Alix akhirnya tertidur setelah menangis cukup lama. Dengan perlahan, dia merasakan kelelahan yang menyelimuti tubuhnya, dan tanpa sadar, paha Adeeva menjadi bantalan yang nyaman baginya. Dalam tidurnya, dia merasakan ketenangan.
Adeeva mengelus rambut sang anak dengan penuh kasih sayang, melihat Alix yang menangis sesegukan membuat hati Adeeva sakit.
"Kasihan anak aku, mas," ucap Adeeva tanpa menatap sang suami, wanita itu terlihat fokus menatap wajah anaknya yang terlihat kelelahan.
"Alix sampe kerja dan sewain apartement nya demi anak itu," lirih Adeeva.
Arga mendekat kearah anak serta istrinya, kemudia pria itu mengecup dahi sang istri penuh sayang. "Lagi-lagi aku yang salah," ucapnya penuh sesal.
"Maafin aku, sayang. Maaf, aku memang bodoh dan brengsek," mata Arga berkaca-kaca.
"Jangan terus meminta maaf," tangan Adeeva terulur mengelus rahang sang suami.
"Aku beruntung memiliki kamu, sayang. Kamu wanita hebat dan kuat," ucap Arga.
Adeeva tersenyum mendengar itu. "Kamu juga hebat."
Arga membalas senyuman Adeeva, lalu pria itu beralih menatap Alix yang tertidur pulas. Benar kata Adeeva, Alix terlihat lelah dan banyak pikiran.
"Sayang, nanti kaki kamu keram," ucap Arga.
"Tidak apa-apa, dia terlihat nyaman," balas Adeeva.
_____________Zira tampak murung sebab Alix tak kunjung pulang, terlebih pemuda itu berjanji akan mengajaknya ke suatu tempat.
Hingga tak lama terdengar suara bell berbunyi, gadis itu dengan langkah pelan berjalan kearah pintu lalu membukanya.
Zira tampak terkejut melihat keberadaan Asri seorang diri.
"Nenek?" Lirih Zira.
Asri berdecih kemudia masuk kedalam apartement begitu saja.
Zira mengikuti langkah wanita tua itu, kemudian duduk berhadapan dengan Asri, menciptakan jarak yang pas di antara mereka.
"Kamu dan Alix seperti suami istri saja," ucap Asri dengan nada sinis.
Zira hanya diam tanpa membalas perkataan wanita itu.
"Alix tidak mendapat warisan apapun dari Papi nya, dia lebih memilih kamu," ucap Asri yang langsung to the point, wanita itu menatap Zira tajam.
"Anak yang terahir dari wanita rendahan," lanjut Asri.
Zira mengepalkan tanggannya mendengar ucapan Asri yang merendahkan Bunda nya.
"Ingat ini! Kami tidak merestui kamu dan Alix bersama sampai kapanpun! Alix akan kami jodohkan dengan Lia jika dia tetap memilih kamu! Asal kamu tau, Alix tidak akan pernah menolak permintaan Mami nya," ucap Asri.
"Harusnya kamu sadar diri! Sudah untung kamu diurus suami saya tapi malah tidak tau diri," tambah Asri.
Wanita itu beranjak dari tempatnya, Asri memutuskan untuk segera pergi.
Zira terdiam dengan tatapan kosong setelah mendengar hinaan serta ucapan dari Asri. Wanita itu benar-benar membuat Zira merasa sakit hati.
"Bunda, kenapa dosa Bunda harus di tanggung Zira?" Pecah sudah tangisan Zira.
Hatinya benar-benar sakit luar biasa. Tidak ada suatu hal yang membuat Zira bahagia kecuali Alix, tapi kenapa Tuhan memperaulit kebahagiannya.
"Tuhan jika aku tidak diizinkan hidup bersama Alix, matikan aku! Aku tidak sanggup jika melihat Alix bersanding dengan perempuan lain," Zira menangis tersedu-sedu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (SELESAI)
Teen FictionTernyata, pepatah "jangan terlalu benci nanti cinta" itu benar adanya. Seperti yang di alami Zira, awalnya dia sangat membenci Alix, namun perasaannya mulunak dan berubah menjadi cinta ketika dia menyadari jika Alix adalah laki-laki baik dan selalu...