[02] a can of soda

1.1K 194 37
                                    

Dia memasukan koin ke dalam mesin, lalu memilih minuman yang dia inginkan. Jiwon mengambil soda yang dibelinya sebelum beranjak mencari tempat duduk di tribun lapangan.

Baru saja Jiwon membuka kaleng dan hendak meminum sodanya, tiba-tiba seseorang merampasnya lebih dulu dan langsung meneguk soda tersebut tanpa tahu diri. Merasa cukup kesal, Jiwon sontak menampar punggung si pelaku hingga membuat orang itu memuncratkan kembali soda yang nyaris ditelannya.

"Hei!" protes Kyungjun keras, mendelik tidak percaya pada gadis yang duduk disebelahnya.

"Sial, menjijikan," dengus Jiwon, sembari mengelap lenganya yang sempat kena sedikit muncratan soda Kyungjun.

"Aku hampir tersedak. Bagaimana jika aku mati?" sahut Kyungjun cukup dramatis diteliga Jiwon, sehingga membuat gadis itu lekas mengerling malas.

"Siapa yang menyuruhmu mengambil soda milik orang lain?" balas Jiwon sewot.

Kyungjun mengelap mulutnya dan membersihkan tangannya yang basah, lantas meletakan kaleng berisi setengah soda itu disampingnya duduk. Dia kemudian menoleh ke arah Jiwon, menatap gadis itu yang tengah memandang ke arah lapangan.

"Kenapa duduk sendirian di sini? Bukankah udara agak dingin di luar?" ujar Kyungjun, mengikuti arah pandang Jiwon. Dia menatap santai ke arah lapangan yang kosong. Biasanya, akan ada anak-anak yang bermain disekitar lapangan, namun karena udara masih terasa dingin, maka sebagian besar murid lebih memilih berada di dalam gedung sekolah.

Jiwon menipiskan bibirnya, untuk beberapa saat tidak memberikan jawaban. Dia melirik laki-laki yang duduk di sampingnya. "Hanya, terlalu berisik di dalam, itu membuat kepalaku agak sakit." Dia menghebuskan napas berat, membuat sedikit uap keluar dari mulutnya. "Kau sendiri, ngapain berada di luar? Aku melihatmu masih tidur di kelas sebelumnya."

"Seperti katamu, orang-orang itu berisik," balas Kyungjun. Jiwon mengerling malas.

Ada jeda hening dalam waktu yang cukup lama. Keduanya sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Kyungjun memperhatikan gadis yang duduk disampingnya. Memandangi vitur wajah gadis tersebut yang nampak mempesona walaupun hanya nampak dari samping.

Awalnya, keberadaan Jiwon sebagai si peringkat pertama di kelas bukan sesuatu yang berarti bagi Kyungjun. Mereka berbeda, antara gadis berprestasi dan berandal kelas. Shin Jiwon dan Ko Kyungjun, mendengar nama saja semua orang tahu seberapa berbedanya mereka, seolah keduanya hidup di dunia yang berbeda.

Bahkan meski berada di kelas yang sama, mereka seperti orang asing. Ketika Jiwon mendapat sanjungan dari guru karena nilainya yang tetap stabil diperingkat atas, Kyungjun bersikap tidak peduli dan tetap masa bodo tidur selama pelajaran. Atau ketika Kyungjun membuat keributan dalam kelas bersama dua temannya hingga membuat teman sekelas mereka marah, Jiwon hanya akan memasang earphone, menyumbat telinganya, melanjutkan belajarnya dan mengabaikan segala keributan disekitarnya.

Mereka benar-benar asing. Tapi, suatu hari, pada suatu kejadian, Kyungjun yang selalu tidak memperdulikan gadis berprestasi tersebut dengan perlahan mulai lebih sering memperhatikannya, dan Shin Jiwon yang awalnya tidak berarti apa-apa mulai menjadi begitu berharga bagi Ko Kyungjun.

Mungkin, hanya Kyungjun yang merasa demikian, karena meski hubungan mereka telah berkembang dari sekedar orang asing menjadi teman, Jiwon masih bersikap biasa saja dan terkesan cuek.

"Kau tidak mau masuk kelas?"

Lamunan Kyungjun buyar oleh seruan Jiwon. Dia menatap gadis tersebut yang sudah berdiri dan tengah memandang balik ke arahnya dengan alis terangkat naik.

"Apa?" tanya Kyungjun, sedikit linglung.

"Belnya sudah bunyi," kata Jiwon heran. Kyungjun sepertinya terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri sehingga tidak mendengar bel yang baru saja berbunyi. "Ayo masuk kelas. Kau udah kelas tiga, jangan terlalu banyak membolos," ajak Jiwon. Sedikit menasehati.

Kyungjun sedikit tersenyum dan bangkit berdiri. "Apa kau mau memberiku sesuatu jika aku tidak sering bolos lagi? Kalau begitu akan kulakukan dengan senang hati."

Sorot mata Jiwon berubah sinis. "Untuk apa aku memberikan hadiah pada hal yang menguntungkan dirimu sendiri?" katanya sengsi. Dia kemudian berbalik dan melangkah pergi lebih dulu, sementara Kyungjun hanya semakin melebarkan senyum sebelum menyusul Jiwon menuju kelas mereka.

Masih belum ada guru yang masuk, jadi suasana kelas masih cukup bising. Mengabaikan Kyungjun mengambil tempat duduknya di samping pintu, Jiwon berjalan menuju mejanya sendiri.

"Jiwon-na!" sapa Yoonseo, seolah menyambut kedatangan gadis tersebut.

Jiwon hanya membalas dengan senyum kecil. Dia mengusir salah satu teman kelasnya yang menduduki mejanya, lalu mendudukan dirinya begitu saja dibangku belakang Yoonseo.

"Jiwon-na, dari mana saja?" tanya Junhee, membuat Jiwon melirik ke arah laki-laki itu.

"Dari luar," jawab Jiwon singkat.

Junhee menoleh ke arah jendela sejenak, bahkan tanpa membuka jendela, sudah bisa dipastikan bahwa udara masih terasa cukup sejuk di luar. "Bukankah diluar cukup dingin?"

Jiwon mengangguk, membenarkan ucapan Junhee. "Aku hanya merasa perlu jauh dari kebisingan sebentar. Di dalam sini terlalu ribut, jadi aku pergi ke luar."

Junhee mengangguk penuh pengertian. Sejak sekolah dimulai, Jiwon juga mulai kembali kerutinitas biasanya, yaitu belajar dalam tiap kesempatan. Menjadi murid berprestasi dan harus mempertahankan peringkat memang bukan perkara mudah. Namun, terkadang, karena terlalu banyak menggunakan otak untuk berpikir, otak menjadi terlalu panas dan perlu istirahat. Junhee juga terkadang merasakannya, jadi dia paham bagaimana perasaan Jiwon.

Junhee membuka tasnya, mengeluarkan sesuatu dari sana, lantas memberikannya pada Jiwon. "Minumlah."

Jiwon menatap pemberian Junhee, itu adalah sekaleng soda. Seolah-olah Junhee tahu kalau Jiwon sempat kehilangan soda miliknya karena seseorang. Jiwon tersenyum dan menerima pemberian itu. "Terima kasih"

Junhee mengangguk, senang Jiwon menerima pemberiannya.

Sementara itu, diam-diam, Yoonseo memperhatikan interaksi mereka dengan sedikit rasa iri dan cemburu. Junhee sangat memperhatikan Jiwon. Laki-laki itu bahkan tahu kesukaan Jiwon yang lebih menyukai soda dari pada cola.

Tidak jauh dari bangku mereka, Kyungjun juga memperhatikan dengan tatapan agak sinis. Jelas sekali Kim Junhee sedang berusaha mendekati Jiwon dan Kyungjun tidak bisa menerimanya. Dia tidak akan membiarkan Junhee mendapatkan Jiwon karena dialah yang akan memiliki gadis itu sepenuhnya.

To Be Continued


A/n

Banyak juga ya, yang nge-vote Kyungjun. Notifnya sampe jebol. Tapi nggak papa, teruskan, karena aku suka ><

Api-api persaingan sudah akan di mulai. Siapakah yang akan memenangkan hati karakter utama kita?

Jangan lupa vote dan komentarnya yeorebun~

ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang