Perfect love-32

1K 61 15
                                    

Pagi itu, Alix mendapat pesan berisi foto Zira yang tengah diikat, dari nomor yang tidak dikenal. Perasaan cemas langsung melanda Alix. 

Tanpa memperdulikan orang rumah Alix segera pergi begitu saja. Baginya tidak ada hal yang lebih penting dari keselamatan Zira.

"Alix, kamu mau kemana?" ucap Adeeva agak berteriak saat Alix pergi begitu saja.

Bahkan karena kekhawatiran yang begitu besar, Alix tidak memperdulikan teriakan Adeeva. 

'Tuhan, lindungi Zira!'

Alix mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, bahkan ia menyelinap melewati lampu merah dengan risiko hampir menabrak sebuah mobil. Keadaannya yang panik dan terburu-buru mungkin menghalanginya untuk memperhatikan aturan lalu lintas dengan cermat.  

'Bajingan, Tio bajingan!' Umpat Alix dalam hatinya, dia sangat yakin jika dalang ini semua adalah Tio.

Setelah hampir satu jam perjalanan, Alix sampai di tempat tujuan di mana Zira disekap. Di sebuah gedung berjulang tinggi yang terlihat kosong dan tua.

Sebelum masuk, Alix mengirim pesan pada Fadil untuk membawa polisi ke tempat tujuan. Saking paniknya tadi, dia hampir lupa soal itu. Keselamatan Zira menjadi prioritas utama, dan bantuan dari polisi sangat dibutuhkan untuk mengatasi situasi tersebut.

Di luar gedung, suasana sangat sepi, seolah tidak ada orang sama sekali. Namun, Alix yakin bahwa di dalamnya banyak pasukan Tio yang siap untuk membunuhnya dan juga Zira.

"AAAA JANGANN!" Teriakan yang sangat dikenali oleh Alix membuatnya terkejut sekaligus khawatir.

Tanpa ragu, Alix segera naik ke lantai atas, yakin bahwa Zira berada di sana. Hatinya dipenuhi dengan ketegangan dan kekhawatiran akan  Zira. 

Alix mendobrak pintu ruangan yang diyakininya tempat Zira berada, namun setelah terbuka, ruangan tersebut ternyata kosong. Tanpa ragu, Alix naik kembali ke lantai dua.

"TIO BANGSATTT, ANJING LO!" Teriak Alix dengan napas yang memburu karena belum juga menemukan keberadaan Zira. Namun, suara tangisan dan gelak tawa memenuhi seluruh gedung, membuat kegelisahan dan kekhawatiran Alix semakin bertambah. Rasa frustasi dan kemarahan menyelimuti hatinya. 

Hingga mata Alix tak sengaja melihat pintu yang berada di ujung dengan tulisan welcome. Tanpa pikir panjang, Alix berlari menuju pintu tersebut dan ia mendobraknya. 

Mata Alix membulat, hatinya hancur melihat anak buah Tio memaksa membuka Jeans yang dipakai Zira. Bahkan, ada di antara mereka yang sudah berhasil membuka baju atas Zira. Rasanya seperti dunia Alix hancur berkeping-keping saat melihat kejadian itu.

"BERHENTI, BAJINGAN!" Alix berjalan cepat, kemudian menendang salah satu anak buah Tio saat orang  itu hendak menyentuh hal berharga milik Zira. 

Tio mengode pada anak buahnya untuk diam.

"Alix!" Lirih Zira, suara itu membuat Alix terpukul. Dia menangis, hatinya terasa sakit melihat keadaan Zira, terutama saat melihat banyak luka dan memar di tubuhnya.

"Aku akan menyelamatkanmu!" Alix mengambil baju Zira dengan cepat dan segera memakainkannya pada gadis itu. 

Zira menerjang tubuh Alix dan menangis sejadi-jadinya, tubuhnya bergetar hebat karena rasa takut yang menyelimutinya.  

"Ada aku," Alix membalas pelukan Zira tak kalah erat.

Alix melepaskan pelukan Zira dengan lembut, lalu menyatukan dahi mereka. "Sayang, kamu pergi dari sini, biar mereka aku yang urus!" ucapnya.

Alix benar-benar tidak sabar untuk menghajar Tio dan orang-orang yang sudah menyentuh Zira.

Air mata Zira semakin deras turun, dia menggeleng keras. "Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu," balas Zira.

"Aku akan baik-baik saja, Fadil akan kesini," balas Alix, berusaha menenangkan Zira dengan penuh keyakinan.

"Sudah cukup drama nya!" Celetuk Tio.

Alix mendongak, menatap wajah Tio penuh dengan dendam. Kemudian, dia membantu Zira untuk berdiri. "Aku akan senang jika kamu pergi," ucap Alix.

"Alix, mana mungkin aku meninggalkan kamu?" Tanya Zira.

"Aku mohon!" Alix menatap Zira dengan tulus, berharap dapat meyakinkan gadis itu untuk pergi.

"Banyak omong lo berdua!" Kesal Tio yang sudah tak sabar untuk menghabisi Alix. 

Tio mengode anak buahnya, sekitar 20 orang, untuk menyingkir terlebih dahulu. Dia ingin menghabisi Alix dengan tangannya sendiri, menunjukkan betapa besar dendam dan kebencian yang ia miliki terhadap pemuda itu.  

"Gue bakal bebaskan lo kalau lo ngaku kalah dan sujud di kaki gue!" Tio tersenyum sinis, menatap Alix.

"Cuma karena kalah balapan, lo sampe dendam sama gue," ucap Alix dengan ketidakpercayaan terhadap tingkah Tio yang kekanakan.

"Kekanakan! Gue gak akan pernah sudi, sialan. Lo emang pecundang, pengecut!" tambah Alix, mencoba memancing emosi Tio. Situasi semakin memanas di antara keduanya, dengan ego dan kebencian yang membara.

"Sialan!"  Tio menarik kerah baju Alix.

Zira berjalan mundur sambil menutup mulutnya, jelas terlihat khawatir melihat Alix. Dia berharap bantuan segera datang.

Hingga akhirnya, perkelahian antara Alix dan Tio pun terjadi, dengan Alix yang lebih dominan. Pemuda itu penuh dengan dendam saat menghajar Tio.  Alix bertekad untuk mengakhiri konflik ini dengan kemenangan.

"Bajingan lo!"

Bugh

"Buat lo yang udah bikin Zira sakit!"

Bughh

Bughh

"Serang!" ujar Tio. Lalu sepuluh anak buah Tio menyerang Alix, sementara yang lain keluar karena Tio yakin Alix akan membawa temannya juga bahkan mungkin polisi. Namun, sebelum itu, Tio ingin Alix mati terlebih dahulu. Situasinya semakin tegang dengan aksi kejam yang dipimpin oleh Tio, menunjukkan betapa kejamnya dia dalam mencapai tujuannya.

Tio menyingkir sebentar agar anak buahnya mengambil alih. Dengan jumlah yang lebih banyak, Alix merasa kewalahan. Namun, dia harus tetap kuat demi Zira.

Alix melirik sekilas ke arah Zira yang tampak menangis. "Don't cry."

Hingga akhirnya, Alix tumbang karena kalah jumlah. Dalam pertarungan 1 lawan 10, jelas Alix akan kalah.

"ALIX!" Teriak Zira, saat gadis itu ingin berlari ke arah Alix. Tiba-tiba, datanglah Fadil beserta teman-temannya, termasuk anggota polisi. Kehadiran mereka memberikan harapan baru dan kekuatan bagi Zira.

"Alix!" Panik Fadil berjalan cepat kearah Alix.

"Sialan lo, Tio!" Marah Uben.

"Pengecut!" 

Para Polisi mengangkat pistolnya kearah anak buah Tio termasuk Tio. Lalu segera berjalan kearah mereka.

Dengan wajah yang dipenuhi memar dan darah, bahkan hampir sepenuhnya dipenuhi oleh darah, Alix nekat menghampiri Zira. 

Tio mengangkat pistolnya saat polisi dan teman-teman Alix menghampirinya.

Zira tersenyum haru, lalu berjalan ke arah Alix. Namun, matanya membulat ketika Tio menodongkan pistol ke arah Alix. Dengan cepat, Zira berlari mendekati Alix dan memeluknya, kemudian memutar tubuh mereka.

Dor!

Hening.

Tio melempar pistolnya kemudian mengangkat jari tengahnya kearah Alix. Setidaknya dia berhasil membuat Alix hancur. 

___________________

🙂🙂

Perfect love (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang