Di belakang halaman rumah, Arga dan keluarganya sedang menikmati acara barbeque bersama.
"Ihh, Alix!" geram Lia ketika sosisnya diambil oleh Alix.
Alix berlari, mengundang Lia untuk mengejar.
Adeeva dan Asri menggeleng kepala melihat tingkah laku mereka, sementara Gibran dan Arga duduk di sofa, membahas pekerjaan dengan serius.
Adeeva tersentak kaget saat tangan kekar merangkulnya dari belakang. "Sayang, butuh bantuan?" tanya Arga.
"Mama, duduk aja sama Papa dan Lexa di sana, biar aku dan Eva di sini," ucap Arga pada Asri. Dia melepaskan pelukannya dan berdiri disamping Adeeva.
"Tidak apa, Mama disini," balas Asri.
"Gakpapa Ma, mama duduk aja," sahut Adeeva.
"Yasudah kalau begitu, mama ketempat papa ya! Jika perlu bantuan panggil Mama," ucap Asri yang dapat anggukan dari Arga dan Adeeva.
"Sayang, apa yang harus aku lakukan? Sepertinya hampir selesai," tanya Arga.
"Memang sudah selesai, kita pindahkan saja ke piring nanti bawa ketempat mama," ujar Adeeva.
Gelak tawa riang merayap di setiap sudut halaman, malam Minggu ini mereka melibatkan diri dalam kebersamaan yang hangat, mengisi waktu bersama keluarga tercinta. Terlebih mendengar cerita Alexa dan Lia yang random.
"Ngeselin kan?" Kesal Lia yang dapat gelak tawa dari semuanya.
Lia tengah bercerita tentang tingkah nakal Alix dan Fadil selama di sekolah.
"Sekali-kali sebelum keluar Smp," jawab Alix.
"Sudah-sudah, mami cape kebanyakan ketawa," Adeeva mengusap ujung matanya.
"Alix, belajar yang betul! Kamu akan meneruskan perusahaan papi kelak," ujar Arga pada anaknya agar berhenti untuk main-main.
"Iya-iya tau," kesal Alix.
"Sudahlah Ar, cucuku masih sangat muda. Biarkan dia bersenang-senang," celetuk Asri mengusap rambut Alix.
Seketika Alix terdiam; malam ini, dia berencana bertemu dengan Zira. "Ah, iya!" Alix memandang keluarganya.
"Aku izin keluar," ujar Alix.
"Ini sudah jam delapan, sayang. Mau kemana memangnya?" tanya Adeeva.
"Nongkrong bentar sama Fadil, izinin ya?" Alix memohon kepada Maminya.
"Alix," Arga menatap Alix dingin.
Alix tidak menyerah, dia menatap Asri dan Gibran meminta bantuan.
"Pergilah," jawab Gibran.
"Asyikk, terimakasih! Kalau begitu Alix pamit sekarang," Alix beranjak dari duduknya.
"Jangan pulang kemalaman," peringat Adeeva.
Sepertinya Alix harus cepat-cepat sebelum Gibran dan Asri pulang.
Setibanya di rumah Gibran, Alix memasuki kediaman tanpa ragu dan segera mencari Zira untuk bertemu.
"Tuan muda," sapa Yuni, salah satu pembantu di sana.
"Eh, Mbak Yuni, saya datang untuk mengambil barang yang tertinggal," ucap Alix.
Yuni mengangguk penuh pengertian. "Jika Tuan muda membutuhkan bantuan, tolong beri tahu saya," jawab Yuni.
"Terima kasih, Mbak!"
Alix melangkah naik tangga dengan mantap, mengetahui bahwa kamar Zira terletak di lantai atas. Tiba di depan pintu Zira, ia mengetuknya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (SELESAI)
Teen FictionTernyata, pepatah "jangan terlalu benci nanti cinta" itu benar adanya. Seperti yang di alami Zira, awalnya dia sangat membenci Alix, namun perasaannya mulunak dan berubah menjadi cinta ketika dia menyadari jika Alix adalah laki-laki baik dan selalu...