Alix mengecup dahi Zira penuh sayang setelah gadis itu memejamkan matanya. "Mimpi indah, sayang!"
Kemudian Alix mengambil handphone nya diatas nakas saat ada panggilan masuk, dia melihat nama "mami" yang tertera di layar handphone nya. Segera dia mengankat panggilan tersebut.
"Hallo, mami!"
"Sayang, apa kabar? Gimana liburannya?" Adeeva bertanya.
"Alix baik, mami, mami sendiri apa kabar?" Balas Alix, dia merubah posisinya menjadi duduk dan bersandar dikepala ranjang.
"Mami baik, tapi mami rindu sama kamu, mami pengen kita tinggal bersama kayak dulu," terdengar suara Adeeva yang sedih. Alix yang mendengarnya merasa tidak tega.
"Nanti Alix main kesana, mami," ucap Alix, berusaha menenangkan sang mami.
Sejujurnya Alix kerap ingin mengunjungi Adeeva, tetapi Arga selalu melarang Alix menemuinya, karena perbuatannya dulu membentak sang mami.
"Mami tunggu. Sayang, adik kamu sudah berada di jakarta, tolong dijagain yaa," ucap Adeeva.
"Benarkah? Alix sangat merindukan Lexa," ujar Alix terdengar senang mendengar kabar jika adiknya berada dijakarta.
Disebrang sana Adeeva tersenyum mendengar itu. Hubungan Alexa dan Alix memang cukup baik meski mereka hanya berkomunikasi lewat handphone.
"Sayang."
"Iya mami?"
"Mami cuma mengingatkan satu hal sama kamu. Mau seberapa jauh hubungan kamu sama gadis itu, mami sampai kapanpun tidak merestui! Mami tidak akan pernah menganggap gadis itu jika suatu saat kalian memaksa menikah, Alix." Suara Adeeva terdengar serius.
"Mami dulu memperjuangkan hak kamu yang menginginkan kasih sayang Papi, dan mengabaikan perasaan mami yang memilih bertahan sama papi. Mami tidak meminta balasan apapun dari kamu, sayang. Mami hanya ingin kamu menghargai perasaan mami, itu saja. Tapi sepertinya kamu lebih memilih gadis itu, jadi mami bisa apa?" Lanjut Adeeva, disebrang sana wanita itu menahan air matanya agar tidak turun, tapi sayangnya tidak bisa, Adeeva tetap menangis.
"Sayang, mami tutup ya. Jaga kesehatan, jangan lupa makan," setelah mengucapkan itu Adeeva memutuskan sambungannya secara sepihak.
Alix memandang kosong kearah depan, hatinya jelas sakit mendengar ucapan maminya, jelas saja dia bisa merasakan kesakitan maminya. Tapi untuk meninggalkan Zira, dia tidak bisa. Zira membutuhkannya.
'Tuhan, aku harus bagaimana?'
__________Setelah mengantar Zira ke apartement, Alix memutuskan pergi ke rumah Asri yang dimana ada adiknya.
"Kak Alix!" seru Alexa dengan gembira sambil berlari mendekati Alix.
Alix tersenyum lembut dan berjongkok, kemudian merentangkan tangannya agar Alexa bisa masuk ke dalam pelukannya.
"I miss youuu!!!" Bocah kelas 5 sd itu memeluk tubuh sang kakak erat.
"Kakak juga, sayang," balas Alix.
Asri tersenyum melihat interaksi hangat antara Alix dan Alexa, dan kemudian dia berjalan mendekati kedua cucunya.
"Lexa udah besar," kata Alix sambil melepaskan pelukan dari adiknya dengan lembut.
Alexa tersenyum bangga sembari menepuk dadanya. "Iya dong, Lexa sudah besar! Lexa juga sudah bisa naik sepeda kakak!" serunya penuh semangat.
Alix tertawa begitupun dengan Asri.
"Kakak, nginep disini yaa!" Mohon Alexa.
Alix tersenyum kemudian mengangguk. "Iyaa, sayang. Kakak menginap," balasnya.
"Yeayyyyy!" Senang Alexa.
"Kakak, nanti kita pergi jalan-jalan ya bareng kak Lia juga," ujar Alexa penuh semangat.
"Boleh, mau kemana hm?" tanya Alix dengan senyum hangat.
Alexa tampak berfikir sejenak, kemudian dia mengatakan dengan semangat, "Lexa mau ke pasar malam!"
"Oke, sayang!" Alix mengacak rambut Alexa gemas.
__________Setelah cukup lama bermain dengan Alexa, Alix memutuskan kembali ke apartement untuk menemui Zira, sekalian ingin mengajak gadis itu ke pasar malam bersama.
"Sayang, bangun. Udah sore," bisik Alix tepat ditelinga Zira yang kini masih tertidur sangat pulas.
Zira mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menghilangkan rasa kantuk dan menyesuaikan penglihatannya.
"Rasanya aku masih ingin tidur," balas Zira, yang kini sudah sadar.
"Udah sore, kamu juga belum makan siang," ujar Alix, mengelus rambut kekasihnya.
Zira mengangguk kecil, kemudian dia duduk dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.
"Aku buatkan minuman segar buat kamu," ucap Alix, pemuda itu beranjak dari tempatnya untuk membuat minuman segar, dengan harapan agar membuat Zira lebih rileks.
Tak lama kemudian, Alix kembali dengan membawa segelas jus alpukat untuk Zira. "Diminum," ucap Alix sambil menyerahkan gelas tersebut kepada Zira. Gadis itu menerima dengan senang hati dan segera meminumnya, menikmati kesegaran dari jus alpukat yang dibuat oleh Alix.
"Makasih," ucap Zira, sembari menaruh gelasnya diatas nakas.
"Sama-sama."
"Lebih baik kamu mandi, aku akan pesankan makanan untuk kamu," ucap Alix.
"Kamu udah makan?" Tanya Zira.
"Udah dirumah nenek, ada Lexa disana," balasnya.
"Nanti malam kita kepasar malam ya, Lexa ingin kesana," ajak Alix.
Zira mengangguk semangat, dia juga senang pergi ke pasar malam terlebih bersama Alix.
Alix tersenyum melihat Zira yang begitu senang. Rasanya dia tidak ingin menghilangkan rasa senang itu pada Zira.
"Kamu harus bahagia, Ziraa!" Ucap Alix.
"Bahagia ku adanya kamu disisi aku, Alix. Jika kamu ingin melihatku bahagia, jangan pergi," balas Zira, gadis itu menerjang tubuh Alix, memeluk tubuh pemuda itu erat.
Alix membalas pelukan sang kekasih, tanpa sadar air matanya turun. Hatinya sakit, luar biasa sakit. Dia mencintai Adeeva sebagai wanita yang melahirkannya, tetapi Alix juga sangat mencintai Zira. Tidak mudah baginya untuk melepaskan gadis itu.
"Sayang, apapun yang terjadi, kamu harus tau, bahwa aku sangat mencintaimu," ucap Alix.
_________Jadi deeva sakit, tapi Alix-Zira juga sakit😓
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (SELESAI)
Teen FictionTernyata, pepatah "jangan terlalu benci nanti cinta" itu benar adanya. Seperti yang di alami Zira, awalnya dia sangat membenci Alix, namun perasaannya mulunak dan berubah menjadi cinta ketika dia menyadari jika Alix adalah laki-laki baik dan selalu...