"Beristirahatlah, biarkan Junhee dan Hyunho mengatasi masalah soal Kyungjun. Jangan berburuk sangka okey? Aku yakin kita akan mendapat kabar baik besok."
Itu adalah pesan yang Donghyun ucapkan sebelum membiarkan Jiwon turun dari taksi yang berhenti tepat di depan rumah gadis tersebut.
Akan tetapi, baru beberapa detik taksi berjalan untuk meneruksan perjalanan menuju rumahnya sendiri, Donghyun menyaksikan Jiwon menghentikan taksi lain dan pergi lagi. Itu sontak membuatnya terkejut dan tanpa berpikir panjang meminta supir taksi yang dia tumpangi untuk putar balik agar dia bisa mengikuti kemana Jiwon pergi.
Selama perjalanan, Donghyun berusaha menghubungi Jiwon, tapi gadis itu mengabaikannya. Donghyun menjadi sangat khawatir.
Ketika melewati lampu jalan, tiba-tiba saja, lampu yang sebelumnya hijau, berganti menjadi merah tepat setelah taksi yang ditumpangi Jiwon melewatinya, meninggalkan taksi yang Donghyun tumpangi harus terjebak lampu merah bersama mobil-mobil lainnya.
"Sial!"
Suara dering ponsel mengambil alih perhatian Donghyun, dia segera menerima panggilan yang rupanya dari Junhee itu. Junhee memberitahu bahwa polisi akan mulai melakukan pencarian terhadap Kyungjun, Donghyun hanya merespon singkat, lalu segera memberitahu Junhee soal Jiwon.
Mereka memutuskan untuk bertemu dan memanggil beberapa orang lagi seperti Hyunho, serta Seungbin, dan Jinhaa yang kebetulan bersama Junhee dan Hyunho saat mereka melaporkan menghilangnya Kyungjun di kantor polisi.
"Dia pasti pergi untuk mencari Kyungjun sendiri," kata Hyunho.
"Hei, benarkah ini bukan akal-akalan kalian? Seperti membuat lelucon ulang tahun. Kalian tahu, ini tidak lucu sama sekali," cetus Donghyun, dia sudah sangat gusar memikirkan soal Jiwon dan apa yang tengah gadis itu coba lakukan.
Jinha dan Seungbin langsung mendelik mendengar prasangka Donghyun. "Jika hanya lelucon, mana mungkin kami biarkan mereka melaporkannya ke polisi," kata Seungbin sengsi.
"Aku bahkan tidak tahu kalau hari ini ulang tahun Jiwon, brengsek," timpal Jinha.
"Hei! Sudah cukup," relai Junhee, dia yang sudah frustasi makin frustasi karena harus mendengarkan perdebatan mereka yang tidak berguna. "Tidak bisakah salah satu dari kalian menebak, kemana Jiwon akan pergi?"
"Hei! Jika Jiwon pergi untuk menemui Kyungjun, itu kesempatan untuk menemukan mereka berdua sekaligus," cetus Jinha.
"Sial, tapi bagaimana kita menebak kemana tujuannya?"
Donghyun seketika membelakakan mata seakan mendapat pencerahan, reaksinya menarik perhatian empat temannya. "Sial. Aku melupakannya." Dia segera mengambil ponselnya dari dalam saku, kemudian mulai mengotak-atik benda pipih tersebut sembari mengoceh, "ada saat dimana Jiwon suka sekali keluyuran seharian tanpa memberitahu siapa pun, itu membuatku sangat khawatir juga pusing." Dia mengangkat wajah dan memandang dari satu orang ke yang lain. "Aku menemukan cara untuk mengatasinya." Begitu selesai mengotak-atik entah apa diponselnya, Donghyun memamerkan layar ponselnya pada empat orang lainnya, memperlihatkan sebuah aplikasi pelacak.
"Hei, bukannya ini aplikasi pelacak yang biasa dipakai pasangan?" ujar Seungbin. Ucapannya langsung membuat Donghyun menerima tatapan penjelasan.
"Jangan salah paham. Ini untuk keadaan darurat. Dan aku tentu mendapat persetujuan Jiwon," katanya menjelaskan, tersenyum simpul. Dia ingat bahwa dia perlu membujuk Jiwon untuk merealisasikan ide tersebut. Jiwon awalnya tidak setuju karena dia selalu butuh waktu sendiri ketika dia merasa muak dengan masalah keluarganya. Donghyun beralasan bahwa setidaknya dia mengetahui lokasi Jiwon dan tidak perlu terlalu khawatir saat Jiwon berjalan-jalan sendirian.
"Sudahlah, jika ingin penjelasan lebih rinci, sebaikanya tahan dulu," cegat Donghyun, dia memberikan isyarat pada Junhee yang terlihat agak marah. "Kita selesaikan masalah yang ini dulu. Karena ini darurat."
"Okey, jadi dimana lokasinya?" Pertanyaan Hyunho mengembalikan atensi mereka kembali pada masalah yang tengah dihadapi.
Setelah memastikan lokasi dimana Jiwon seharusnya berada, mereka segera menuju tempat tersebut menggunakan taksi.
Malam semakin larut ketika mereka tiba di sebuah gedung apartemen yang sudah tampak tua. Setelah Donghyun memastikan bahwa mereka berada dilokasi yang tepat, mereka segera bergegas masuk.
"Kita sudah di sini, tapi dimana kira-kira mereka berada? Apa kita perlu memeriksa semua lantai dan unit di sini?"
"Jangan bercanda."
"Hei! Aku selalu berpikir bahwa roftoop selalu jadi lokasi yang agak masuk akal jika dalam situasi semacam ini," saran Donghyun. "Bagaimana jika kita mencarinya ke sana?"
"Jangan banyak berpikir lagi, langsung periksa saja."
Mengikuti saran Donghyun, para cowok itu bergegas mencapai roftoop. Akan tetapi, begitu mereka tiba disana. Pintu roftoop terkunci dari dalam, tapi ada suara yang menandakan bahwa ada beberapa orang di sana.
"Sialan, dobrak saja pintunya."
Begitu pintu didobrak sampai terbuka. Mereka terkejut dengan apa yang mereka temukan.
Dabum melayangkan pemukul bisbol, hendak memukul kepala Kyungjun yang tengah dalam kondisi pingsan dan terikat pada kursi. Jiwon juga ada di sana dan keberadaan Wooram yang agak tidak terduga.
Hyunho lebih tanggap dan segera berlari mendekat, menghentikan aksi Dabum diwaktu yang tepat. Hyunho menahan Dabum memukul kepala Kyungjun kemudian Seungbin menendang punggung Dabum dari belakang sehingga cowok itu jatuh terjembab ke depan.
Junhee tanpa pikir panjang segera menghampiri Jiwon, mencemaskan gadis tersebut. Namun dia menemukan bagaimana kacaunya Jiwon yang tengah menangis tersedu-sedu. Menebak bahwa akibatnya adalah karena Jiwon menghawatirkan Kyungjun membuat hati Junhee mencelos.
Begitu Junhee dan Donghyun melepaskan ikatan ditangan dan kaki Jiwon, gadis itu langsung bangkit dan segera menuju tempat Kyungjun. Tangisnya semakin menjadi saat dia melihat lebih dekat bagaimana parahnya kondisi lelaki itu.
Beberapa saat kemudian, polisi datang dan membawa Dabum dan Wooram ke kantor polisi. Mereka akan diselidiki atas dugaan penculikan dan percobaan pembunuhan.
Sementara itu, Kyungjun yang dalam kondisi parah segera dibawa ke rumah sakit. Jiwon, Junhee dan Jinha mendampingi Kyungjun, sementara Hyunho dan Seungbin turut pergi ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian.
Jiwon tidak berhenti menangis. Dia menjadi sangat gusar setelah mendengar bahwa Kyungjun perlu mendapat oprasi karena menerima luka dalam, dugaannya karena menerima banyak pukulan dari benda berat berulang kali.
Selama oprasi berjalan, Jiwon tetap duduk di ruang tunggu. Mengabaikan Junhee atau pun Donghyun yang sering kali menegurnya agar dia pulang dan menunggu kabar besok saja. Sebab sudah terlalu larut dan esok adalah hari sekolah. Tapi Jiwon bersikukuh tetap berada di sana dan menunggu, bersikap keras kepala sampai Donghyun akhirnya menyerah dan pulang sendiri. Seungbin menyusul tidak lama kemudian, menyisakan Junhee yang masih setia mendampingi Jiwon menunggu hingga oprasi Kyungjun selesai.
To Be Continued
A/n
Double up!
Komen di part ini dan part sebelumnya ya~
Nanti aku bakal up satu part lagi nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
Fiksi PenggemarMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...