Fokus Alix teralihkan begitu mendengar kabar bahwa Adeeva dan Arga akan datang ke Jakarta malam ini. Sebuah kegembiraan mengalir dalam dirinya karena sudah dua tahun terakhir dia tidak bertemu dengan sang Mami. Namun, masalahnya, Alix khawatir terkait Zira.
"Sayang!"
Alix tersentak saat tiba-tiba seseorang memeluk lehernya dari belakang.
"Zira?" Tebak Alix.
"Iya, ini aku!" Balas Zira, lalu gadis itu ikut duduk disebelah Alix.
"Aku bawain kamu makan siang, kamu makan dulu," ucap Zira sambil tersenyum hangat, menyerahkan sebungkus nasi goreng seafood, makanan kesukaan Alix.
Alix tersenyum. "Terimakasih, maaf merepotkan."
"Tidak sama sekali, ayo makan," ujar Zira.
Alix pun mulai menyuapkan makanan kedalam mulutnya seselali menyuapi Zira meski tidak banyak, karena Zira tidak ingin terlalu banyak memakan makanan berat.
"Sayang, nanti malam ikut kerumah aku, mau? Mami sama papi pulang," ucap Alix dengan hati-hati, pemuda itu tidak akan memaksa Zira ikut, bahkan Alix ingin Zira tidak ikut, khawatir dengan sikap buruk Adeeva dan Asri pada kekasihnya.
"Kalau kamu kurang nyaman, jangan di paksa, sayang," Alix menggenggam tangan Zira lembut.
"Aku ikut, aku pengen deket sama tante Eva. Bagaimanapun kita harus dapat restu," balas Zira.
"Maafin sikap keluarga aku ya," Alix membawa Zira kedalam pelukannya.
Zira membalas pelukan Alix tak kalah erat. Dia merasa hangat dan aman dalam pelukan pemuda itu. Di dalam hatinya, Zira bertekad untuk melakukan segala cara agar dia dan Alix selalu bersama.
"Gakpapa, Alix!" Balas Zira.
Zira mendongak, menatap Alix dengan penuh harap. "Jika suatu saat kamu harus memilih, kamu lebih milih aku apa tante Eva?"
_______Alìx menggenggam erat tangan Zira, mencoba menenangkan dirinya sendiri sekaligus memberikan dukungan pada Zira. Matanya memandang bangunan besar yang menjulang di hadapan mereka, tetapi pikirannya dipenuhi oleh rasa takut akan reaksi Adeeva yang mungkin marah karena kehadiran Zira.
"Kalau kamu merasa tidak nyaman, kita pulang aja," Ucap Alix, menatap Zira penuh khawatir.
Zira menggeleng pelan seraya menyampaikan dengan lembut, "Kamu bisa menginap di sini, Alix. Sisihkan waktu berhargamu untuk bertemu dengan Tante Eva. Kalian sudah lama tidak bertemu. Aku baik-baik saja." Suaranya penuh dengan kehangatan.
"Lebih baik kita masuk, mereka pasti sedang menunggu kamu," lanjut Zira.
Alix mengangguk dengan hati yang masih dipenuhi kegelisahan. Sebelum melangkah masuk ke dalam rumah tersebut, ia berharap dengan sangat bahwa Adeeva tidak akan marah karena kehadiran Zira.
"ALIX, akhirnya kamu datang," seru Lia, menghampiri Alix dan juga Lia. "Kamu lama banget deh, kita nungguin."
"Sorry," balas Alix.
"Ayo, kita keruang makan!" Ajak Lia.
Alix mengangguk, kemudian dia menyusul Lia menuju ruang makan. Dengan penuh kehangatan, tangan Alix dan Zira saling bertautan.
Setelah sampai di ruang makan, Alix di kejutkan dengan pelukan tiba-tiba dari Adeeva, membuat tautan tangan Alix dan Zira terlepas. "Anak Mami! Mami merindukanmu, sayang!"
Dengan senyum yang tulus, Alix membalas pelukan hangat dari Adeeva. "Alix juga sangat merindukan Mami, Maafin Alix," ucapnya dengan suara yang penuh penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (SELESAI)
Teen FictionTernyata, pepatah "jangan terlalu benci nanti cinta" itu benar adanya. Seperti yang di alami Zira, awalnya dia sangat membenci Alix, namun perasaannya mulunak dan berubah menjadi cinta ketika dia menyadari jika Alix adalah laki-laki baik dan selalu...