bab 27

15 1 0
                                    

Velona menatap putranya yang tertidur lelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Velona menatap putranya yang tertidur lelap. Sudah lama ia tidak menyanyikan lagu pengantar tidur. "Apa yang telah ku perbuat? Dannies, anakku sayang tetaplah hidup dan tumbuh sehat." Velona mengecup kening Dannies lalu berjalan keluar kamar.

"Ibu Velona Rahayu, bisakah kita bicara?"

Velona berbalik menatap pemilik suara yang memanggilnya. "Anda? Dokter Adrian?"

Adrian mengangguk. "Aku ingin kamu mengabulkan keinginan terakhir mendiang putra sulungmu, Azhar Aviandra."

"Keinginan terakhir? Kenapa Anda baru mengatakannya sekarang?" tanya Velona dengan mata berkaca-kaca.

Adrian terdiam. Velona mengepalkan tangan menahan emosi. "Jawab aku Dokter Adrian!"

"Maaf. Aku memang tidak ada hak untuk ikut campur, tapi aku tahu kondisi keluarga Aviandra. Aku tidak bisa meminta Pak Aviandra yang melakukannya jadi aku menunggu Anda." Adrian mengeluarkan sepucuk surat dan liontin diberikan kepada Velona. "Keinginan Azhar di surat ini lalu liontin ini ... kukembalikan. Katanya ini hadiah dari Anda untuknya sewaktu ulang tahunnya ke-12 tahun."

Tangisan Velona pecah saat menerimanya. Dokter Adrian hanya menatap iba Velona yang menangis. "Aku tahu pasti berat. Tugasku sebagai dokter Azhar sudah selesai, Ibu. Tolong jangan lakukan kesalahan yang sama kepada Dannies. Anak itu masih ada harapan hidup dan hanya Anda yang bisa menyelamatkannya."

"Iya, terima kasih atas kerja Anda selama ini." Velona mengatakannya sambil bersujud.

"Sudahlah, berdirilah. Anda sedang hamil. Ibu perlu melakukan keinginan Azhar," kata Adrian sembari berlutut di hadapan Velona. Wanita itu pun mengangguk lalu berpamitan pergi.

Adrian menatap punggung Velona yang menjauh. Namun, tiba-tiba tepukan di bahu Adrian mengejutkannya.

"Malang sekali nasib keluarga Aviandra. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa dengan penyakit diderita Ibu Velona."

"Iya, aku pun. Tapi, bukannya beliau tetap bersikeras melahirkan anaknya walau risiko nyawanya?" Adrian menimpali.

Wanita dengan jas putih itu mengangguk. "Ternyata sekaya apa pun orang, tapi satu hal yang tak bisa dibeli oleh uang."

Adrian menyetujui ucapan dokter wanita tersebut. "Apa respon Pak Aviandra saat tahu mantan istrinya sebenarnya hamil anaknya?"

"Jadi, kamu sudah melihat hasil tes siapa ayah sebenarnya janin itu?"

"Iya, tapi kenapa Ibu Velona tidak ingin jujur?" Adrian menatap dokter wanita di sampingnya. "Apa kamu tahu apa yang terjadi dan di mana anak yang dikatakan gugur? Anak itulah sebenarnya anaknya Pak Adit, kan? Jawab aku Celina!"

"Iya, aku tahu. Anak Pak Adit belum meninggal, anak itu lahir 3 tahun lalu dan sekarang tinggal bersama pengasuhnya. Ibu Velona yang menyembunyikannya dan bersikap seolah anak yang dikandungnya sekarang anak Pak Adit padahal bukan. Ini efek karena Ibu Velona sempat keguguran sebelum kejadian malam itu jadi ingatannya kacau," jelas Celina. Adrian tidak bisa lagi berkomentar setelah mengetahui fakta yang sebenarnya.

"Kaget? Aku juga. Sudah kusarankan pada beliau untuk periksa ke poli jiwa, tapi ia menolak." Celin meneliti wajah Adrian yang masih memproses semua informasi. "Suatu saat fakta ini akan segera diketahui orang-orang dan anak itu akan diperebutkan hak asuh."

Adrian mengembuskan napas. "Ngomong soal anak, apa yang semalam berhasil? Kita sudah menikah 2 tahun, tapi belum dikarunai anak." Pria itu memeluk Celin dari belakang dengan hangat.

"A- aku- Celin menjeda kalimatnya lalu berbalik menatap Adrian. "Aku hamil, Sayang," bisiknya.

"Sungguh?" Adrian bertanya dengan mata berbinar-binar lalu Cellin mengangguk tanpa ragu sembari mengeluarkan hasil USG kepada Adrian.

"Kembar?!"

"Iya."

Adrian langsung menggendong Celin lalu mencium keningnya. "Terima kasih, istriku. Jangan terlau banyak bekerja mulai sekarang, aku akan memerhatikan semuanya."

"Dasar, jangan sok jadi dokter. Aku juga dokter," gerutu Celin.

***

Di taman rumah sakit, Vanessa dan Vedol duduk sambil termenung memikirkan kedua orang tadi. Terlihat jelas ketakutan di mata mereka.

"Bagaimana sekarang? Mereka mau apalagi?" Vedol dan Vanessa sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.

"Kalian tidak boleh begini terus."

Suara yang tidak asing langsung menarik perhatian Vanessa dan Vedol. "Ashilla?"

"Lawan mereka! Jangan lemah begitu! Apa harus aku dan Dannies menghajar kalian lagi baru sadar?! Sekarang saatnya bangkit dan melawan trauma itu!" Ashilla berbicara dengan lantang. Aura yang terpancar darinya sangat kuat. Sosok Ashilla yang kuat dan tegas, inilah baru Ashilla Maharani Dewantara.

Vedol dan Vanessa saling menatap lalu mengangguk tanpa ragu. Ashilla tersenyum puas. "Bagus! Ini baru sahabatku."

"Jadi, tadi kami bukan sahabatmu?" Vedol dan Vanessa bertanya dengan nada sedikit dinaikkan.

"Sejujurnya iya! Mana ada sahabatku yang letih dan lesu kayak mayat hidup?"

Sindiran Ashilla langsung membuat hati kedua orang itu sakit. Namun, ada benarnya. Mereka sudah berjanji tidak akan menunjukkan sisi lemah di hadapan orang-orang jika tidak ingin ditindas.

"Ayo, masuk. Arkam dan Sisil tiba-tiba mendapatkan begitu banyak buah. Sayangnya, kita tidak bisa mengajak Dannies belum bisa keluar kamarnya," ucap Ashilla dengan raut wajah sedih.

Vedol dan Vanessa menyeringai. "Ada yang sedih, nih."

"Iya, gak bisa makan bareng ayang- aduh." Vanessa langsung digeplak oleh Ashilla. Perempuan itu mengerucutkan bibirnya lantaran kesal.

"Yaudah, kita makan di kamar Dannies aja," usul Vedol.

"Ayo! Cepat-cepat!"

"Sabar kalian! Jangan dorong-dorong." Ashilla benar-benar kesal, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Pada akhirnya, mereka berlima makan di kamar Dannies walaupun awalnya dokter Baim melarang karena Dannies masih tidur. Akan tetapi, Dannies malah terbangun dan memohon ke dokter Baim sampai mengancam akan melepas selang infus dengan paksa. Mereka berenam bercanda tawa dan saling bertukar cerita seolah tidak terjadi apa-apa.

 Mereka berenam bercanda tawa dan saling bertukar cerita seolah tidak terjadi apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hi~ lama tak update. Semoga bab kali ini dapat mengobati rindu kalian. Gimana? Kaget fakta sebenarnya? Tenang, masih banyak fakta lebih mengejutkan dan misteri belum terpecahkan. Jamgan lupa follow, vote, dan komen.

See you...🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CandramawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang