"Katanya, aku pemilik hatinya. Segala untuknya.
Nyatanya, raga pun lepas dipandang mata."
Arcilla Jennaira
"Hai Kanaira"⁄(⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄
"Pa? Papa mau ke mana? Papa jangan pergi.." Wajah mungil dan lucu itu berbicara, dengan sedikit terbata dan sedikit tidak jelas oleh oksigen yang terpasang. Wajahnya kini pucat, terbaring di antara banyaknya alat.
"Nak, jadi anak yang pintar, ya. Jangan buat Ummi kamu khawatir lagi. Papa cuma keluar sebentar, nanti balik lagi ke sini temani Alfa," ucap Arkan memberi pengertian, "Sambil nunggu Papa, Alfa istirahat. Tidur dulu. Jadi, nanti pas Papa ke sini lagi, Alfa lebih segar dan semangat, oke?"
"..." Alfa menghela napas pasrah, "Tapi, Papa janji ke sini lagi. Pokoknya Alfa mau lihat Papa pas Alfa bangun nanti!"
Arkan mengangguk, "Insya Allah. Papa nggak bisa janji, karna Papa belum tau kapan pastinya selesai pekerjaan Papa. Bisa jadi, nanti Alfa tidurnya cuma sebentar kan? Papa nggak bisa buru-buru ke sini, tapi kan ada Ummi Alfa yang temenin. Alfa harus jadi anak baik nanti. Jadi, semisal Papa belum di sini begitu Alfa bangun, Alfa tunggu dulu, ya. Papa pasti ke sini lagi begitu kerjaan papa selesai. Alfa paham kan?"
Alfa menghela napas lagi, mengangguk lemah.
"Ayo, Papa temenin Alfa sampai tidur!"
*
"Gimana, Mas?" Raniya langsung menghampiri Arkan yang keluar dari ruangan ICU.
"Alfa sudah tidur." Jawab Arkan.
"Alhamdulillah." Raniya menghela napas, "Terima kasih banyak atas semuanya, Mas. Alfa nggak akan ada dan bertahan sampai sekarang kalau bukan karna kamu, meskipun semuanya berawal dengan kesalahan dan rasa sakit. Kamu selalu jadi ayah terbaik untuk Alfa, terima kasih."
Arkan mengangguk, "Alfa dan kamu sudah menjadi tanggung jawabku. Aku pergi dulu."
"Eum--"
"Kamu temani Alfa. Nanti aku ke sini lagi."
Raniya mengangguk, menatap kepergian Arkan yang semakin jauh dan hilang dari pandangannya.
Sementara beberapa menit kemudian Arkan sampai di kampus Aira. Arkan menatap sekitar lalu melihat arlojinya, "Semoga Aira belum pulang."
Arkan membuka ponsel, pesan yang ia kirim beberapa menit sebelum sampai ke sini belum dibaca. Arkan mencoba mencari celah barangkali melihat Aira di dekat gerbang, terutama di antara cukup banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berlari heboh masuk ke kampus. Beberapa ada yang membawa tong sampah. Para satpam pun ikut heboh, tampak mencegah para mahasiswa itu melakukan sebuah aksi yang buruk.
Perasaan Arkan menjadi tidak enak, memikirkan Aira. Apa istrinya itu ada di antara mahasiswa yang hendak melakukan aksi yang entah apa itu?
Daripada bingung, Arkan memutuskan keluar dari mobil dan bertanya pada satpam yang masih berada di pos satpam.
"Permisi, Pak. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumssalam, ada apa, Mas?" Satpam itu menjawab salam Arkan meski tampak buru-buru, hendak membantu satpam yang lain.
"Ini ada apa ya, Pak? Kok pada heboh?"
"Saya juga kurang tau, Mas. Tapi denger denger dari mahasiswi tadi ada yang bilang, kalau ada mahasiswi manajement yang jual diri sampai hamil di luar nikah. Kayaknya anak-anak itu mau demo, biar orangnya itu di-DO." Jawab satpam itu, kemudian pamit pergi ikut mengamankan keadaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Kanaira (On Going)
RomansaBagaimana kalian menghadapi semua hal baru yang tiba-tiba datang tanpa persiapan dan diluar kehendak kalian? Siapa yang tahu takdir, setelah menghadapi hal besar yang membuatnya hancur ia dipaksakan menikah dengan orang baru yang bahkan ia tidak ken...