Pagi itu, ujian percobaan untuk anak kelas 3 diadakan. Semua terfokus pada kertas di meja mereka masing-masing, mengerjakan soal untuk menemukan jawaban.
Pikiran Jiwon fokus, ketika ada banyak hal yang mengganggu pikirannya, dia mencoba fokus pada ujian yang tengah berlangsung.
Meski hanya ujian percobaan, Jiwon merasa dia harus tetap bekerja keras. Dia harus menyelesaikannya dalam tekanan pikiran tentang pembicaraannya dengan Yoonseo tempo hari.
Kenapa Yoonseo mengatakan itu?
Jiwon tidak bisa menebak pikiran Yoonseo kali ini. Tapi, dia pikir dia sudah tahu alasannya. Hubungan mereka, Jiwon mengakuinya bahwa setelah sama-sama kehilangan Seeun, ikatan mereka menjadi semakin erat, seolah pita merah berubah menjadi tali tambang. Sebab kehilangan membuat mereka semakin protektif terhadap satu sama lain, karena mereka takut untuk merasakan sesak yang sama sekali lagi.
Tapi, perasaan yang sama pada satu orang yang sama sedikit mengikis tali tambang itu, seolah perasaan Jiwon dan Yoonseo pada Junhee bisa menjadi pisau yang bisa memutus ikatan mereka.
Maka, hanya ada dua cara yang bisa dilakukan.Pertama, adalah salah satunya menyerah.
Atau kedua, mereka sama-sama berhenti.
Tapi, bagi Yoonseo, Jiwon pantas mendapatkan Junhee. Jadi, dari pada cara kedua, Yoonseo memilih cara pertama, yaitu dia yang menyerah dan membiarkan Jiwon sebagai pemenang.
Namun, Jiwon telah memutuskan sejak lama. Cara pertama seperti Yoonseo, meski perasaannya sulit dihilangkan dan justru tumbuh semakin kuat.
Bel mengakhiri ujian, tepat ketika Jiwon menyelesaikan soal terakhir. Dia berdiri dari bangkunya, melewati Yoonseo yang melirik lirih padanya. Menyerahkan jawaban ujiannya dan lekas keluar dari kelas.
Ujian itu adalah kelas terkahir sebelum jam pulang sekolah. Jadi, tanpa menunggu siapa pun, Jiwon pergi begitu saja. Akan tetapi, di tengah koridor, dia dihentikan oleh seseorang, saat Jiwon menoleh, dia melihat Junhee tersenyum padanya.
"Ayo ke halte bus bersama."
Bukannya menanggapi ajakan Junhee, Jiwon justru menoleh ke belakang, melihat ke arah pintu kelas, menunggu beberapa saat sampai sosok yang ditunggunya tidak kunjung keluar. Jiwon menghembuskan napas berat dan beralih pada Junhee. Dia tersenyum kecil dan mengangguk, berjalan bersama Junhee menuju halte bus.
Sementara itu, Yoonseo yang sejak tadi berdiam diri di dalam kelas hanya bisa menggigit bibirnya, merasakan perasaannya mencelos dan perih dengan alasan jelas. Dia memang sudah memilih dan terang-terangan pada Jiwon, namun tidak mudah melakukannya.
Dan seperti apa yang dirasakan Jiwon. Berusaha terlalu keras untuk melupakan seseorang bukan perihal mudah, dan usaha keras itu bukannya perlahan mencabut perasaan yang dia miliki untuk Junhee, tapi justru mengakar lebih dalam.
"Eh? Yoonseo?"
Yoonseo terpenjat, dan pikirannya buyar oleh suara barusn. Dia langsung menoleh dan menemukan Donghyun di ambang pintu kelasnya.
"Kelasnya sudah kosong. Yoonseo-a, apa kau melihat Jiwon?" tanya Donghyun.
Sebisa mungkin mengontrol ekspresi meski emosi dan perasaannya tidak menentu, Yoonseo menyahut, "dia keluar kelas duluan, sepertinya sedang menunggu bus di halte sekarang."
"Ah, begitu," respon Donghyun. "Aku kirim sms padanya dan bilang akan pulang bersama, tapi tidak dibalas."
"Dia ada dengan Junhee."
Perkataan Yoonseo membuat Donghyun yang tadinya sedang melihat layar ponselnya jadi melirik, dan untuk sesaat, dia bisa melihat kegetiran ketika gadis itu mengulum bibir dengan ekapresi muram. Tapi Donghyun tidak ingin bertanya meski dia penasaran, jadi dia mengalihkan topik dengan mengajak Yoonseo untuk berjalan bersama ke halte.
Tapi, sesaat sebelum mereka berhasil mencapai halte, Yoonseo pamit dan bilang dia akan naik taksi saja. Donghyun tidak punya hak, jadi dia membiarkan Yoonseo pergi.
Saat itulah, Donghyun melihatnya. Jiwon dan Junhee yang tengah duduk berdampingan di halte bus. Mereka sedang mengobrol entah membahas topik apa. Meski Donghyun tidak bisa melihat ekspresi semacam apa yang dipasang Jiwon saat ini sebab gadis itu membelakanginya dan fokus pada Junhee. Tapi Donghyun tahu, Jiwon sedang tersenyum.
"Kau seharusnya melakukan ini sejak awal."
"Maaf Yoonseo. Tapi aku lebih perduli pada Jiwon."
"Dia sudah melalui banyak hal selama ini dan terluka berulang kali karenannya."
"Saat ini, hanya Junhee yang kupikir bisa membuat Jiwon tersenyum dengan begitu bahagia tanpa memikirkan rasa sakitnya."
°•°•°
Jiwon dan Junhee duduk bersama di dalam bus. Jiwon mengambil tempat di samping jendela. Tepat saat bus akhirnya berjalan, Jiwon melihat Donghyun berdiri di halte, melambai padanya dengan senyum lebar terpatri di wajah lelaki itu. Seolah mengatakan bahwa Jiwon telah mengambil keputusan yang benar.
Tapi Jiwon masih tidak yakin dan ragu.
"Jiwon-na. Setelah ujian selesai, mau jalan denganku?"
Ajakan Junhee mengambil alih perhatian Jiwon, dan dia bisa melihat senyum Junhee yang menawan. Saat itu Jiwon terpanah dan dia bisa merasakan jantungnya berdetak tidak normal atas sensai dari perasaan yang meluap.
"Hanya kita berdua," lanjut Junhee.
Seberapa keras Jiwon berusaha, dia tetap jatuh juga. Seharusnya dia abai saja, bukannya berusaha sangat keras dan justru mengakibatkan perasaannya semakin tumbuh lebih besar.
Jadi, apakah Jiwon harus mengikuti kata Donghyun, agar dia egois. Dan menuruti kemamuan Yoonseo yang telah memutsukan untuk mundur.
"Kau bisa pilih tempatnya..."
Berpikir terlalu keras seperti tidak ada gunanya.
"Taman hiburan. Aku ingin mencoba beberapa wahana."
Junhee tidak tahu, ada banyak konflik dalam benak Jiwon untuk waktu yang lama sebelum memutuskan untuk maju selangkah setelah lama hanya diam di tempat.
"Ayo ke taman hiburan setelah ujian selesai, Junhee-ya."
Junhee hanya bisa tersenyum bahagia mendengar tanggapan Jiwon, serta bagaimana gadis tersebut memamerkan senyuman yang seolah hanya ditunjukan untuknya. Saat itu, dia merasa seolah telah memenangkan sesuatu.
To Be Continued
A/n
Hemm. Silahkan tanggapannya di sini yeorebun~
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
FanficMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...