Mengisahkan keenam anak yang bersahabat dari luar terlihat baik-baik saja, tetapi nyatanya mereka menyimpan luka dan trauma yang mendalam.
Kesalahpahaman membuat hubungan Ashilla dan Dannies merenggang, Vanessa dan Vedol yang selalu menjadi penenga...
"Nyantai kali nyet, kami cuma takut lo ngelakuin hal gila lagi selain meminum obat sampe overdosis," ucap Vanessa sambil duduk di samping Ashilla.
Ashilla tampak mengacuhkan Vanessa dan memilih melihat pemandangan taman di rumah sakit.
"Shill, lo gak masuk jengukin Dannies?" tanya Vedol ikut nimbrung di sebelah Ashilla.
"Gue ragu," tutur Ashilla yang membuat kedua orang itu memandangi Ashilla dengan tatapan kebingungan.
"Ragu?" tanya mereka berdua serempak.
Ashilla mengadahkan kepalanya, netranya melihat-lihat langit. "Langitnya sangat cerah, ya gak kayak hidup gue yang hampa," lirih Ashilla sambil terkekeh.
"Gue heran kenapa lo gak tanya Dannies aja dan menyelesaikan kesalahpahaman ini," kata Vedol yang tampak frustasi menghadapi sahabat-sahabatnya ini.
Sedikit-sedikit mikir bunuh diri, menyakiti diri sendiri, lalu pas sakit mengeluh dan memohon-mohon. Aneh, tapi nyata.
"Akan gue jawab kalau lo jawab kenapa lo ragu menemui Dannies," balas Vedol yang membuat Ashilla berdecak kesal. Mau tak mau ia menjawab. "Gue ragu karena perasaan suka gue padanya padahal gue berusaha membencinya, tapi malah rasa suka ini yang semakin membuncah ketimbang kebencian gue."
"Sekarang jawab pertanyaan gue tadi? Apa maksud ucapan lo?" Ashilla menatap Vedol dengan sangat menusuk hingga Vedol menggaruk kepalanya karena bingung menceritakannya darimana.
"Lo bakal lindungi gue kalau Dannies mengamuk? Soalnya dia tidak mau lo tahu keadaannya," ujar Vedol dengan keringat mengucur di pelipisnya.
Ashilla paham permasalahan ini bukan masalah kecil karena Vedol saja sampai bersikap aneh seperti itu.
"Gue akan lindungi lo jadi ceritakan saja," ucap Ashilla dengan percaya diri.
Vedol menghela napas lantas memulai menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat yang berkaitan dengan Dannies.
Vedol bercerita sampai sejam lebih dan Ashilla maupun Vanessa mendengarkannya dengan seksama.
"Dannies, sudah menanggung beban itu sudah lama sekali dan tidak ingin membebani lo, Shill sampai dia rela dipukul habis-habisan oleh ayahnya," jelas Vedol setelah menceritakannya kepada Ashilla.
Ashilla termangu, pikirannya kalang kabut, dan kepalan tangannya memenggang ujung celananya dengan sangat kuat.
"Sialan! Ayah macam apa dia?! Tidak, dia lebih pantas disebut sampah!" maki Vanessa yang tersulut emosi sampai semua mata orang-orang di sana tertuju kepadanya, tetapi Vanessa sudah tidak peduli dengan semua tatapan dan omongan orang-orang disekitar.
"Keparat!" maki Ashilla yang membuat Vanessa dan Vedol memandanginya tak percaya kata itu keluar dari mulut Ashilla yang selama ini menjaga sopan santunnya.
"Ketularan Dannies nih kayaknya sampai bisa memaki orang," bisik Vanessa kepada Vedol di belakang Ashilla.
"Kayaknya," timpal Vedol yang juga setuju dengan Vanessa.
"Di mana pak tua itu?" Ashilla menarik kerah baju Vedol dengan tatapan maut mematikan yang membuat Vedol merinding.
"Gue salah apa sampai terseret dalam masalah kalian, sih?" pikir Vedol yang tampak pasrah dengan keadaannya saat ini menjadi amukan Ashilla.
***
S
ementara itu, Arkam melongo saat mendengar penjelasan Dannies.
"Jadi, alasan lo sampe drop gini gara-gara bokap lo minta pulang hanya untuk bertemu dengan istri barunya dan itu setelah perceraian! Gila! Golok mana golok? Gue libas tuh pak tua sialan kalau dibiarkan hidup hanya menjadi sampah gak guna," ucap Arkam penuh emosi.
Sisil berusaha menenangkan Arkam bahkan mereka sampai adu mulut.
"Mulut lo bau jigong, njir," celetuk Sisil yang membuat Arkam tidak terima.
"Apa lu bilang, centil?" balas Arkam. Sisil yang merasa panas pun menjambak rambut Arkam dan Arkam pun melakukan hal yang sama kepada Sisil.
Dannies tampak lelah dengan perdebatan sahabat-sahabatnya. Mau tidur pun ia tidak tenang, mau marah pun ia sudah kehabisan suara dan tenaga, dan ia benar-benar lelah sekarang cuma pengen tidur saja.
"Gue cuma mau tidur," gumam Dannies dengan mata sayunya.
Vedol, Vanessa, dan Ashilla yang baru masuk kamar dikejutkan dengan pertemgkaran Arkam dan Sisil.
"Woi! Berhenti! Gue doain kalian jodoh di masa depan!" teriak Vedol begitu ia masuk. Ia tidak mau ikut bertengkar lagi nanti dia juga bakal kena omel lagi dari dokter Baim. Ia tidak mau!
"Gak bakalan!" jawab Arkam dan Sisil dengan serempak.
"Cie, kompak jawabnya," goda Vanessa dengan senyuman yang sulit diartikan.
"Enggak!"
"Woi! Gak kapok kalian dalam sehari udah 2 kali berantem di rumah sakit!" hardik dokter Baim yang datang karena mendengar adanya keributan.
"M- maaf, dok."
Ashilla tertawa melihat teman-temannya yang diomeli oleh dokter Baim. Netranya tak sengaja bersitatap dengan netra hazel milik Dannies.
"Lo gak papa?" tanya Ashilla sambil berjalan mendekati Dannies yang berada di tempat tidur.
"Udah mendingan-" Dannies terkejut melihat Ashilla duduk di sampingnya dengan senyuman manisnya, tetapi bagi Dannies itu senyuman horor.
"Mati ni gue," batin Dannies dengan keringat bercucuran.
"Ada banyak yang ingin ku tanyakan, ketua osis," ucap Ashilla yang membuat Dannies menelan salivannya.
"Mampus."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Special hari ini untuk kalian para pembaca setiaku... berhubung diriku ultah jadi update beberapa cerita dalam sehari untuk kalian. Semoga suka dan nantikan keseruan kisah Dannies, Ashilla, dan kawan-kawan. kedepannya.
Jangan lupa vote, komen, dan share, ya untuk meramaikan cerita ini.