Perfect love-28

700 39 18
                                    

Pletak!

Alix menepuk kepala Fadil, merasa kesal dengan ucapannya yang begitu frontal. "Gila lo, gue belum pernah ngelakuin itu!" Kesalnya.

"Ya, meski hampir kebablasan tapi gak sampe masuk," lanjut Alix.

"Babi lo," balas Fadil.

Karena terlanjur telat, Alix dan Fadil memutuskan untuk membolos sembari menghabiskan satu bungkus rokok milik Fadil.

"Tumben mereka gak pada bolos," celetuk Alix, karena biasanya Uben, Hendra dan Andre jam segini sudah berada disini.

"Tobat kali," balas Fadil seadanya.

"Lo yang tobat, berhenti mainin cewek!" balas Alix.

"Diem lo ah, lagian kali ini gue serius sama Chika," ujar Fadil. 

Hening, keduanya menikmati ketenangan embuat mereka semakin betah berada disini.
______

Alix memutuskan pergi ke kantin untuk menyusul Zira yang sudah berada di sana. Senyumnya mengembang begitu melihat Zira, dan dengan langkah mantap, dia mendekati Zira.

"Sayang," panggil Alix, lalu dia duduk berhadapan dengan Zira.

"Alix, kamu bolos?" Tanya Zira.

"Maaf, Fadil mengajak," balas Alix.

"Apaan lo bawa-bawa nama gue!" Celetuk Fadil, yang datang bersama Chika. 

Chika duduk disebelah Zira. "Hai, Zira!" Sapa Chika.

Zira tersenyum tipis. "Hai!"

"Woy, kalian berdua bolos kagak ngajak-ngajak ya!" Hendra melangkah mendekat dengan ekspresi kesal. Di belakangnya, Uben dan Andre ikut bergabung. Ketiganya kemudian duduk di tempat yang masih kosong.

"Parah banget kalian," tambah Uben kesal.

"Mana tadi pelajaran Pak Kiki, sebel gue, marah-marah mulu tu orang," keluh Hendra, menggelengkan kepala dengan gerakan frustasi.

Fadil dan Alix hanya tertawa.

"Sialan!" Kesal Andre.

"Pesenin gue Dre!" Hendra penepuk bahu Andre agar pemuda itu memesankan makanannya.

"Pesen aja sendiri!" Ketus Andre, kemudian bangkit dari tempatnya untuk memesakan pesanan dirinya.

"Anjirlah," kesal Hendra, kemudian menyusul Andre.

"Gue nitip woyyy!" Uben sedikit berteriak agar Hendra mendengarkannya.

Tempat Alix begitu heboh karena adanya Hendra dan Uben, hal itu menjadi pusat perhatian, terlebih visual mereka yang memang cukup menarik perhatian apalagi dengan adanya Alix yang memang memiliki wajah rupawan menurun dari Arga.

"Mereka gak ngajak lo? Parah deh," Indah sedikit menyenggol Lia yang berada disebelahnya.

"Gue yang gak mau," balas Lia, matanya menatap Alix sedu.

"Ada masalah?" Tanya Vani.

Lia menggeleng lesu. Hatinya bener-bener sakit, ingin sekali dia menangis.

"Eh, kok lo nangis?" Panik Indah melihat tubuh Lia bergetar dengan mata yang sudah bercucuran air mata.

"Gue ke kelas duluan ya," Lia beranjak berdiri kemudian pergi meninggalkan kantin begitu saja, membuat kedua temannya merasa heran.

"Susul yuk, kasihan!" Ajak Vani.

"Lo duluan nanti gue nyusul," balas Indah, yang dapat anggukan dari Vani, kemudian gadis rambut sebahu itu segera menyusul Lia.

"Emang cewek sialan!" Umpat Indah menatap Zira penuh permusuhan, gadis itu tidak terima temannya nangis, Indah berpikir itu semua salah Zira.
Indah berdiri dan berjalan menuju meja di mana Zira duduk, mengambil satu gelas air di sepanjang perjalanannya. Dengan cepat, dia mendekati Zira.

Byur!

"Cewek plakor! Gak tau diri," umpat Indah dengan nada kesal setelah menyiramkan air ke wajah Zira. Ekspresinya penuh kemarahan.

"Indahh!" Bentak Chika, saat melihat kejadian itu.

Alix segera mengambil beberapa tisu dan dengan lembut mengusap wajah Zira yang basah. Meskipun jelas terlihat marah dengan tindakan Indah, Alix memilih untuk menahan emosinya untuk sementara waktu.

"Heh, lo apa-apaan sih? Gak jelas banget," celetuk Uben, merasa heran dengan tingkah Indah yang tiba-tiba datang kemudian menyiram wajah Zira.

"Cewek itu buat Lia nangis! Dia perebut," Marah Indah menunjuk-nunjuk Zira. Bahkan sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian.

"Perebut apa?" Suara dingin itu keluar dari mulut Alix, pemuda itu bangkit berdiri, menatap Indah dengan tatapan tajam yang penuh penegasan. 

Indah diam, napasnya memburu. Rasa benci menguasi dirinya, terlebih wajah Zira yang begitu terlihat tenang. 

"Dia ngerebut lo dari Lia!" Ucap Indah.

"Kok gue yang malu sih lihat si Indah," Hendra berbisik di telinga Andre.

"Terus, apa urusannya sama lo?" Tanya Alix.

"Lo kalau gak tau apa-apa mending diem. Ini urusan gue!" Tegas Alix.

"Tau lo, perasaan Lia gak koar-koar kayak lo," tambah Chika merasa jengkel.

"Lia udah move on!" Ujar Chika.

"Lagi mempermalukan diri sendiri?" Sahut Fadil.

"Tadi Lia nangis ngeliat lo sama cewe plakor itu!" Ucap Indah, yang tidak mau kalah.

Alix menghela napasnya kasar. "Pergi lo!" Usirnya pada Indah. 

"Malu-maluin," Celetuk Uben pada Indah.

"Awas kalian ya!" Kesal Indah, kemudian pergi meninggalkan kantin.

Alix kembali duduk lalu menatap Zira khawatir. "Kita ke uks ya, sekalian ganti bajunya," ucap Alix.

Zira mengangguk setuju. 

"Gak habis pikir gue sama si Indah," ucap Andre.

"Amit-amitt deh, dasar cewek sinting!" Kesal Hendra.

"Gue sama Zira ke uks, tolong pastiin jangan ada yang ngerekam kejadian tadi!" Ucap Alix yang dapat anggukan dari mereka.

Meski begitu Alix tetap mengutamakan reputasi Lia. Terlebih Lia memang seseorang yang cukup terkenal didunia maya.  Setelah ini Alix akan berbicara pada Lia.
_____________ 

Baru awal menuju puncak konflik🤗

Semangat bestie🔥 Disini antagonis udah mulai kelihatan🤔

Perfect love (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang