bab 7

82 20 44
                                    

Sudah lewat beberapa jam, tetapi Dannies belum kunjung siuman yang membuat Vedol dan Arkam sangat khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah lewat beberapa jam, tetapi Dannies belum kunjung siuman yang membuat Vedol dan Arkam sangat khawatir.

"Gak bisa begini, gue harus menemui orang tua itu," lirih Vedol sambil mengepalkan tangannya. Ia berjalan melewati Arkam, tetapi Arkam dengan cepat mencekal tangan Vedol yang membuat cowok itu bersungut.

"Jangan," larang Arkam dengan tegas. Vedol menepis tangan Arkam dengan kasar lantas menarik kerah baju Arkam dengan napas naik-turun. "Lo lebih baik diam saja kalau gak bisa membantu apa pun."

"Gue tahu, gue tahu kalau gue gak bisa membantu apa-apa, tapi dengan lo pergi menemui om Gilang tidak akan menyelesaikan masalah. Malah masalah makin bertambah," jelas Arkam.

Vedol yang tersulut emosi langsung membanting tubuh Arkam ke tembok. Ia mengunci pergerakan Arkam seraya berbisik. "Apa maksudmu?" Arkam berdesis lantas melawan balik dengan menendang itu-nya Vedol.

Melihat cela Arkam menarik kerah baju Vedol seraya menamparnya. "Jernihkan pikiran lo, bangsat! Kalau lo pergi menemui om Gilang sekarang yang ada keadaan Dannies semakin parah! Apa lo gak ingat kejadian ketika Dannies yang sampai patah tulang dan lo yang tersulut emosi mendatangi om Gilang! Lalu, apa hasilnya?! Om Ridwan, ayahmu marah lalu bertengkar hebat dengan om Gilang! Terus? Apa?! Ujung-ujungnya Dannies juga yang kena hajar! Semuanya kembali ke titik awal! Jadi, seharusnya lo yang diam! Paham, gak?!" muak Arkam sembari menghajar Vedol dengan membabi buta.

Vedol terdiam. Ia merasa bodoh dan tersulut oleh amarah yang membuatnya tidak berpikir jernih. "H- hampir saja gue melukai Dannies lagi," sesal Vedol sambil menundukkan kepala. Ia merutuki dirinya dan tanpa sadar bulir-bulir air mata menetes membasahi wajahnya dan sesak di dadanya membuat napasnya tercekat.

Arkam pun merasa bersalah karena telah memarahi Vedol dengan begitu banyak pukulan.

"Gimana? Sudah puas adu pukulan? Sebenarnya saya ingin memisahkan kalian, tapi anak muda kayak kalian memang harus melupkan emosi daripada dipendam lama-lama nanti stres sendiri dan yang repot saya lagi," ucap seorang pria berjas putih tengah berdiri di ambang pintu serta di belakangnya ada begitu banyak orang yang ternyata sudah memerhatikan mereka sedari tadi.

"Dokter Baim ...," lirih mereka berdua dengan keringat yang bercucuran. Mereka sangat malu dan rasanya ingin masuk ke dalam selokan, tetapi tidak ada tempat mereka untuk bersembunyi.

"Mampus," gumam mereka. Sudah bisa dibayangkan apa yang terjadi pada mereka selanjutnya.

"Kalian harus dihukum karena sudah menganggu ketentraman di rumah sakit, Vedol Trigantara dan Arkam Syahputra, ucap dokter Baim sambil menyunggikan senyuman maut.

"Maaf!"

***

Vanessa saat ini memasuki uks sekolah sambil mencari sesuatu di lemari.

CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang