32 - Kronik Berakhir

59 11 0
                                    

KEDUANYA terus bersama.

Lantunan musik diputar, menghiasi ruangan yang bermodalkan beberapa lentera. Masih banyak orang-orang di sini, meminum minuman mereka seraya berdansa. Lembaran uang berserakan di meja, bekas orang yang berjudi. Mereka berteriak dalam riuhnya malam, bulan menghiasi kegembiraan mereka.

Nyatanya, Volkov benar-benar terus bersama Maria. Alasannya cukup simpel, ia hanya ingin berbalas budi. Maria sendiri tidak memperdulikannya selama Volkov tidak mengganggu—tidak, bukan itu alasan asli Maria. Volkov mirip dengan Alfred.

Maria terus meneguk gelas berisikan alkohol dan kembali menuangkan alkohol dari botol besar. Volkov sibuk membaca buku, hanya minum sekali-kali. Mereka bersebelahan duduk pada kursi dekat dengan bartender.

"Aku merasa aneh," ujar Maria secara tiba-tiba. Volkov menoleh, ia menutup bukunya dan minum.

"Aneh?"

Maria mengangguk. "Aku sudah memiliki anak."

Volkov menyemburkan minumannya, beberapa bagian bajunya basah, gelas yang ia genggam pun terjatuh. "Anak?!"

Maria kembali mengangguk. "Dahulu, aku seorang buronan yang tak sengaja pergi ke Avaloria dan menjalin hubungan dengan seorang pria di sana. Namun, aku berujung hamil dan meninggalkan anakku di sana agar ia tidak menjadi buronan. Suamiku juga seseorang yang penting sekali pada bangsanya, tidak mungkin ia menjalin hubungan serius denganku."

"Aku mengawasi anakku dari kejauhan sebenarnya, dan dia sekarang berada di Moonhaven," lanjut Maria.

"Dia berada di sini? Untuk apa? Bukankah itu tidak mungkin?!"

"Mungkin untuk mencari dalang dari kematian suamiku. Dan aku yakin sekali, hidupku tidaklah lama. Akhir-akhir ini aku merasakan ada orang yang mengawasiku, bahkan di sini juga sepertinya ada."

Volkov mendengkus. "Mengapa kau berpikir jika hidupmu tidak lama lagi? Lalu, kau ini sebenarnya sudah menikah?" tanya Volkov dengan ketus.

"Kami tidak menikah, aku hamil di luar nikah dan tidak pernah menikah. Dan, ya, aku memang berpikir hidupku tidak lama lagi, aku akan menyerahkan diriku begitu saja pada orang yang akan membunuhku."

Volkov menggebrak meja sedikit keras. "Mengapa kau ingin sekali membuang nyawamu begitu saja, hah?!"

"Volkov, kau tidak tahu apa yang pernah aku lalui. Jika anakku berada di sini, kemungkinan besar ia akan berhadapan dengan orang yang mengincarku—Louis. Aku yakin ia akan menggunakan anakku untuk mencari diriku, lantas, satu-satunya cara adalah untuk mati di tangannya dan anakku tidak akan terlibat dengannya lagi."

Volkov justru terdiam, ia mengepalkan tangannya.

"Aku memiliki satu permintaan."

Volkov menoleh.

"Jika aku benar-benar mati, temuilah anakku di saat keadaan bangsa telah stabil. Katakan padanya bahwa kelahirannya bukanlah suatu kesalahan. Jika aku bukanlah buronan, aku akan menjaga dan membesarkannya hingga akhir hayatku."

"Tidak, aku ingin kau yang mengatakan itu kepadanya secara langsung."

"Kau terus bersamaku untuk berbalas budi, bukan? Baiklah, anggaplah permintaanku ini sebagai cara kau berbalas budi kepadaku."

Volkov semakin dibuat diam, ia menoleh ke arah Maria. Maria menopang dagunya dengan tangannya yang bertumpu pada meja. "Aku sendiri sudah pasrah. Perkataanmu satu tahun yang lalu—pertemuan pertama kita—adalah hal yang cukup benar. Aku juga manusia yang aku anggap dalam pandanganku selama ini."

"Kau tidak bisa pasrah begitu saja dengan perkataanku kala itu, Marielle! Aku berkata seperti itu agar kau tidak menganggap manusia seperti itu!"

"Volkov, kau tidak tahu bahwa kehadiranku akan merusak reputasi anakku. Ia bukanlah gadis biasa, dia berpengaruh pada bangsanya sendiri. Bayangkan saja, seorang ibu yang telah membunuh ratusan orang bertemu dengan anaknya yang seorang pahlawan. Aku mendedikasikan nyawa dan hidupku untuk dirinya."

𝐂𝐡𝐫𝐨𝐧𝐢𝐜𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐍𝐚𝐦𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang