"AAAAA!"
Dengan terkejut, Alix dan Zira segera memalingkan pandangan mereka ke arah sumber suara. Mereka melihat Lia, yang tampak dalam keadaan akan tenggelam. Tanpa ragu, Alix segera bergerak untuk menyelamatkan Lia.
Alix tau bahwa Lia tidak bisa berenang. Rasanya jantungnya ingin melompat keluar dari dadanya karena panik dan takut. Tanpa berpikir panjang, Alix bergerak dengan cepat untuk menyelamatkan Lia.
Dengan teriakan panik, Alix segera berenang menuju kearah Lia. Dia menarik tangan Lia yang hampir tidak sadarkan diri, membawa Lia ke permukaan air dengan cepat agar bisa bernapas.
Alix menepuk pelan pipi Lia yang masih setengah sadar. " Lia."
"A-alix," lirih Lia merasa ketakutan.
"Jangan tinggalin aku!" Lia memeluk tubuhnya sendiri.
Zira menatap Lia dengan tatapan dingin, merasa bahwa kehadiran gadis itu mengganggu waktu yang seharusnya dia dan Alix habiskan bersama.
"Uben otw sini, aku udah telpon dia," ucap Zira.
"Buat antar Lia ke Villa atau kalau ada yang sakit bisa langsung kerumah sakit," tambahnya tersenyum manis kearah Lia.
Alix mengangguk pelan. "Terimakasih, sayang."
"Tidak masalah, sahabatmu sahabatku juga," balas Zira.
"Kalau lo gak bisa berenang, kenapa maksa berenang Lia?" Tanya Zira, kemudian dia mengeluarkan handuk dari tote bag nya dan menyelimbutkan pada Lia.
"Terimakasih Zira," ucap Lia.
"Gue tadi mau ngambil topi gue yang terbang," balasnya.
"Lain kali hati-hati," sahut Alix.
"Woyy," Uben datang dengan langkah terburu-buru, wajahnya penuh kekhawatiran.
"Makannya tadi lo ikut gue aja, ngapain di pantai sih katanya takut," kesal Uben, kemudian berjongkok.
"Iya-iya gue salah," kesal Lia.
"Sudalah, Uben cepet bawa Lia ke Villa," ujar Alix.
Uben mengangguk kemudian membantu Lia untuk berdiri. "Ayoo! Lo emang demen bener ngintilin Alix, makanya cari pacar," ucap Uben.
Lia berdecak kesal mendengar ucapan Uben. "Gak ikhlas gak usah bantu," ketus Lia.
Setelah keduanya pergi, Alix mendekat kearah Zira.
"Sayang, ayo makan siang terlebih dahulu," ucap Alix dengan lembut saat melihat jam tangannya sudah menunjukkan waktu setengah satu siang.
"Aku mau makan seafood," ucapnya begitu semangat.
"Boleh," Alix tersenyum, kemudian menggenggam tangan Zira berjalan menuju resto dekat sini.
_________"Astagaa, bener-bener ya Alix!" Kesal Adeeva.
Kini Lia dan Adeeva tengah melakukan panggil Video.
"Tidak apa, Mami. Justru aku merasa tidak enak karena mengganggu waktu Alix dan Zira," balas Lia.
"Tapi seharusnya dia tidak membiarkan kamu! Kamu habiss tenggelam, YaTuhan, mami bener-bener kesel sama anak itu," disebrang sana Adeeva tampak kesal, disebelahnya Arga mencoba menenangkannya.
"Terimakasih atas kekhawatiran mami dan papi, tapi sekarang aku baik-baik saja," ujar Lia, yang tak ingin Adeeva terus menyalahkan Alix.
"Apa perlu Papi menjemputmu, Lia?" Tanya Arga di sebrang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (SELESAI)
Fiksi RemajaTernyata, pepatah "jangan terlalu benci nanti cinta" itu benar adanya. Seperti yang di alami Zira, awalnya dia sangat membenci Alix, namun perasaannya mulunak dan berubah menjadi cinta ketika dia menyadari jika Alix adalah laki-laki baik dan selalu...