Jarak dan perubahan pasti ada. Setiap waktu yang berjalan, lalu ada banyak hal yang tak diduga datang dan melepas ikhlas serta sakitnya setiap pengorbanan.
"Humaira," Arkan menghela napas, mencekal lengan Aira yang hendak pergi ke kampus untuk kesekian kalinya bersama Rafka, "berangkatnya sama aku aja, ya?"
Tatapan Arkan memohon, Aira dengan cepat mengalihkan pandangannya sebelum kembali luluh.
"Bagi kamu Raniya lebih penting kan?" Aira tidak perlu repot mendengar jawaban Arkan--- yang mengatakan tidak, namun tingkah dan perlakuannya berbanding terbalik dengan perkataannya.
Drttt...
Aira mengulum senyum kecut. Ikut memandang ke arah ponsel yang tak lepas dari tangan Arkan. Melepaskan tangannya dari cekalan Arkan, Aira melangkah pergi menghampiri Rafka yang sudah menunggu.
"Kenapa lagi dia?" Tanya Rafka yang menyaksikan kejadian beberapa menit itu dari jauh, menatap Aira yang suasana hatinya selalu buruk saat dijemput.
Aira mengedikkan bahunya, "Buruan jalan, ntar tambah telat."
"Lagian, siapa suruh bangun telat?"
"Nggak sengaja ketiduran lagi abis subuh. Maklum aja si bayi lagi mode mudah molor."
Rafka terkekeh, "Bawaan bayi atau emang mamanya yang suka malas-malasan?"
"Dua-duanya sih." Jawab Aira, menyandarkan punggung dan kepalanya ke kursi dengan helaan napas. Benar-benar terlihat malas.
"Udah berapa bulan si bayi?"
Aira yang tadinya memejamkan mata kini melirik Rafka yang bertanya, kedua alisnya naik, "5."
"Wha.. tapi masih keliatan kecil banget yaa?"
Aira mengangguk, membenarkan. Selain karena Aira yang memakai pakaian yang sedikit lebih longgar, perutnya memang tidak terlalu membesar. Tak jarang orang-orang yang baru bertemu Aira tidak menyadari jika Aira sedang hamil.
Tentang bagaimana hari-hari Aira setelah satu kampus--- atau bahkan sampai di luar kampus ---tahu tentang kehamilannya, Aira menjalani harinya lumayan baik berkat Rafka yang menjaga dan menemaninya.
Awalnya Aira sempat keberatan dengan kehadiran Rafka, namun tanpa Rafka mungkin ia masih menjadi bahan sinisan orang-orang. Setidaknya Aira tidak sendirian. Ada tempat yang menjadi pendengar sekaligus pengisi tawa.
Meski dengan kedekatannya dengan Rafka juga menimbulkan gosip lain yang bisa Aira tebak sejak awal.
"Udah punya suami tapi gatel banget deketin pacar orang, ups!"
Aira menatap kepergian Qeela yang begitu tak acuh melewatinya diiringi sindiran orang-orang itu.
Iya. Selain bahasan kemarin yang sudah mereda, kini sindiran kembali terdengar dengan kedekatan Aira dan Rafka. Awalnya Aira memang sudah menolak untuk Rafka menjemput dan menemaninya karena menghargai Qeela, namun rupanya Rafka dan Qeela memang sudah putus beberapa hari sebelum kejadian menggemparkan kemarin.
Dan tau kebenarannya?
Di balik putusnya Rafka dan Qeela adalah Rafka lebih dulu tahu bahwa Qeela yang menjadi dalang di balik penyebaran foto-foto dan rumor buruk tentang Aira.
"Aku masih nggak nyangka Qeela sejahat itu." Ucap Aira dengan sendu.
"Jujur, dibanding rasa sakit diserang beribu mahasiswa, rasanya lebih sakit setelah tahu pelaku di balik itu semua adalah Qeela. Sahabat yang selama ini aku percaya."
Rafka mengangguk sembari menghela napas, "Gue ngerti perasaan lo. Maka dari itu, gue putusin dia biar dia bisa introspeksi kesalahannya dan minta maaf ke lo." Ucapnya, "Gue juga sama kecewanya sama tingkah dia yang kekanak-kanakan dan merugikan. Di sini gue mewakili permintaan maaf Qeela. Gue gamau dia kehilangan sahabat sebaik lo sampai dia menyadari kesalahannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Kanaira (On Going)
RomanceBagaimana kalian menghadapi semua hal baru yang tiba-tiba datang tanpa persiapan dan diluar kehendak kalian? Siapa yang tahu takdir, setelah menghadapi hal besar yang membuatnya hancur ia dipaksakan menikah dengan orang baru yang bahkan ia tidak ken...