Dua tahun telah berlalu, dan Alix menjalani hidupnya dengan baik, meskipun terkadang ia harus berupaya keras untuk mencari penghasilan demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Terlebih Arga tak bersedia memberikan sepeser pun, pria itu hanya membiayai kebutuhan sekolah. Saat Adeeva dan Asri berkeinginan memberikan bantuan, Alix selalu menolak dengan halus.
"Sayang, mami udah transfer uang 50 juta untuk satu bulan kedepan. Mami tidak menerima penolakan Alix, kamu masih tanggung jawab Mami dan papi!" Terdengar suara Adeeva di sebrang sana tengah menahan tangis.
"Mami, Alix merasa tidak--"
"Kamu pantas sayang. Jangan bekerja lagi, mami tidak mau kamu kecapean, mami sayang kamu," Adeeva kembali bersuara memotong perkataan Alix.
"Kamu fokus belajar saja, sayang. Di masa depan kamu yang akan menggantikan papi di perusahaan," lanjut Adeeva.
"Mami tutup ya, mami sayang kamu!"
Alix tersenyum meski Adeeva tak melihat. "Alix juga sayang mami, maafin Alix."
Kemudian, panggilan itu terputus. Sejujurnya, Alix merasa penuh penyesalan terhadap Adeeva setelah insiden di mana dia melontarkan perkataan tajam pada wanita tersebut. Bahkan setelah kejadian itu, Arga melarangnya bertemu dengan Adeeva, bahkan juga Alexa.
"Alix," panggil seseorang menyadarkan Alix dari lamunnya.
"Zira sama Lia--" belum sempat Fadil melanjutkan perkataannya Alix langsung pergi begitu saja.
Sudah tak asing jika Lia dan Zira beradu mulut dan berujung di bawa ke BK.
-Zira menatap Lia dengan ekspresi heran, menyilangkan kedua tangannya di dada seraya bertanya, "Ngapain gue iri?" Suaranya penuh ejekan. Tanpa menunggu jawaban, Zira melanjutkan dengan nada santai, "Mungkin lo yang cemburu karena gue deket sama Alix."
Lia menunjuk ke arah dirinya sendiri dengan ekspresi tidak percaya, "Gue cemburu sama lo?" Ia menyertakan nada skeptis dalam suaranya.
Sambil tersenyum, Lia menambahkan dengan santai, "Hello! Jangan geer deh, lagian Alix cuma nganggap lo saudara. Kenapa gue harus cemburu?" Ungkapnya dengan nada rendah.
Dengan malas, Zira memutar bola matanya, "Kalau lo gak cemburu, tolong jangan ikut campur urusan gue sama Alix, pake segala ngadu ke tante Eva!" Tegasnya sambil memberikan sorotan tegas pada kalimatnya.
"Lo yang--"
"Zira," panggil Alix dengan berjalan cepat kearah gadis itu.
"Alix!" Zira tersenyum senang saat melihat keberadaan pemuda tampan itu.
"Alix," panggil Alix sambil melangkah cepat menuju Zira.
Wajah Zira berseri saat melihat kedatangan pemuda tampan itu. Dengan senang, dia memeluk Alix erat. "Dua hari ini kamu ke mana, Alix? Aku mencarimu di apartemen gak ada, " Setelah mengucapkan itu, Zira melepaskan pelukannya.
"Maaf, nanti aku jelaskan. Tapi sekarang kalian ada masalah apalagi?" Alix menatap Zira dan Lia secara bergantian.
"Kamu tanya sendiri sama dia," ketus Lia.
"Tidak ada masalah, ayo kita ke kantin! Aku lapar," ajak Zira sambil menggandeng tangan Alix.
Alix menghela napas dengan kasar, lalu mengangguk. "Gue dan Zira duluan," ucap Alix sambil melempar pandangan bergantian ke arah Fadil dan Lia, sebelum mereka berdua meninggalkan tempat.
Setelah Alix dan Zira pergi, Lia meluapkan emosinya di depan Fadil.
"Cewek itu bikin gue kesel, Fadil!"
"Lo juga jangan terlalu ikut campur, Lia," balas Fadil.
"Lo nyalahin gue?"
"Tidak begitu. Kita hanya sahabat untuk Alix. Meskipun Alix sering mengatakan bahwa Zira hanya dianggap sebagai saudara, kenyataannya, Alix memiliki perasaan khusus untuk Zira. Kita tidak berhak untuk mengatur atau ikut campur dalam hal ini," terang Fadil dengan tegas.
"Alix gak suka sama Zira! Ngaco lo," kesal Lia lalu pergi begitu saja meninggalkan Fadil.
Alix memperhatikan Zira dengan penuh perhatian, yang tengah menikmati makanannya dengan anggun dan santai.
"Katanya lapar, tapi malah makan salad buah. Apakah itu bisa membuatmu kenyang?" Sindir Alix.
Zira, gadis yang begitu keras kepala. Meski Alix berulang kali menyarankan agar Zira makan nasi agar kenyang, gadis itu tetap dengan tegas menolak.
"Gak usah sindir-sindir Alix," protes Zira menatap Alix sebal.
Alix berbicara dengan lembut, "Jangan terlalu keras pada dirimu, Zira," tanga Alix terulur seraya menyelipkan sehelai rambut di belakang telinga gadis itu.
Zira mendongak, memandang wajah rupawan Alix. Pemuda itu sungguh tampan, hampir seperti wajah yang identik dengan Arga.
"Aku hanya ingin hidup sehat Alix. Aku pun sama seperti orang-orang yang menginginkan makanan junk food," ucapnya.
Alix menghela napasnya dengan lembut. "Baiklah, maafkan aku, tapi kamu tetap harus lebih sering makan nasi juga."
"Iya-iya, bawel deh!" Zira tertawa, sementara Alix tersenyum kecil sambil mengacak-acak lembut rambut Zira.
"Pulang sekolah kamu duluan saja, aku mau latihan basket," celetuk Alix.
"Aku nunggu kamu," balas Zira.
Alix mengangguk, dan keduanya kembali asyik dengan hidangan masing-masing, sesekali diselingi oleh percakapan ringan yang mengalir.
Para siswa dan siswi yang menyaksikan adegan tersebut mulai membicarakan kedekatan keduanya, namun tidak ada kejelasan yang terlihat dalam hubungan mereka.
"Ini si Alix sukanya Zira apa Lia sih?"
"Menurut gue sih, Zira. Coba aja lihat dari tatapannya," jawab temannya yang lain.
"Kalau menurut gue, Lia, denger-denger sih Alix pernah bilang kalau Zira cuma dianggap saudara," sambung teman dengan rambut keriting.
Perempuan berambut sebahu setuju dengan ucapan teman yang berambut keriting. "Betul! Kalian ingat gak pas di vlog Lia? Di kamarnya ada Alix yang kelihatan seperti habis tidur, dan gue juga pernah lihat Alix marah besar ketika tahu Lia dekat dengan cowok!" ucapnya.
"Tapi gue setuju sama si Leha, Alix kayak suka sama si Zira. Lagian gue kayak suka Alix sama Zira, mereka cocok anjer mana goodlooking semua. Mon maaf nih, Lia biasa aja menurut gue," ucap Fuzi sembari memandang kearah Alix dan Zira yang tampak tertawa.
"Anjirr congor lo, kalau kedengeran orang sama fansnya abis lo," ceketuk temannya.
Fuzi menganggkat bahunya acuh. "Kenyataan."
"Eh, lihat instagram buru!" Ujar perempuan berambut keriting bernama Ayu.
"Apaan?"
"Buka aja sat," kesalnya.
"Si Lia upload video Alix yang lagi main gitar, parahnya itu di kamar Lia!" Ujar Leha yang terlihat syok.
"Buset, tuh kan apa kata gue!" Balas Ayu.
"Anjirr berani banget lo komen gitu," ucap Sekar saat melihat komentar Fuzi di postingan tersebut.
"Jiji banget gue lihat komentar Fansnya," balas Fuzi.
Bukan hanya mereka tapi semua siswa dan siswi membicarakan postingan Lia yang baru di unggah beberapa menit.
Komentar-komentar dari para netizen secara meluas mengalir ke akun Lia, bahkan akun Alix juga tak luput dari serbuan komentar yang sama banyaknya, semuanya berasal dari para penggemar Lia.
Lia memang cukup aktif di sosial media membuat dia banyak dikenal orang, bahkan Lia sudah cukup sukses di karirnya yang menjadi konten kreator.
______
Videonya aku up di IG😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (SELESAI)
Teen FictionTernyata, pepatah "jangan terlalu benci nanti cinta" itu benar adanya. Seperti yang di alami Zira, awalnya dia sangat membenci Alix, namun perasaannya mulunak dan berubah menjadi cinta ketika dia menyadari jika Alix adalah laki-laki baik dan selalu...