ke tengah panggung dan membawa meja beroda, mengambil kalung berlian dari meja yang ditaruh di tengah panggung dan menaruh barang selanjutnya. Seketika para pengunjung bersorak girang, tampak kagum dengan barang yang satu ini.

"Barang kelima—Pistol Wheellock! ini adalah mekanisme pencucuh bubuk mesiu menggunakan gesekan roda yang menyebabkan percikan api untuk menembakkan senjata api. Benda ini adalah mekanisme senjata api pertama yang bisa menyalakan api sendiri, yang berarti dapat ditembakkan secara efisien dengan satu tangan."

Louis duduk tegak. "Yang satu ini ..., menarik." 

Liam mengangguk. "Ya. Namun, kita hanya menggunakan uang hasil dari Dewi Kematian, kita tidak bisa menambahkan uang itu dengan uang cadangan Celestial. Itu akan merusak keuangan kita."

Max seketika menoleh dan terkekeh. "Wah, wah, kau memanggilnya dengan nama panggilan yang aku buat!"

Si pembawa acara mulai berbicara. "Baiklah, kita mulai dari harga dua ratus lima puluh!" lanjut 

Louis mendesah kesal, ia mengepalkan tangannya. "Tidak ada cara lain."

Kedua pundak Liam melemas. Saat ia mendengar ucapan Louis, ia langsung memahaminya. "Kita kejar orang yang berhasil mendapatkannya."

Semua orang saling melempar teriakan, mencoba menjadi pemilik barang yang dilelang. Masih sama seperti sebelumnya, mereka menaikkan harga dengan kelipatan lima. Mulai dari orang yang menawarkan seratus enam puluh, dua ratus, dua ratus lima, dua ratus sepuluh. Tidak selesai, mereka semua masih saling rebutan, Pembawa acara juga masih diam dan menunggu harga yang memuaskan untuknya.

𝐂𝐡𝐫𝐨𝐧𝐢𝐜𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐍𝐚𝐦𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang