Extra part 3

303 28 4
                                    

Alix menggendong bayi laki-laki yang baru saja lahir di pelukannya. Tangis haru yang selama ini ia tahan akhirnya pecah.

Dia melirik ke arah Lia yang berbaring lemah di ranjang, tampak lelah namun tersenyum lembut.

Alix mendekat, dengan lembut mendekatkan bayi mereka ke arah Lia. "Terima kasih, sayang," bisiknya, matanya masih basah dengan air mata kebahagiaan.

Hingga tak lama seluruh keluarganya masuk keruang rawat Lia, termasuk mak Ayu.

"Lia," panggil Mak Ayu.

Lia menatap ibunya kemudian tersenyum.

"Tidurlah, nak, " ucap Mak Ayu sembari mengusap kepala sang anak lembut dan penuh kasih.

Semuanya menyambut bayi kedua Lia dan Alix dengan suka cita. Terlebih itu bayi laki-laki yang memang Arga menginginkan cucu laki-laki.

Beberapa minggu kemudian.

Alix menghampiri Lia yang sedang menangis. Beberapa hari terakhir, Lia memang mengalami baby blues, dan ketidakhadiran Alix yang sering sibuk bekerja, bahkan kadang tak pulang, semakin membuatnya terpuruk.

"Sekarang Ervin lagi sama Mami dan Ibu, kalau Rora sama Daddy," ucap Alix lembut sambil mengusap punggung istrinya. Ia kemudian menarik Lia ke dalam pelukannya.

"Ini salah aku," lanjut Alix dengan nada penuh penyesalan.

Lia mempererat pelukannya. Kehadiran Alix adalah yang paling dibutuhkannya saat ini. Rasa insecure, kelelahan, dan stres yang menghantamnya perlahan teredam oleh pelukan sang suami.

"Kamu siapkan stok asi untuk Ervin ya, sayang. Besok kita ke pantai sesuai keinginan kamu," kata Alix.

Lia mengangguk mendengar itu.

"Sekarang kamu tidur, aku temenin," Alix merebahkan tubuh Lia, lalu dia ikut berbaring sembari memeluk Lia.

Pagi harinya, Alix bangun lebih dulu. Dia mendekat kearah Lia kemudian mengcupi seluruh wajah sang istri yang masih tertidur. "Aku mau jengkuk Ervin kebawah," ujarnya.

Kemudian Alix berjalan kearah kamar yang dimana di tempati Adeeva dan Ayu.

Saat masuk dia melihat Adeeva yang tengah menimang nimang Ervin, sedangkan mak Ayu sudah tidak ada disana.

"Mami," panggil Alix menghampiri Adeeva.

"Sttt Ervin baru saja tertidur," ucapnya pelan.

"Aku bawain stok asi, mami," ujar Alix.

"Taruh di sana, Mami mau menidurkan Ervin. Setelah itu kita perlu bicara!" ujar Adeeva dengan nada sinis, menatap putranya tajam. Alix merasa bingung dengan sikap maminya yang tiba-tiba dingin.

Tak lama, Mak Ayu datang dan bergantian menjaga Ervin. Sementara itu, Adeeva membawa Alix ke halaman belakang.

"Mami tahu, Alix!" ucap Adeeva langsung, tanpa basa-basi.

Alix semakin bingung mendengar perkataan maminya. "Tahu apa, Mi?" tanyanya.

"Kenapa kamu telat datang ke rumah sakit? Padahal istrimu mau melahirkan," tanya Adeeva dengan sorot mata tajam.

"Astaga, Mami. Aku sudah jelasin, lagian aku cuma telat sedikit," balas Alix dengan nada kesal.

"Setidak peduli itukah kamu sama Lia? Mami tahu kamu bukannya langsung ke  ruangan Lia tapi malah bantuin Zira periksa kandungannya!" Adeeva marah besar, suaranya meninggi.

Mata Alix membulat mendengar tuduhan itu. Sebelum ia sempat menjawab, terdengar bunyi pecahan gelas. Adeeva dan Alix segera berbalik, dan mereka melihat Lia berdiri di ambang pintu, menangis terisak.

Perfect love (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang