bab 12

69 19 40
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tali ini membelenggu
sampai kapan drama ini berlangsung?
capek
lelah
Hanya ingin bebas

~Dannies Aviandra~
.
.
.

Kadang melihat burung-burung bertebangan inginku
terbang bersama mereka
bagaimana rasanya?
~Ashilla Maharani~
.
.
.

Bagaimana rasanya
terbang bagaikan burung
di langit?
kapan hari itu tiba?

~Ashilla & Dannies~

♤♤♤

T

ak terasa hari mulai gelap dan para ciwi-ciwi telah pulang sebelum maghrib. Kini kamar ditempati Dannies di rumah sakit tersisa mereka bertiga.

"Dan, lo benar-benar gak mau jujur ke Ashilla?" tanya Vedol sambil bersandar di tembok dengan kepala mengadah ke plafon-plafon kamar.

"Lo gak bosan-bosan bertanya pertanyaan yang sama? Jawaban gue tetap sama," jawab Dannies sambil memainkan rambutnya yang berantakan.

Vedol terdiam. Pikirannya menerawang semua kejadian akhir-akhir ini. Sungguh kacau. Tidak ada yang berjalan sesuai keinginannya.

"Daripada itu, lo tetap bakal datang akhir pekan? Gue saranin gak usah, Dan. Kami khawatir penyakit lo makin kumat dari hari ini," ucap Arkam dengan raut wajah khawatir menatap Dannies.

"Tidak, gue tetap pergi. Itu yang mereka inginkan dari gue maka gue kabulkan karena bagaimanapun gue masih anak mereka," jelas Dannies. Netra hazel milik Dannies memandangi langit-langit kamar sembari memikirkan cara mempermalukan ayahnya.

"Gue tahu lo ke sana bukan untuk mengucapkan selamat, tetapi berulah dengan otak licikmu," terka Vedol seolah tahu apa yang dipikirkan Dannies saat ini.

Dannies hanya terkikik menanggapi tebakan Vedol. "Lo memang paling mengenal gue, Ved." Ia bangun seraya memperbaiki posisinya menghadap kedua sahabatnya.

"Lantas, gue tanya ke lo, Ved-" Dannies menjeda kalimatnya sembari melirik Vedol yang tengah menikmati sisa martabak tadi. "Lo gak ada masalah, kan? Minggu lalu gue melihat mantan lo dan pelaku yang melecehkan ibumu sedang jalan-jalan, tapi gelagat mereka mencurigakan seolah mereka memerhatikan ayah lo beraktivitas," sambung Dannies.

Mendengar penjelasan Dannies membuat Vedol tersedak makanan, buru-buru ia mengambil air lantas langsung meneguknya. "Mau apalagi mereka? Tidak cukup membuat gue masuk rumah sakit jiwa dan melecehkan ibu gue dan sekarang ayah gue! Si jalang dan brengesek itu benar-benar mau mati?!" Vedol meras geram, dahinya bertekuk, tangannya terkepal, sorot matanya dipenuhi amarah dan dendam yang membuat Arkam merasa merinding, sedangkan Dannies tampak santai.

"Ini hanya asumsi gue kalau mereka mengincar perusahaan bokap lo yang sedang naik-naiknya," tutur Dannies sambil menghela napas ia seperti merasa sakit, tetapi tidak tahu apa itu.

Arkam memeluk Vedol seraya melakukan hal-hal aneh supaya amarah Vedol mereda.

Namun, perlakuan Arkam malah membuat Vedol tambah emosi. "Heh! Lo cari mati?".

"Iya," jawab Arkam dengan senyum pepsodentnya membuat Vedol mendidih.

"Kalau kalian mau bertengkar silakan saja kalau mau disuntik oleh para suster," kata Dannies tampak acuh.

Seketika mereka berdua terdiam dan terlarut dalam pikiran masing-masing. Sekelebat memori ketika mereka bertengkar tadi siang dan terciduk oleh dokter Baim mereka langsung dimarahi serta disuntik. Ditambah suntiknya itu besar dan belum lagi mereka mendapatkan ceramah dari dokter Arga dan dokter Theo.

Dannies bisa menebak isi pikiran mereka berdua hanya dengan melihat mimik wajah mereka yang keringatan dan panik.

"Gue hanya ingin hidup tenang, apa itu sulit?" gumam Dannies sambil memandangi jendela tepat di samping tempat tidurnya. Terlihat jelas pemandangan kota dari jendela karena kamarnya berada di lantai tiga.

Vedol dan Arkam tampak kebingungan karena keheningan menyelimuti. Lantas mereka berbalik badan dan mendapati Dannies tengah termenung di dekat jendela.

"Kenapa, Dannies?" tanya mereka berdua yang membuat Dannies berbalik melirik ke arah mereka.

"Gue ingin hidup bebas," lirih Dannies dengan tatapan kosong. Hal itu membuat Vedol maupun Arkam membulatkan matanya. Terkejut? Iya.

Ingin bebas bukan kalimat sederhana bagi Dannies dan bebas yang dimaksud oleh Dannies memiliki makna tersendiri.

"Gue gak bisa membiarkan lo bebas sendiri karena gue dan Arkam juga menginginkan kebebasan yang lo maksud," pikir Vedol.

****

"

Shill," panggil Sisil. Ashilla merasa terpanggil pun menyahut sambil sesekali menikmati es krim yang mereka beli di kafe favorit mereka datangi.

"Lo tetap akan mencari tahu rahasia Dannies?" tanya Sisil. Ashilla mengangguk yang membuat Sisil melongo.

"Gue tahu lo mikir ini tak berguna, bukan? Gue yakin selain yang diceritakan Vedol pasti masih ada yang mereka sembunyikan," jelas Ashilla. Sisil dan Vanessa hanya mangut-mangut sambil memakan es krim mereka dengan kue-kue dessert yang mereka pesan tadi.

"Jadi, sejak pertengkaran itu orang tua lo benar-benar akan bercerai?" tanya Vanessa.

"Entahlah, gue udah gak peduli lagi. Lagian kalau mereka menggangap gue anak gak mungkin mereka sampai seperti ini," ucap Ashilla sambil menghela napas. Ia benar-benar capek dan lelah dengan drama kehidupan ini.

Kadang ia berpikir kapan ia bebas? Kapan ini semua berakhir? Kapan dan sampai kapan? Pertanyaan itu selalu memenuhi otaknya sampai rasanya ia ingin segera mengakhirinya saja.

"Gue ingin hidup bebas," lirih Ashilla yang membuat Sisil dan Vanessa terkesiap. Tidak ada yang berani angkat suara dan hanya suara ricuh orang-orang berlalu-lalang.

"Kami juga."

Netra coklat milik Ashilla memandangi langit-langit, terlihat banyak burung-burung yang bertebangan dengan sayapnya mereka terbang dengan bebas. Di sisi lain, di saat yang bersamaan Dannies juga memandangi langit-langit dari jendela. Netra hazelnya tak lepas dari sekelompok burung-burung bertebangan dengan bebas di langit yang membuatnya iri.

Baik Ashilla maupun Dannies bergumam dengan nada suara rendah. "Kapan gue bisa seperti mereka? Gue ingin terbang bebas di sana, bersama mereka."

Hi, gimana? Udah pada nunggu? Btw, ada yang bisa nebak maksud kebebasan yang dibicarakan Dannies dan Ashilla? Tulis di kolom komentar, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi, gimana? Udah pada nunggu? Btw, ada yang bisa nebak maksud kebebasan yang dibicarakan Dannies dan Ashilla? Tulis di kolom komentar, ya.

Jangan lupa vote, komen, dan share  untuk meramaikan cerita ini.

See you next time...

CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang