Alix mendesah kesal saat DM-nya dipenuhi oleh pertanyaan tentang hubungannya dengan Lia, sementara Lia sendiri tidak memberikan klarifikasi mengenai status hubungan mereka. Alix merasa frustasi karena banjirnya komentar dari para pengikutnya yang mengetahui bahwa dia adalah sahabat Lia.
Akun Alix bahkan dibanjiri oleh pengikut dan komentar dari para penggemar Lia.
"Lia!" Alix berjalan cepat kearah Lia saat tidak sengaja melihat gadis itu dengan kedua temannya.
"Lia!" Alix berjalan cepat menuju Lia ketika tak sengaja melihat gadis itu bersama kedua temannya.
"Ciee!" goda Indah sambil tersenyum.
"Kita pergi ya, bye!" ucap Vani sambil menarik tangan Indah untuk segera pergi, meninggalkan Lia dan Alix berdua.
"Hm?" Lia mendongak menatap Alix.
"Maksud kamu apa di sosmed? Di sebelah aku ada Fadil, banyak yang salah paham," ujar Alix.
"Alix, maaf," Lia memasang wajah sedih.
"Tio masih deketin aku, aku bingung harus nolak kayak gimana lagi," keluh Lia.
Alix menggeram dengan emosi saat mendengar ucapan Lia, "Jadi selama ini Tio masih ngedeketin kamu?"
Lia mengangguk lesu. Ternyata memiliki penggemar obsesi seperti Tio membuatnya merasa lelah dan takut. Akhirnya, Lia terpaksa mengunggah foto Alix agar Tio tidak mengganggunya lagi.
"Aku akan hapus foto--"
"Gak usah," potong Alix.
"Jika itu ngebuat Tio berhenti," Lanjut Alix.
"Dia mengganggu kamu lagi, hubungi aku segera!" Alix menegaskan sambil menatap Lia dengan khawatir.
"Iya, Alix, maaf ya kalau merepotkan. Tadinya aku mau pake foto Fadil, tapi tau sendiri lah, dia udah punya pacar," ujar Lia lirih.
Alix menggeleng. "Kamu itu sahabat yang sudah aku anggap sebagai saudara, Lia. Jadi kalau ada masalah, bilang saja kepada aku dan Fadil, kami akan membantu kamu," ucapnya dengan tulus.
"Kamu sama Fadil memang sahabat terbaik!" Lia menghambur kedalam pelukan Alix.
____"Zira!" Alix memanggil Zira lalu merangkul pundak gadis itu dengan lembut. Namun, Zira dengan perlahan melepaskan tangan Alix dari pundaknya, ekspresi serius terpancar di wajahnya. "Maaf, Alix, aku tidak jadi menunggu mu latihan basket," katanya dengan suara yang tegas.
Alix terkejut mendengarnya, kebingungannya semakin terlihat saat dia bertanya, "Kenapa, Zira?"
Dengan suara gemetar, Zira menjawab, "Aku memiliki urusan yang harus diurus," sambil berusaha keras menahan tangisnya agar Alix tidak menyadarinya.
"Zira, are you okay?" Alix menarik Zira agar menghadap dirinya dengan sempurna.
"Apaansi! Aku baik-baik saja, sana kelapangan nanti kamu telat! Aku pulang duluan," Kata-kata itu diucapkannya dengan cepat sebelum Zira segera berbalik dan meninggalkan Alix sendirian, tanpa memandang lagi ke belakang.
"Woy, Lix!" Seru Fadil, napasnya terengah-engah karena berlari.
"Telat nih, cepet! Katanya habis ini lo ada kerjaan," lanjut Fadil.
Alix menghela napas pelan. "Ayo!" Ajaknya pada Fadil. Lalu keduanya mulai berjalan kearah lapangan basket.
"Si bangsat Tio emang anjing, ngejar Lia sebegitunya. Gue curiganya dia bukan obsesi atau suka sama Lia, tapi karena dia tau Lia deket sama kita," uja Fadil mulai membahas masalah Lia yang makin rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (SELESAI)
Novela JuvenilTernyata, pepatah "jangan terlalu benci nanti cinta" itu benar adanya. Seperti yang di alami Zira, awalnya dia sangat membenci Alix, namun perasaannya mulunak dan berubah menjadi cinta ketika dia menyadari jika Alix adalah laki-laki baik dan selalu...