Setelah melewati segala perawatan seminggu penuh di rumah sakit, dan beberapa hari di rumah. Junhee akhirnya kembali ke sekolah. Beberapa temannya langsung menyambut, bahkan Heoyul, Eunchan, Hyunho dan Nahee yang berasal dari kelas lain, ikut nimbrung. Mereka berkumpul di sekitar meja Junhee, Jiwon dan Yoonseo, sementara dua gadis pemilik bangku sedang keluar kelas.
Mereka mengobrolkan tentang apa yang menimpa Junhee. Membuat dugaan-dugaan sendiri tentang kejadian itu. Sampai Yeonwoo mulai mengungkit tentang sesuatu yang agak sensitif.
"Bagaimana jika ini masih ada hubungannya dengan mafia game?"
Eunha yang duduk di samping posisi berdiri Yeonwoo, langsung berdiri hanya untuk menggeplak kepala cowok gempal itu. "Jangan bicaran soal itu."
"Benar," tanggap Eunchan. "Kita sudah sepakat untuk tidak akan pernah membahasnya."
Sembari mengelus bekas geplakan Eunha, Yeonwoo kembali mengutarakan pendapatnya, "aku hanya menduga-duga. Siapa tahu ada yang sungguh terpengaruh dan jadi gila."
"Seandainya dugaan Yeonwoo benar, kenapa Junhee yang ditargetkan?" tanya Nahee, sembari memandang teman-temannya.
"Benar, kenapa Junhee? Kurasa selama permainan tidak ada yang menyimpan dendam pada Junhee" tanggap Eunha.
Heoyul mengedikan bahu acuh. "Tidak tahu. Aku kan kena vote duluan," katanya penuh nada sindiran. Eunha yang paham kalau kalimat itu ditunjukan untuknya hanya bisa mendelik sinis dan mencibir.
"Kau masih dendam soal itu." Hyunho menggeleng tak percaya.
"Karena kalian tidak seru."
"Astaga," erang Eunha, merasa lelah.
Eunchan memutar bola mata atas tanggapan Heoyul. Dia kemudian melanjutkan. "Tapi kupikir, Junhee tidak benar-benar lolos. Ada seseorang yang tidak suka padanya kan?"
Yeonwoo yang langsung paham siapa yang dimaksud Eunchan, langsung melirik ke arah meja dekat pintu belakang.
"Ko Kyungjun?" Hyunho memastikan, menarik kembali pandangan Yeonwoo dari meja Kyungjun yang kosong karena penghuninya sedang berada di luar kelas.
"Hei, jangan menuduh sembarangan," tegur Eunha.
"Itu fakta kalau Kyungjun tidak suka pada Junhee. Kau juga tahu kalau dia sering menuduh Junhee adalah mafia," sahut Yeonwoo.
"Ya, jangan menuduh sembarangan, Yeonwoo-ya. Itu bukan berarti dia yang menusukku," relai Junhee.
"Sial, aku jadi ikutan khawatir," gumam Yeonwoo.
Pembicaraan mereka harus tertunda karena bel telah berbunyi, mengharuskan mereka untuk bubar dan kembali ke kelas masing-masing. Eunha dan Yeonwoo juga beranjak dan pergi ke meja mereka masing-masing.
Saat itu, Yoonseo masuk ke dalam kelas, sempat saling menyapa dengan Nahee yang bersinggungan dengannya di depan pintu.
Beberapa murid lain yang tadinya juga berada di luar kelas, satu persatu masuk untuk mengikuti pelajaran siang itu, termasuk Kyungjun, yang tanpa ba bi bu duduk di kursinya dan mengambil posisi tidur dengan merebahkan kepala di atas meja.
"Yoonseo-ya, dimana Jiwon?" tanya Junhee ketika Yoonseo baru saja duduk dikursinya. Alis Junhee terangkat naik, bertanya. Pasalnya, yang Junhee tahu, Jiwon dan Yoonseo pergi ke luar kelas bersama, tapi melihat Yoonseo hanya kembali sendirian, membingungkan Junhee.
"Di uks, dia..." Ekspresi wajah Yoonseo meringis sebelum intonasi suaranya berubah serupa bisikan. "Perutnya sakit. Masalah perempuan."
Mendengar itu, Junhee hendak berdiri dari kursinya, tapi guru yang mengajar di jam itu keburu masuk, memaksa Junhee mengurangkan niatnya dan kembali duduk.
"Hei, Ko Kyungjun! Kau mau ke mana?"
Perhatian seisi kelas langsung tertuju ke arah si pemilik nama. Kyungjun yang sudah berada di ambang pintu, berbalik memandang sang guru yang barusan menegurnya. Lantas menjawab dengan santai. "Aku pusing, bu, ingin ke uks." Tanpa menunggu tanggapan dari siapa pun lagi, lelaki itu melongos keluar dari kelas.
Kyungjun mendengar apa yang dikatakan Yoonseo tentang Jiwon yang sedang berada di uks. Dia tidak tahu gadis itu sakit apa karena tidak mendengar apa yang Yoonseo katakan selanjutnya dengan bisikan. Kyungjun khawatir dan dia ingin memeriksa secara langsung.
Tanpa mengetuk pintu uks, Kyungjun masuk ke dalam ruangan kesehatan itu. Ada penjaga uks di dalam yang langsung melemparkan tatapan curiga padanya.
"Ko Kyungjun, di sini bukan tempat tidur. Dan kau tidak boleh membolos pelajaran."
Kyungjun agak terdiam sesaat atas teguran itu. Matanya diam-diam melirik ke arah ranjang dibalik tirai putih, yang kemungkinan di sanalah Jiwon tidur. Berusaha memutar otak untuk memberikan alasan, Kyungjun secepat kilat merubah ekspresinya seperti orang kesakitan sembari memegang kepalanya. "Pelajaran pagi ini terlalu berat, kepalaku pusing. Bisakah aku beristirahat sebentar di sini?"
Penjaga uks masih menatapnya aneh dan curiga, membuat Kyungjun diam-diam mengumpat karena tidak cepat mendapat respon.
Tapi, tiba-tiba, suara dering ponsel memecah ketegangan di ruangan itu. Kyungjun menegapkan tubuh legah ketika penjaga uks keluar karena harus menerima telfon. Buru-buru Kyungjun mengunci pintu dari dalam dan pergi membaringkan diri di ranjang kosong samping Jiwon.
Dia menjulurkan tangan, menyibak tirai putih untuk melihat gadis yang tertidur diranjang samping. Itu benar-benar Jiwon. Gadis itu terlelap. Menyaksikan bertapa tenangnya Jiwon tertidur, membuat sudut-sudut bibir Kyungjun tertarik ke atas, otomtis tersenyum.
Dia memposisikan tubunya berbaring miring ke arah Jiwon. Dengan senang hati memandangi pujaan hatinya itu.
"Sial, kenapa dia bisa secantik itu?"
Beberapa saat kemudian, Jiwon bergerak dalam tidurnya, mengubah posisi berbaring miring, posisi yang sama seperti Kyungjun, tepat menghadap lelaki yang nyaris menahan napas sebelum tersenyum makin lebar.
Siang itu, Kyungjun menghabiskan waktunya di uks, hanya memandangi wajah pulas Jiwon.
Sampai tiba-tiba, ketukan pintu uks menarik perhatian Kyungjun dan dia langsung mengerang kesal sebab si penjaga uks telah kembali, dan tampaknya marah.
"Dasar berandal. Kembali ke kelas atau kupanggil wali kelasmu ke sini untuk menjemputmu."
"Sudah kubilang aku sakit."
"Jangan bohong."
Perdebatan itu berhasil mengusik tidur Jiwon, membuat gadis itu membuka mata dan membawa diri ke posisi duduk. Matanya sayu dan alisnya berkerut. Memandangi dua orang lain di ruangan itu tidak mengerti.
"Oh astaga Jiwon. Maafkan aku sudah membuatmu terbangun." Si penjaga uks beralih pada Jiwon dan mengabaikan Kyungjun. "Apakah masih sakit?"
Raut wajah Jiwon mengeruh dan dia mengangguk. "Ya, kupikir tidur akan meredakannya, tapi masih terasa sakit ketika bagun." Respon itu membuat Kyungjun bereaksi segera mendekatinya.
"Apa yang sakit?" Tanya Kyungjun perhatian.
Namun, bukannya menjawab pertanyaan Kyungjun, Jiwon justru menatapnya heran dan balik bertanya "Kyungjun? Apa yang kau lakukan di sini?"
"Jiwon-na, apa yang sakit?"
Masih memandang penuh keheranan, Jiwon menjawab skeptis, "perutku."
"Kenapa bisa sakit? Ada yang melukaimu?"
"Eh, tidak. Hanya masalah perempuan."
Si penjaga uks menghembuskan napas berat. "Jadi ini yang membuatmu bertingkah seperti tadi," sindirnya sembari melemparkan delikan pada Kyungjun yang sama sekali tidak peduli dan abai. Justru Jiwon yang keheranan karena tidak tahu situasi.
To Be Continued
A/n
Aku ngerasa geli sendiri nulis part ini, karena sambil ngebayangin Kyungjun tiba-tiba jadi soft dan adegan di uks ini beneran terealisaskan dengan jelas di otakku.
Maafkeun, kalo kurang nge-feel di kalian~
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
FanficMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...