Bagaimana kalian menghadapi semua hal baru yang tiba-tiba datang tanpa persiapan dan diluar kehendak kalian?
Siapa yang tahu takdir, setelah menghadapi hal besar yang membuatnya hancur ia dipaksakan menikah dengan orang baru yang bahkan ia tidak ken...
"Nanti kalau pulang kabari saja ya biar aku jemput." Ucap Arkan saat Aira mencium punggung tangannya.
"Nggak perlu. Pulang nanti mau ngerjain tugas bareng temen-temen." Jawab Aira.
"Kapan dan di tempatnya aja nanti kamu chat aja biar aku jemput."
Drttt..
Atensi keduanya teralihkan pada ponsel Arkan yang berdering. Nama Raniya terpampang jelas muncul di layar.
"Waalaikumussalam, ada apa, Ran?"
Aira menatap ekspresi Arkan yang berubah sedikit khawatir. Aira membuang muka dengan senyum getir.
"Oke, saya segera ke sana. Wa'alaikumssalam." Pada akhirnya, Aira bukan yang pertama dan utama untuk Arkan.
"Kenapa khawatir gitu?" Tanya Aira, menahan gejolak rasa yang tadinya meletup-letup dan menyesakkan. Menatap langsung mata Arkan yang sudah menaruh kembali ponselnya.
"Ada cukup banyak urusan hari ini," Arkan balik menatap Aira sembari menghela napas, "Kamu gapapa kan kalau pulangnya nanti naik taksi aja?"
"Urusan apa emangnya? Kok panik gitu? Dia lebih penting, ya?"
Arkan mengulum senyum, tahu jika istrinya itu mulai menunjukkan rasa cemburu yang membuatnya terlihat lucu, "Jelas kamu lebih dari segalanya, Humaira."
"Terus?"
"Tapi, kali ini aku selesaikan dulu masalah ini, ya?"
"Masalah apa?" Aira sengaja memancing, bagaimana Arkan akan menjawabnya. Dan, sejauh mana Arkan terus membohonginya.
Arkan menipiskan bibirnya, mengusap kepala Aira dengan kedua tangannya yang membingkai wajah mungil Aira, "Tunggu waktunya, ya. Aku akan ceritakan semuanya sama kamu."
Mata Aira sudah mulai berkaca-kaca. Dalam diam keduanya saling tahu, terutama Arkan. Arkan bisa merasakan ada hal yang Aira tutupi, begitupun sebaliknya.
"Untuk sekarang, tolong percaya sama aku.. ya, Humaira?"
Aira tak menanggapi, keluar dari mobil dengan perasaan yang bertambah kacau di pagi yang cerah ini.
Sejak semalam, Aira memang lebih banyak diam. Kesempatan yang Arkan berikan untuk Aira bertanya pada Arkan pun Aira lewatkan.
Bukan apa, Aira takut luluh dan terbedaya oleh perasaannya sendiri yang mudah dikelabui. Tapi, ada yang tau apa yang lebih menyakitkan?
Di saat Aira memilih mendiami Arkan setelah sholat isya kemarin dengan berpura-pura tidur. Arkan malah menyempatkan diri ke rumah sakit, diam-diam bahkan bersikap tidak terjadi apa-apa di hadapan Aira.
Apa ... Arkan sudah sering membohonginya selama ini?
Kepergian Arkan malam itu pun disertai dengan chat dari Raniya.
From Raniya :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.