Jiwon turun dari bus diikiti Junhee, keduanya kemudian berjalan bersama menuju rumah Jiwon yang masih beberapa meter jauhnya dari halte.
"Hari ini sangat menyenangkan. Terima kasih, Junhee-ya."
Junhee memberi senyum lembut. "Senang mendengarnya, itu berarti bukan hanya aku yang menikmati."
Senyum malu-malu Jiwon sejenak muncul, namun dia segera menguasi diri dengan cepat dan menyahuti perkataan Junhee "Aku menikmatinya juga, sungguh."
Karena merasa gemas, tangan Junhee tanpa sadar terangkat mengusak rambut Jiwon, membuat sang gadis sejenak tertengun dengan pipi yang semakin merona.
Sementara itu, tanpa kedua orang itu sadari, ada dua orang lagi berjalan tidak jauh di belakang mereka. Kyungjun berjalan bersama Jaewon, mereka sedang mengoborl tentang basket karena Jaewon tiba-tiba jadi banyak bicara setelah menonton pertandingan basket tadi siang. Sampai Kyungjun menyadari siapa yang berjalan tidak jauh di depannya dan Jaewon memanggil keras.
"Nunna!"
Jiwon menoleh dengan langkah yang otomatis berhenti saat melihat Jaewon berjalan bersama Kyungjun menghampirinya dan Junhee. Kebingungan dengan bagaimana adiknya itu bisa bersama Kyungjun.
"Jaewon-na." Jiwon tertengun sampai dua orang yang ditunggu tiba dihadapannya.
"Adikmu?" tanya Junhee, Jiwon melirik sejenak dan mengangguk. Junhee menatap ke arah anak laki-laki tersebut dan dengan aneh melihat Kyungjun di sana bersama adik laki-laki Jiwon. Apa mereka saling kenal?
"Kyungjun? Kenapa kau bisa bersama adikku?" tanya Jiwon begitu mereka Kyungjun dan Jaewon sampai di hadapannya.
"Kami tidak sengaja bertemu tadi siang. Maaf karena membuatnya pulang terlambat," kata Kyungjun.
"Hyung mangajakku menonton pertandingan basket," kata Jaewon dengan intonasi senang, sedikit mengagetkan Jiwon sebeb Jaewon bukan tipe anak yang mudah terkesan.
"Pertandingan basket?"
"Hanya pertandingan kecil dengan anak-anak sungjin," jelas Kyungjun.
Jiwon menghembuskan napas halus, tidak keberatan. Dia justru berterima kasih ada seseorang yang menjaga Jaewon sementara dia pergi. Jiwon pikir, meninggalkannya di rumah, Jaewon yang mudah bosan akan pergi ke rumah Donghyun, tapi sepertinya anak laki-laki tersebut justru berkeliaran sampai akhirnya bertemu Kyungjun.
"Maaf sudah merepotkan. Dan terima kasih sudah mengajaknya main." Jiwon memberikan senyum tulus penuh terima kasih. Membuat Kyungjun yang menerimanya ikut tersenyum dengan perasaan senang. Tapi saat pandangannya bersibobrok dengan Junhee yang masih berdiri di samping Jiwon, ekspresi wajahnya seketika jadi keruh lagi.
Mereka berjalan bersama sampai di depan rumah Jiwon. Setelah Jiwon pamit masuk ke dalam rumah bersama adiknya dan meninggalkan Junhee dan Kyungjun yang masih bersitegang. Kedua laki-laki itu melemparkan tatapan permusuhan satu sama lain sebelum pergi ke arah yang berlawanan.
Kyungjun mengumpat sembari menendang angin. Dia belum melakukan sesuatu tapi Junhee tampaknya sudah berhasil mengambil hati Jiwon. Dia masih ragu karena pikiran tentang perbedaannya dan Jiwon, dan bagaimana orang-orang akan memandang mereka nantinya. Tidak ada yang mendukung atau berpihak padanya, jadi itu cukup membuat Kyungjun terganggu. Dia terlalu lama berpikir, tapi waktu yang dia habiskan untuk berpikir juga merupakan kesempatan dan dia melewatkannya.
Jika Jiwon benar-benar berakhir bersama orang lain, Kyungjun yakin dia akan menyesal karena tidak melakukan apa-apa. Jadi, dia pikir dia perlu mencoba, dia harus mengambil langkah juga dan melihat siapa yang akan meraih finis lebih dulu dan menang.
•°•°•°
Hari ini, kelas berakhir dengan cepat, karena para guru akan melakukan rapat. Jiwon sedang memasukan barang-barangnya ke dalam tas saat Junhee menghampirinya dan mengajaknya pulang bersama. Jiwon mengiyakan dan ingin mengajak Yoonseo juga, tapi ketika dia melihat ke meja gadis itu yang sudah kosong dan berarti pemililnya sudah pergi, Jiwon mengela napas berat.
Jiwon merasa bahwa sejak pengakuan Yoonseo kala itu, Yoonseo mulai menghindarinya. Sudah beberapa kali Jiwon berniat bicara padanya, tapi Yoonseo selalu punya alasan untuk menghindar. Jika Yoonseo benar-benar serius menyerah dan menyuruh Jiwon untuk menerima Junhee, setidaknya jangan bertindak seperti ini. Jiwon justru akan merasa bersalah. Jika begini, pilihan pertama untuk membuat salah satunya menyerah juga bukan pilihan bagus. Pada akhirnya, ikatan mereka juga perlahan-lahan putus.
"Junhee-ya. Kau satu tempat les dengan Yoonseo kan?" tanya Jiwon.
"Ya. Ada apa?" Alis Junhee berkerut penasaran, sedikit bingung melihat tampang letih Jiwon yang agak sedih juga.
"Setelah ini kau akan ke sana? Kalau begitu Yoonseo juga akan ada di sana kan?"
Gumaman Jiwon membuat Junhee semakin berpikir bahwa ada sesuatu yang tidak beres mengamgguk Jiwon. Jadi dia dengan perhatian bertanya padanya dengan lembut, "Jiwon-na. Ada apa? Apa ada masalah?"
Tidak ingin membuat Junhee khawatir apa lagi sampai terlibat, Jiwon segera menggeleng cepat. "Tidak. Bukan apa-apa. Hanya ingin bertanya." Jiwon memberi senyum kecil, menegaskan bahwa Junhee tidak perlu memikirkannya. Tapi Junhee sudah lebih dulu cemas, namun karena Jiwon bersikap seolah tidak ingin membicarakannya, jadi Junhee terpaksa menahan diri. Dia akan menunggu sampai Jiwon sendiri yang bercerita padanya.
Saat tiba di gerbang, langkah Junhee terhenti karena tali sepatunya lepas. Jiwon ikut berhenti untuk menunggunya. Tapi, tiba-tiba, seseorang meraih tangan Jiwon dan mengajaknya pegi. Mengejejutkan Jiwon saat dia mulai di ajak berlari sampai masuk ke dalam bus.
"Hei, Ko Kyungjun. Apa maksudnya ini!" seru Jiwon agak kesal. Dia masih cukup syhok atas tindakan tiba-tiba barusan. Sementara itu, bus mulai bergerak meninggalkan halte dan Jiwon bisa melihat Junhee baru saja berlari menuju halte dan terkejut menemukannya pergi lebih dulu. Junhee pasti kecewa padanya dan Jiwon merutuk saat dia memikirkan hal itu.
Jiwon mendelik pada Kyungjun yang mengambil tempat di sampingnya. Mengapit Jiwon yang mengambil tempat di sisi jendela.
"Aku butuh bantuanmu," kata Kyungjun.
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Jiwon. Dia sudah cukup sabar saat ini, menahan diri untuk tidak mengumpat atau memukul orang.
Kyungjun tersenyum tipis, menatap Jiwon dengan kelegaan di wajahnya. "Kuberitahu nanti."
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
FanfictionMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...