bab 3

168 38 109
                                    

❗️WARNING DI BAB INI ADA ADEGAN KEKERASAN❗️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❗️WARNING DI BAB INI ADA ADEGAN KEKERASAN❗️

Keesokan harinya, Vanessa dan Ashilla berangkat ke sekolah bersama-sama. Mereka tampak seperti biasanya padahal sudah terjadi hal mengerikan semalam.

"Semalam lo dengar suara tangisan?" tanya Vanessa sambil mengingat-ingat.

"Perasaan lo aja kali." Ashilla mempercepat langkahnya meninggalkan Vanessa.

"Woi! Tungguin gue!" Vanessa berlari mengejar Ashilla sambil berdecak kesal ditinggalkan begitu saja.

Dannies, Arkam, dan Vedol melihat mereka menggelengkan kepala.

"Kenapa mereka?" tanya Vedol.

"Tahu," timpal Arkam yang langsung mendapat hadiah jitakan dari Vedol.

"Aduh, kenapa, sih?" Arkam mengelus kepalanya yang sakit.

"Cuma pengen," celetuk Vedol. Arkam yang tidak terima langsung membalas perbuatan Vedol.

"Kalian! Lama-lama gue tinggal!" Dannies menatap tajam mereka berdua seketika nyali mereka ciut.

Dannies menghela napas, netranya menangkap siswa yang mencoba memanjat pagar di bagian belakang sekolah.

"Gue ada urusan." Dannies melangkahkan kakinya pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

"Woi! Mau ke mana, bro?" teriak Arkam, namun cowok itu sudah berjalan jauh.

"Eh? Kenapa kita masuk lewat gerbang tengah? Kan, gerbang utama di sebelah sana dan ini dekat gerbang belakang ... jangan-jangan Dannies pergi mengeksekusi anak-anak di sana?" tebak Vedol. Mereka saling memandang, "Kita harus menghentikannya!" Belum sempat mereka pergi menyusul Dannies tiba-tiba mereka ditarik oleh seseorang.

"Mau ke mana kalian?" dari suaranya yang pasti dia seorang cewek, tetapi Vedol tidak merasa asing dengan suara tersebut.

Vedol melirik ke belakang, netranya menemukan seorang cewek berambut pendek tengah menatap tajam ke arahnya. "Sisilia?"

"Apa?" Sisil mengangkat satu alisnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Vedol.

"Kami mau nyusul Dannies," jawab Arkam terbata-bata. Sisil melepaskan genggamannya sembari menghela napas.

"Lo berdua tahu di mana Vanessa dan Ashilla?" tanya Sisil.

"Tadi mereka masuk ke kelas," jawab Arkam. Sisil berterima kasih dan pergi meninggalkan mereka.

"Nenek lampir bikin gue jantungan aja." Vedol mengelus dadanya lega. Arkam mengernyitkan alis. "Lo bakal mati di tangan Sisil kalau sampe dia dengar."

"Seba itu, gue baru mengunmpat pas dia tidak ada," ucap Vedol sembari tersenyum pepsodent.

"Serah lu." Arkam berdecak kesal lalu mereka menyusul Dannies dengan perasaan takut dan khawatir.

***

CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang