"Lix, gue lihat lo paling deket sama Lia, emang diantara kalian gak ada perasaan gitu?" Tanya Uben, menatap Alix yang tengah menghisap benda nikotin.
"Engga, gue udah anggap Lia adik begitupun sebaliknya. Lagian Lia udah punya cowo yang disuka," balas Alix, terlihat santai.
Uben terdiam. Dia merasa ada yang aneh tapi entah apa.
"Ngapa lo? Suka sama Lia?" Celetuk Hendra.
"Kagaklah anjirr," balas Uben.
Mata Alix tak sengaja melihat Zira, dan tak lama kemudian, muncul Lia dengan wajah kesalnya.
Alix segera beranjak ingin menghampiri Lia karena Zira lebih dulu masuk kedalam kamar, Alix khawatir bahwa ada masalah di antara mereka terlebih Alix mengetahui bahwa dulu keduanya tidak akur.
"Bau-bau cinta segita nih," celetuk Uben, saat melihat kepergian Alix.
"Liaa!" Panggil Alix.
Lia terdiam, kemudia menatap Alix.
"Kamu sama Zira habis ngapain?" Tanya Alix, penasaran sekaligus merasa khawatir.
Lia berdecak kesal. "Kamu overthinking mulu deh, kita habis ngobrol doang kok," balas Lia.
"Jangan ngebahas soal perjodohan ke Zira, biar nanti aku bicara pelan-pelan," ucap Alix.
"Pokonya kamu ataupun Zira, diam. Biar aku urus, aku janji perjodohan kita batal," ucap Alix menenangkan Lia. Pemuda itu tau jika Lia tidak nyaman dengan masalah ini, terlebih sampai mengatur perasaan dan pasangan.
Lia tersenyum kecil. "Alix, kalau kamu tidak bersama Zira, apa kamu akan menerima perempuan lain yang mencintai kamu?"
"Hm?"
_________
Malampun tiba, dan semuanya telah tiba di Malioboro. Suasana ramai dan penuh warna menyambut kedatangan mereka.
"Rame bangett," ucap Chika.
"Iyalah rame, kalau sepi kuburan," balas Hendra.
"Nyahut aja lo," kesel Chika, kemudian dia memeluk lengan Fadil. Keduanya sudah berbaikan saat Fadil menjanjikan akan membelikan gadis itu 1 paket skincare dan make up.
Alix menggenggan tangan Zira erat. "Masih dingin?" Tanya Alix.
Zira menggeleng pelan.
"Gue dingin, Lix!" Sahut Hendra, menatap Alix kemudian mengedipkan sebelah matanya.
Alix berindik ngeri. "Bacot lo!"
"Ngiri banget lo jomblo, makannya punya pacar," ujar Uben.
"Lo punya?" Kesal Hendra.
"Banyak bacot lo semua, gue mau beli cuanki disana! Lo semua pada mau kagak?" Ucap Andre, menunjuk kearah gerobak suanki yang tak jauh dekat mereka.
"Gue mau!" Seru Lia begitu antusias.
"Gue jugaa!" Chika tak kalah antusias.
"Ayolah beli," ajak Fadil.
"Sayang, kam--"
"Aku mau, Alix. Gakpapa sesekali," ucap Zira memotong ucapan Alix.
Alix tersenyum kemudian mengangguk. Lalu mereka berjalan kearah gerobak cuanki tersebut.
"Gilaa mantepp banget, apalagi makannya diluar kayak gini," celetuk Hendra dengan antusias, sambil menyuapkan cuanki ke mulutnya. Suasana Malioboro yang hidup dan kuliner jalanan yang menggugah selera membuat pengalaman makan mereka semakin istimewa.
"Bener bangett, kapan lagi kita kayak gini kan?" Balas Andre.
"Lia, punya kamu merah banget nanti sakit perut," ujar Alix, saat melihat cuanki milik Lia penuh dengan sambal dan saus.
"Gapapa, aku udah biasa! Lagian kalau bening mana enak," balas Lia.
"Tau lo, sakit perut tau rasa!" Balas Fadil, yang memang kesal dengan kebiasaan Lia makan pedas tidak bisa diatur.
"Apaansi lo, lihat noh pacar lo juga sama," balas Lia kesal.
"Sayy--"
"APA?" Chika menatap Fadil kesal.
"Jangan ngerusak mood aku dehh," ucapnya.
Fadil terdiam tidak bisa membantah lagi.
Semuanya menahan tawa melihat Fadil yang tidak bisa berkutit lagi.
Alix menatap Zira yang memakan makannya dengan tenang terlihat tidak terganggu sama sekali.
"Enak?" Tanya Alix.
Zira menoleh sekilas kemudia mengangguk semangat. "Enak, tapi kayaknya lebih enak pake sambal yah," balasnya.
"Enggak sayang, nanti kamu sakit perut," ucap Alix.
Zira mengangguk terlihat menurut. "Aku tau, dan aku gak mau nyari penyakit," balas Zira.
Alix tersenyum senang melihat Zira yang begitu penurut.
Setelah menikmati cuanki, mereka kembali berjalan-jalan sembari mencari dan mencicipi berbagai kuliner khas Malioboro. Suasana malam yang hangat dan ramai menjadi latar belakang yang sempurna untuk menjelajahi nikmatnya kuliner jalanan Yogyakarta.
Setelah pukul sepuluh lebih, Alix dan Zira memutuskan untuk pulang ke Villa terlebih dahulu, dikarenakan Zira yang merengek ingin pulang.
"Aku ikutt!" Seru Lia.
"Etdah, jangann dong, mereka mau bucin-bucinan emang mau lo jadi nyamuk," sahut Uben.
"Gue gak ganggu kok, gue juga udah ngantuk," balas Lia.
Alix menatap Uben menggeleng saat pemuda itu ingin membalas perkataan Lia. "Yaudah, kita naik taxi," ucap Alix.
______Alix memeluk tubuh Zira dari belakang saat gadis itu tengah membuat susu untuk dirinya dan Alix.
"Alix, nanti Lia lihat," ucap Zira, berusaha melepaskan pelukan Alix.
"Dia udah tidur, tadikan bilang udah ngantuk," balas Alix, semakin mengeratkan pelukannya.
Zira pasrah, kemudian dia memutar tubuhnya menghadap Alix dan memeluk tubuh pemuda itu. Keduanya saling berpelukan erat, menikmati kebersamaan mereka. Suasana hangat dan damai pun menyelimuti mereka dalam pelukan yang penuh kasih sayang.
"Aku cinta sama kamu," ucap Zira.
Alix tersenyum sembari mengecup rambut Zira penuh sayang. "Aku lebih," balasnya.
"Alix, janji nikahin aku ya," Zira kembali bersuara.
"Iyaa sayang, memangnya mau kapan, hm? Setelah lulus atau sekarang?" Goda Alix.
"Ihhh, nyebelin!" Kesal Zira.
Alix tertawa kemudian melepaskan pelukannya. "Tidur bareng, mau?" Tawar Alix.
Mata Zira berbinar. "Mauuu!!" Serunya begitu semangat.
"Ayoo, aku udah siapin kamar untuk kita," ucap Alix, kemudian menggenggam tangan Zira untuk di ajak kekemar yang akan mereka tempati.
"Udah niat yaa," ujar Zira, penuh selidik.
"Aku pengen pelukk kamu, sayangg!" Balas Alix.
Zira tertawa mendengar balasan Alix yang terdengar manja.
________CAST ADA DI IG YAA
ranisit_0
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (SELESAI)
Teen FictionTernyata, pepatah "jangan terlalu benci nanti cinta" itu benar adanya. Seperti yang di alami Zira, awalnya dia sangat membenci Alix, namun perasaannya mulunak dan berubah menjadi cinta ketika dia menyadari jika Alix adalah laki-laki baik dan selalu...