bab 11

78 25 67
                                    

"Jadi, lo tetap gak mau bercerita? Yah, gak apa-apa gue bisa mencari tahu dengan tanya ke om Gilang," ucap Ashilla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, lo tetap gak mau bercerita? Yah, gak apa-apa gue bisa mencari tahu dengan tanya ke om Gilang," ucap Ashilla.

Dannies termenung, ia benar-benar sudah dijebak oleh duo laknat sahabatnya itu. "Pake ngadu ke Ashilla, awas aja kalian berdua."

"Beri gue waktu, Shill. Gue belum siap menceritakannya sekarang," ujar Dannies sembari melirik Ashilla diam-diam.

Ashilla terkesiap. Ia menghela napas lantas menganggukkan kepalanya. Ia paham Dannies butuh waktu apalagi dia sudah memikul beban sendirian dan memendam masalahnya serta melawan traumanya selama ini.

"Gue akan menunggu sampai lo siap, Dan," ucap Ashilla sambil mengusap kepala Dannies seperti anak kecil.

Wajah Dannies memerah saking malunya karena diperlakukan seperti anak kecil oleh Ashilla. Teman-temannya yang lain hanya tertawa yang membuat Dannies semakin malu.

"Cukup!" teriak Dannies dengan wajah seperti kepiting rebus alias malu.

"Ada yang malu-malu kucing," goda Vanessa sembari tertawa terpingkal-pingkal.

"Itu muka atau kepiting direbus, lucu banget," timpal Arkam yang tak kalah keras tertawanya.

"Keluar kalian semua! Gue mau tidur!" pekik Dannies yang membuat mereka makin tak berhenti tertawa. Begitu pula dengan Ashilla. Cewek tomboi satu itu yang biasanya memasang wajah sangar kali ini tertawa dengan lepas seperti anak normal pada umumnya.

Diam-diam dokter Baim, dokter Tika, dan beberapa dokter tengah memerhatikan mereka di luar sambil tersenyum.

"Jika diliat seperti ini mereka seperti anak seumuran mereka," ucap dokter Tika sambil terkekeh pelan.

"Benar, aku bahkan tidak percaya mereka pasien kita," timpal Arga- dokter yang menangani kesehatan Vedol.

"Kadang aku khawatir dengan masa depan mereka, tapi sepertinya aku yang terlalu khawatir saja nyatanya mereka bisa hidup normal," ujar Theo- dokter yang menangani kesehatan Arkam.

"Tetap saja kita harus waspada kita tidak tahu apa yang akan mereka perbuat nantinya," balas Ratu- dokter yang menangani kesehatan Sisil.

"Itu benar, tapi sekarang yang terpenting adalah saat ini. Apa pun yang terjadi di masa yang akan datang semua tergantung kondisi mereka saat ini," ucap Febri- dokter yang menangani kesehatan Vanessa.

"Bagaimanapun tugas kita mempertahankan kewarasan mereka jangan sampai mereka menjadi gila," ujar Baim.

"Kewarasan, ya? Tadi saja Ashilla datang padaku meminta obat terlarang," lirih Tika sambil menundukkan kepalanya.

"Kau kasih?" tanya Ratu yang membuat Tika dengan cepat mengelenggkan kepalanya.

"Yah, kali aku kasih. Dia udah overdosis dan kecanduan gitu tentu aku gak kasih malah aku menyuruhnya jalan-jalan untuk menjernihkan pikiran," jawab Tika sambil menghela napas dengan lelahnya.

"Kita sebagai dokter hanya berusaha menyembuhkan pasien, kita bukan Tuhan, memang capek menghadapi pasien yang mengalami gangguan mental seperti mereka, tetapi tugas kita adalah menyembuhkan mereka," jelas Baim dan lainnya menganggukkan kepala setuju.

"Walau tadi sempat digigit oleh Dannies, anak itu aku harap bisa lebih sehat, keadaannya benar-benar memprihatinkan," tambah Baim dengan tatapan sayunya menatap anak-anak remaja tersebut dari sebalik pintu.

"Ngerumpi kalian! Sana kerja! Jam istirahat sudah hampir habis! Ayo, kerja! Banyak pasien di urus!"

Teriakan salah seorang dokter yang lebih senior dari mereka.

"B- baik, Profesor Adrian," ucap mereka serempak sambil berlari terbirit-birit.

"Aku paham perasaan kalian karena kakak dari Dannies Aviandra merupakan pasienku yang mengalami hal yang sama," gumam Adrian dengan tatapan sendu.

Ia benar-benar merasa gagal sebagai seorang dokter karena tak bisa menyelamatkan pasien yang sudah ia anggap anak sendiri.

"Aku merindukanmu, semoga kau tak menjemput adikmu."

Vedol sedari tadi berdiri di belakang pintu seraya mendengar obrolan para dokter.

"Kakak Dannies? Apa dia? Dia yang mati terbunuh oleh om Gilang. Kematiannya yang tragis yang membuat Dannies se-trauma sekarang," lirih Vedol.

"Dodol, ayo, sini kita makan bersama-sama mumpung tadi aku beli martabak," ajak Vanessa sambil membuka plastik dan mengeluarkan beberapa kotak yang isinya martabak.

"Gorila betina! Gue punya nama," balas Vedol tidak terima sambil berjalan ke arah mereka lantas duduk di samping Arkam.

"Serah gue," ucap Vanessa sambil memutar bola matanya dengan malas.

"Udahlah, ayo, makan mumpung masih panas," sergah Ashilla.

"Enak," gumam Dannies sambil memakan martabak tersebut dengan lahap.

Mereka bercekrama sambil sesekali Arkam membuat candaan yang membuat mereka tertawa.

"Gue harap bisa seperti ini selalu, tapi kok perasaan gue gak enak? Semoga gak kejadian sesuatu di masa depan," pikir Vedol dengan senyum tipis.

Vanessa sadar dengan gerak-gerik Vedol pun diam-diam memerhatikan. Ia lantas mengubah posisi duduknya dan lebih dekat dengan Vedol.

"Gue tahu lo mikirin apa dan gue tahu lo tadi menguping obrolan para dokter tadi," bisik Vanessa yang membuat Vedol terlonjak.

"Dar-" Belum sempat Vedol berbicara, Vanessa menyumpal mulut Vedol dengan satu potong martabak.

Mulut Vedol penuh yang membuatnya kesusahan menelannya. Dannies bertanya apa Vedol baik-baik saja.

Vanessa merangkul Vedol dengan senyuman manis ia menjawab. "Dia baik-baik saja, ketua. Cuma martabaknya enak dia jadi makan banyak alhasil keselek."

"Gitu ya, baguslah," ucap Dannies. "Jangan lupa minum dan pelan-pelan aja makannya gak bakalan habis kok ni martabaknya soalnya banyak ni," lanjut Dannies sambil mengingit martabak keju-cokelat kesukaannya.

Vedol ingin sekali mengamuk, tetapi ia takut dengan Vanessa. "Kenapa gue bisa kenal ni cewek gila?! Tolong!"

Jangan lupa vote, komen, dan share untuk meramaikan cerita ini di tahun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote, komen, dan share untuk meramaikan cerita ini di tahun ini.

Komen! Aku maksa!😊👊
Vote! Aku juga maksa😊👊

See you...

CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang