Banyak siswi yang berbondong-bondong pergi ke lapangan basket. Karena disana Alix yang jarang memainkan bola basket tiba-tiba main, dan lawan mainnya Rio, ketua basket di sekolah ini.
Wajah tampan Alix yang tersorot matahari, keringat yang berjatuhan dari pelipisnya menambah kesan tampan dan seksi. Setiap gerakan gesit saat mengoper atau memasukkan bola menjadi pemandangan yang memukau, menciptakan sorakan histeris dari para penonton yang terpesona oleh kepiawaian dan keanggunan permainannya.
Bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengabadikan momen langka tersebut.
"Alix," gumam Lia, gadis itu merasakan detak jantungnya berdegub kencang saat melihat pesona Alix.
"Astaga, tampan sekali!" Ucap Indah tanpa sadar memuji Alix.
Hingga permainan pun selesai dan dimenangkan oleh Alix dan teman-teman.
"Lo hebat," Ucap Rio, memberi pujian pada Alix.
"Lo jauh lebih hebat," balas Alix.
Rio tertawa kemudian merangkul pundak Alix. "Minum dulu ditempat gue, ajak temen-temen lo," Ucap Rio.
Alix menatap teman-teman yang mengangguk. "Oke!" Balas Alix.
"Lo ngerasa gak sih, sekarang Alix jadi lebih bebas? Dulu waktu deket sama Zira dia kayak gak bisa kemana-mana," Ucap salah satu siswi yang melihat interaksi Alix dan Rio tadi.
"Setuju!" Balas temannya.
"Gue suka Alix, dia bisa sebucin dan se-effort itu sama pasangannya," Ucap yang lainnya.
"Menurut gue itu bukan karena Zira, itu kemauan Alix nya sendiri. Gue lihat-lihat Zira bukan tipe yang suka ngatur-ngatur."
"Udah ah, jangan ngomongin yang udah gak ada," tegur temannya.
"Samperin gih," Vina sedikit menyenggol bahu Lia, agar gadis itu menghampiri Alix.
"Bentar, gue udah cantik kan?" Tanya Lia pada kedua sahabatnya sembari merapihkan rambutnya.
"Udah cantik kok, sana-sana!" Indah mendorong Lia pelan.
Lia tersenyum kemudian berjalan menghampiri Alix dan teman-teman nya berada.
Alix tampak tertawa kecil mendengar lelucon teman-temannya dan juga Rio.
"Wajah lo kondisikan, Hen!" Ujar Uben.
"Babi lo emang," kesal Hendra, karena selalu dirinya yang menjadi sasaran Uben.
"Hai," Tiba-tiba saja Lia datang.
Semuanya sontak berdehem dan berpura-pura batuk karena mereka jelas tau kedatangan Lia untuk siapa.
Lia tersenyum malu.
"Sini Lia, duduk disini!" Ujar Rio, yang akan pindah tempat duduk dan membiarkan Lia dekat dengan Alix.
"Mau kemana lo?" Kesal Alix.
"Santai aja, gue disana haha!" Kemudian Rio pindah tempat duduk didekat Uben.
"Cabut ajalah," celetuk Andre, beranjak dari tempatnya, disusul yang lainnya.
Alix berdecak kesal melihat itu.
"Alix, kamu jauhi aku?" Ucap Lia, dengan nada lirih.
Alix melirik Lia sekilas yang tampak menunduk. "Bahkan kamu berubah, Alix. Aku salah apa?" Lia mendongak menatap Alix dengan mata berkaca-kaca.
Alix menghela napasnya pelan mendengar keluhan Lia. Sejujurnya Alix hanya tidak nyaman dengan Lia yang terlalu agresif padanya, bahkan Lia secara terang-terangan mengejarnya.
"Apa karena aku mencintaimu, Alix?" Lia kembali bersuara.
"Sorry, Lia. Harusnya lo tau kalau gue cuma cinta sama Zira," balas Alix.
Lia mengusap air matanya dengan kasar. "Dia udah gak ada, Alix! Harusnya kamu move on dan lihat aku!"
"Aku akan meminta tante Eva untuk mengatur perjodohan kita kembali, Alix! Aku cape dari dulu nunggu kamu sadar!" Lia beranjak dari tempatnya kemudian pergi meninggalkan Alix yang hanya diam.
_______Dahi Alix berkerut saat mendengar suara seseorang tengah memasak di dapur apartemennya.
Langkahnya mantap menuju dapur untuk mencari siapa yang sedang memasak.
"Zira?" Lirih Alix.
________
Segini dulu yaa😊
Zira🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (SELESAI)
Teen FictionTernyata, pepatah "jangan terlalu benci nanti cinta" itu benar adanya. Seperti yang di alami Zira, awalnya dia sangat membenci Alix, namun perasaannya mulunak dan berubah menjadi cinta ketika dia menyadari jika Alix adalah laki-laki baik dan selalu...