Jiwon mengambil buku dari lemari perpustakaan, membuat cela ke balik lemari dan dia bisa melihat lelaki itu tengah tersenyum padanya.
"Sudah kudaga akan menemukanmu di sini."
Jiwon menghela napas berat, mengabaikan Kyungjun yang mengitari lemari untuk menghampirinya. Mengikuti Jiwon ketika dia duduk di salah satu bangku dan melanjutkan kegiatan belajar mandiri.
Kyungjun menongka pipinya, duduk dibangku samping Jiwon dan mengambil posisi menyamping untuk memandangi wajah serius gadis tersebut.
Beberapa menit berlalu, Jiwon yang tidak bisa fokus, akhirnya menoleh pada Kyungjun dan bertanya apa maksud lelaki ini datang menganggunya yang sedang belajar. Demi tuhan, tinggal menghitung bulan CSAT akan di adakan, dan jika ingin masuk ke perguruan tinggi incarannya, Jiwon butuh nilai yang memuaskan. Dia sudah cukup banyak pikiran dan beban akhir-akhir ini.
Menatap Kyungjun tanpa minat, Jiwon berujar, "apa yang sebenarnya kau lakukan di sini?"
Kyungjun menanggapi Jiwon masih dengan senyum yang terkesan manis. "Apa kau punya waktu senggang besok?"
"Hem," dehem Jiwon, mengiyakan, memasang senyum terpaksa sebelum beralih ke buku yang masih terbuka di hadapannya. Berniat fokus belajar lagi.
"Memang apa yang kau lakukan besok?"
"Belajar."
Kyungjun mendengus muak mendengar jawaban Jiwon. "Kalau begitu bagaimana dengan nanti? Sepulang sekolah?"
Tanpa mengalihkan pandangan, Jiwon menyahut, "tidak bisa."
"Kenapa lagi?" tanya Kyungjun, menahan erangan frustasi. Ekspresi wajahnya sudah mengeruh tidak senang dengan tanggapan Jiwon.
"Aku harus memeriksa tempat les untuk adikku," jawab Jiwon.
"Untuk adikmu?"
Jiwon mengangguk. Dia kemudian menoleh pada Kyungjun dan berusaha tersenyum manis. "Jika tidak ada lagi yang ingin kau tanyakan, bisakah kau pergi sekarang? Aku butuh ruang untuk fokus."
Kyungjun benar-benar menurut dan pergi, agak mengejutkan Jiwon karena lelaki ini lebih sering bersikap keras kepala. Namun, Jiwon mengabaikannya. Itu hal bagus, karena sekarang dia benar-benar bisa fokus belajar tanpa ada yang menganggunya.
Namun, dugaan Jiwon salah. Menyerahnya Kyungjun hanya kedok.
Begitu bel pulang berbunyi, Jiwon baru saja akan melewati pintu keluar kelas ketika Kyungjun melingkarkan lengan kekarnya di bahu Jiwon.
"Jadi, dimana tempat les yang akan kau kunjungi?"
Sontak Jiwon mendelik. "Untuk apa kau bertanya?" Jiwon mengedikan sebelah bahunya, memberikan kode keras agar Kyungjun menurunkan lengannya dari bahunya. Tapi, bukannya menurut, Kyungjun justru mengajak Jiwon untuk segera berjalan keluar dari kelas. Dengan sengaja menghindari Junhee yang dilihatnya bertampang marah dan sepertinya berniat memisahkannya dari Jiwon.
"Tentu saja karena aku akan pergi denganmu"
"Aku tidak bilang akan mengajakmu," sinis Jiwon. "Dan, turunkan lenganmu," pinta Jiwon, kali ini bertindak sendiri untuk menyingkirkan lengan Kyungjun dari bahunya.
"Inisiatif."
Jiwon berdecih tidak percaya atas tanggapan enteng Kyungjun.
Saat akan melewati parkiran, Kyungjun mencegat Jiwon, lantas menariknya menuju jejeran motor. Mereka berdiri di dekat ninja hitam. Jiwon yang kebingungan semakin dibuat bingung saat Kyungjun menyerahkan helm padanya.
"Pakai ini."
"Sekarang kau bawa motor ke sekolah?"
"Jangan khawatir, aku punya sim."
Muak menunggu Jiwon tidak kunjung menerima helem pemberiannya dan justru menatap motornya dengan tatapan penuh ketidak yakinan, Kyungjun mengambil inisiatif untuk memakaikan helem tersebut ke kepala Jiwon.
Itu membuat jarak mereka cukup dekat. Kyungjun kemudian sedikit membungkuk untuk mensejajarkan pandangan dengan gadis di hadapannya. "Aku tidak akan ngebut, jangan khawatir, okey?" Dia mengahirinya dengan senyum manis, menepuk helem yang dikenakan Jiwon pelan sebeluk naik ke atas motor dan menyalakan mesin.
Kyungjun memberikan kode agar Jiwon lekas naik ke boncengan motornya.
Jiwon mentap Kyungjun tepat di mata lelaki itu, dan Kyungjun membalasnya dengan tatapan penuh peyakinan agar Jiwon tidak perlu khawatir. Pasrah, Jiwon akhirnya naik ke boncengan motor Kyungjun yang cukup tinggi.
"Jangan ngebut."
Kyungjun menoleh ke belakang hanya untuk mengangguk dan meyakinkan Jiwon, sebelum memakai helm full face lalu mulai membawa motornya meninggalkan sekolah.
Di tengah perjalanan, Kyungjun mengawasi Jiwon melalui kaca spion. Dia tersenyum di balik helemnya saat menemukan gadis itu menatap lurus ke depan dengan wajah bosan.
Tangan Jiwon memegangi tasnya dengan erat, menggunakannya sebagai pegangan agar tidak oleng atau jatuh. Kyungjun tidak puas, jadi dia melepaskan pengangannya pada satu stang untuk mengambil tangan Jiwon dan membawanya melingkar ke perutnya.
Tindakan itu sukses mengejutkan Jiwon, gadis itu berekasi terlalu gegabah hingga nyaris jatuh, untuk saja cepat menemukan pegangan.
"Lihat, kau hampir jatuh. Pegangan di sini saja, lebih aman!"
"Tapi ini agak..." Ekspresi wajah Jiwon skeptis, tapi seolah tidak menyadari sikap Jiwon, Kyungjun membawa tangan Jiwon yang satunya lagi.
Jiwon meringis malu, merasa berdebar dan gugup dengan posisi yang seolah dirinya tengah memeluk Kyungjun dari belekang.
Senyum Kyungjun semakin merkah di balik helemnya. Meraskan euforia karena bisa sedekat ini dengan Jiwon. Dia bahkan bisa merasakan reaksi jantungnya yang berdekat tidak biasa akibat euforia itu. Dia benar-benar jatuh cinta pada gadis ini, gadis yang duduk diboncengan motornya dan tengah memeluknya.
Kyungjun ingin perjalanan yang lebih lama agar bisa menikmati kedekatan dengan Jiwon, tapi dia harus bersabar ketika mereka sampai di tempat tujuan.
"Tunggu saja di sini," sergap Jiwon ketika Kyungjun hendak mengikutinya masuk ke dalam tempat les. Pasrah, Kyungjun menurut dengan tetap menunggu di atas motornya. Memandang keramaian orang yang berlalu lalang, melewati para pembagi brosur yang mempromosikan tempat les dari gedung-gedung yang berjejer di samping mereka.
Sementara itu, sebuah taksi berhenti tepat di belakang motor Kyungjun. Dan seorang anak laki-laki turun, lantas pergi memasuki gedung yang sama dimasuki Jiwon.
Jaewon melangkah gontai, anak laki-laki itu mendengus malas ketika menemukan sang kakak perempuan sedang bicara dengan resepsionis.
"Nunna," panggil Jaewon. Menghampiri Jiwon yang berbalik karena mendengar panggilannya.
"Oh, kau akhirnya datang." Jiwon merangkul Jaewon, lantas mengajaknya untuk mendengarkan penjelesan dari resepsionis tentang paket-paket belajar di tempat les mereka.
Jaewon bosan sekali, dia sabar menunggu sampai mereka selesai dan akhirnya keluar.
"Dengar ya, tidak ada ganti tempat les lagi setelah ini. Kau sudah berada di kelas enam dan sebentar lagi akan masuk smp. Jadi jangan banyak tingkah dan tingkatkan nilaimu..."
"Ya ya ya, aku mengerti. Jadi berhentilah, kita di tempat umum, jangan mengomel di sini."
Jiwon hanya bisa menghembuskan napas berat atas respon adiknya. Tidak lagi melanjutkan nasihatnya, Jiwon menghampiri Kyungjun yang masih setia menunggu di atas motor dan kelihat sekali sudah sangat bosan.
"Ko Kyungjun," panggil Jiwon, mengambil alih perhatian Kyungjun yang tadinya sedang memainkan ponselnya.
Seakan mendapat saluran energi begitu mendengar suara Jiwon, Kyungjun langsung mendongkak sembari tersenyum. "Oh, kau sudah selesai?" Tapi kemudian pandangannya jatuh pada anak laki-laki yang berdiri di samping Jiwon. Kyungjun menekuk alisnya.
"Perkenalkan, ini adikku. Jaewon-na, sapalah, ini teman sekelasku."
To Be Continued
A/nTolong untuk komentarnya tentang part ini yeorebun~
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
FanfictionMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...