Perfect Love-12

769 44 7
                                    

"Udah gue bilang, lo pasti menang!" Fadil menepuk pundak Alix, saat pemuda itu membuka helm nya.

"Nongkrong dulu lah," ajak Fadil.

Alix mengangguk. "Ayo naik, langsung pergi aja!"

"Gue bawa motor bego! Ajak aja Lia. Tuh, dia disana," ujarnya sambil menunjuk ke arah seorang gadis yang berjalan mendekati mereka dengan langkah anggun.

Wajah Alix menunjukkan ekspresi kekecewaan saat dia memandang ke arah gadis tersebut. Dia merasa sedikit kecewa dengan sikap Lia yang diam saja ketika teman sekelasnya memperlakukan Zira dengan buruk.

Lia yang sadar akan sikap Alix merasa sangat bersalah. "Alix, maafin aku."

"Sudahlah, jangan bahas disini!" Celetuk Fadil.

Lia memandang Alix dengan kebingungan yang tak tertahankan, ragu antara naik atau tidak.

"Naik!" Ketus Alix.

Dengan senyum cerah, Lia mengangkat wajahnya dan berterima kasih pada Alix sebelum melangkah menuju jok belakang dengan penuh kegembiraan.

Setelah perjalanan yang cukup singkat, mereka akhirnya sampai di kafe yang buka selama 24 jam. Meskipun malam telah menyelimuti kota dengan gelapnya, tetapi suasana di sekitar kafe masih terasa hidup dengan kegiatan orang-orang yang masih berkeliaran di sekitarnya, menambahkan nuansa kehangatan di tengah kegelapan malam yang menyelimuti.

"Duh, jangan pada diam-diam gitu, dong," Fadil mengomentari sambil menatap Lia dan Alix bergantian. Lia terlihat canggung, sementara Alix asyik dengan perangkat selulernya. Fadil menghela napas kecil, merasa sedikit kesepian dalam keheningan yang mereka ciptakan.

"Gue gak bisa lama-lama," celetuk Alix, sembari menyimpan ponselnya di saku celana.

"Ah, gak asik lo!" Ujar Fadil.

"Kamu pergi karena aku, ya?" Lia bertanya dengan tatapan sedih, memandang Alix.

Alix menghela napas berat sebelum menggeleng. "Tidak, aku pulang karena Zira mencariku," jawab Alix dengan suara rendah, lalu beranjak dari tempatnya.

"Duluan," ucapnya singkat sebelum melangkah pergi, meninggalkan Lia dan Fadil berdua.

Fadil menatap Lia dengan serius, menyampaikan pesannya dengan penuh perhatian. "Gue sadar masalah yang sedang kalian hadapi cukup berat. Maafin gue jika belakangan ini kurang memberikan waktu untuk kalian."

Lia menjawab dengan tenang, mencoba menenangkan suasana. "Jangan khawatir, gue yakin bisa nangani ini. Gue janji akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengembalikan nama baik Alix dan Zira."

Fadil memberikan dukungannya dengan tulus. "Gue percaya lo bisa, Lia. Dan jika lo butuh bantuan, jangan ragu untuk hubungi gue, ya?" Anggukan dari Lia menguatkan keyakinannya bahwa mereka bisa mengatasi semua masalah bersama-sama.
____

"Alix, aku kira kamu pulang," ujar Zira sambil menyibak selimutnya dan melangkah mendekati Alix yang sedang membuka jaket.

"Aku pergi menemui Fadil," jawab Alix, kemudian ia berbalik menghadap Zira.

Zira mengangguk lalu memeluk Alix erat. "Aku sudah tidak mengantuk lagi," keluhnya.

"Nonton Netflix mau? Besok kan libur," tawar Alix.

"Mauu! Tapi begadang itu tidak baik, kan?" keluh Zira.

Zira adalah gadis yang sangat terobsesi dengan kesempurnaan fisiknya, sehingga ia berkomitmen untuk menjalani gaya hidup sehat dan normal. Selain memperhatikan tubuhnya, Zira juga rajin menjaga kesehatannya.

Perfect love (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang