Perfect love-31

796 49 11
                                    

Alix diam saat semua orang membicarakan pertunangannya dengan Lia. Mereka mengambil keputusan secara sepihak tanpa mendengar jawaban Alix bahwa dia menolak.

Dalam diamnya, Alix merasa dada panas. Dia tidak menerima keputusan ini. Rasanya dia ingin marah, tetapi melihat senyuman bahagia yang terukir di bibir Adeeva, membuat Alix merasa tidak bisa melakukan apa-apa selain diam. 

Alix tersentak saat Lia menggenggam tangan Alix dibawah meja, dia melihat kearah gadis itu yang menatapnya penuh sesal.  "Aku juga tidak tau bahwa mereka akan mempersiapkan pertunangan kita," ucap Lia pelan, yang hanya terdengar oleh Alix.

Alix menarik tangannya. "Aku tahu," balasnya, kemudian ia kembali mendengarkan ucapan Adeeva yang mengatakan bahwa ia akan memberikan salon miliknya yang baru dirintis beberapa tahun, kepada Lia. Sementara itu, Alix akan dipercayakan untuk mengurus salah satu cabang perusahaan yang berada di Jakarta.

Lia menatap Alix sedu, jelas Alix marah padanya.

Alix merasa terkhianati oleh Arga, pria itu mengatakan bahwa dia boleh memilih pasangan asal tidak dengan Zira, tapi malam ini tiba-tiba mereka membahas pertunangan bahkan pernikahannya bersama Lia.  'Egois.'

Malam semakin larut, namun mereka terus berbicara, seolah-olah menahan Alix untuk pergi. Padahal, sejak tadi Alix ingin pergi menemui Zira. Perasaannya tiba-tiba tidak enak.

"Alix--"

"Bolehkah aku pergi?" Alix memotong perkataan Asri, terdengar tidak sopan, tapi perasaanya benar-benar tidak tenang.

"Alix!" Tegur Adeeva.

Alix menghela napasnya pelan.

Lia melirik kearah Alix yang tampak gelisah, kemudian dia menatap Adeeva. "Mami, biarkan Alix pergi. Mungkin dia ingin menemui Fadil," ucap Lia.

"Tidak bisa! Pasti dia akan menemui gadis itu," bantah Adeeva.

Alix mengepalkan tangannya, semua orang membenci Zira. Bisakah mereka juga mengerti akan posisi Zira yang serba salah.

Alix beranjak berdiri dan menatap satu persatu anggota keluarganya. "Aku bahkan diam disaat kalian merencanakan pertunanganku dengan Lia! Tolong izinkan aku untuk pergi sekarang!"

"Tidak!" Balas Adeeva.

"Sayang, biarkakan Alix pergi," ucap Arga, dia merasa tidak tega melihat Alix. Arga juga merasa bersalah dengan rencana pertunangan dadakan ini, sebelumnya Arga juga baru tau, ini rencana Adeeva dan Asri.

"Jangan pergi Alix!" Adeeva tetap kekeh tidak membiarkan Alix pergi.
_________

Zira mengecek handphone berulang kali, menunggu pesan atau panggilan dari Alix, tetapi tidak ada kabar dari pemuda itu. Bahkan ketika Zira mencoba menghubunginya, tapi Alix tidak aktif. Pemuda itu memang telah izin untuk pergi mengunjungi Asri yang sedang sakit, namun kekhawatiran Zira semakin bertambah seiring dengan waktu yang berlalu tanpa kabar dari Alix.

"Sepertinya aku harus menyusul," gumam Zira.

Kemudian, gadis itu memilih untuk menyusul Alix. Namun, begitu Zira membuka pintu rumahnya, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seorang pria asing dengan senyum yang menyeringai. Sebelum Zira sempat berteriak, pria itu langsung memukul tengkuknya.
__________

Alix benar-benar tidak dibiarkan pergi oleh Adeeva. Pemuda itu mengambil handphone yang tengah diisi daya untuk menghubungi Zira, menanyakan keadaan gadis itu, dan meminta izin untuk tidak pulang ke apartemen. Tidak aktif.

Alix semakin khawatir, dia kembali menghubungi Zira berkali-kali, tapi tetap sama. 

Tokk tokk

"Alix, ini aku, Lia!" Terdengar suara Lia di luar kamar Alix, sembari mengetuk pintu kamar pemuda itu.

"Aku boleh masuk?"

Alix menghela napasnya pelan. "Masuk saja, Lia."

Tak lama kemudian, Lia masuk dengan membawa segelas teh hangat dan biskuit coklat. Gadis itu menaruhnya di atas nakas, lalu duduk di samping Alix di sofa.

"Alix, kamu mencemaskan sesuatu?" Tanya Lia. "Sejak tadi makan malam kamu terlihat gelisah."

"Aku tidak apa-apa," balas Alix.

Lia menghembuskan napasnya pelan. "Kamu marah sama aku?"

Alix menoleh sekilas ke arah Lia, kemudian menggeleng. Tidak ada ekspresi kemarahan di wajahnya, hanya rasa penat dan kekosongan yang terpancar dari matanya.

"Kamu terlihat lelah," ujar Lia sambil menarik pelan wajah Alix dan mengusapnya.

Alix melepaskan tangan Lia dari wajahnya, merasa tidak nyaman dengan sentuhan tersebut.

Lia tidak tersinggung sama sekali. Gadis itu mengambil gelas berisi teh hangat tersebut.  "Diminum, agar kamu lebih rilex."

Alix menerimanya, untuk menghargai Lia. 

"Bagaimana?" Tanya Lia.

"Enak, makasih Lia!" Ucap Alix, kemudian menaruh gelasnya kembali.

"Kamu memikirkan Zira?" Tanya Lia tiba-tiba.

Alix mengangguk. "Nomornya tidak aktif," balas Alix.

"Mungkin handphone nya mati, terus Zira sudah tidur," ujar Lia, berusaha menenangkan Alix. 

"Besok kamu boleh menemuinya," tambah Lia.

_______________

Detik-detikk🔥

Cast ada di Ig ya.
ranisit_0

Perfect love (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang