Jiwon, Yoonseo, Donghyun, Hyunho dan Nahee mengunjungi Junhee yang masih di rawat di rumah sakit. Setelah mendapat kabar bahwa Junhee celaka, mereka langsung mengungkapkan keinginan mereka untuk datang menjenguk. Karena itulah mereka di sini sekarang, di ruang rawat Junhee, di mana sang empuh telah sadar selepas operasi kemarin.
"Siapa kira-kira yang tega berbuat seperti itu pada Junhee?" Pertanyaan itu terlontar dari Nahee. Gadis itu tengah duduk di sofa bersama Hyunho dan Jiwon.
"Apa kau kebetulan terlibat masalah dengan seseorang?" tanya Donghyun pada Junhee, yang dibalas sang empuh dengan gelengan ringan.
"Itu bisa saja seseorang yang tidak suka padamu. Bisa siapa saja. Apa kau punya seseorang yang dicurigai?" Kali ini Hyunho.
Junhee tampak berpikir sejenak, sebelum dia menggeleng lagi. "Tidak ada seorang pun yang terpikirkan."
"Kau sungguh tidak melihat siapa itu?" tanya Jiwon. Raut wajahnya mengeruh cemas. Jika Junhee tidak tahu siapa yang kemungkinan berbuat demikian padanya, maka it membuatnya lebih rumit dan mereka sulit untuk sekedar waspada. Jiwon takut kejadian yang sama terulang. Junhee sudah masuk ruang operasi satu kali dan selamat, tapi Jiwon tidak percaya diri jika saja ada yang 'ke dua kali'
Tatapan Junhee beralih pada Jiwon dan ekspresinya melembut saat dia menanggapi gadis tersebut. "Tidak. Orang itu pakai masker dan hoodie hitam bertudung. Dia datang dan langsung menusukku tiba-tiba lalu pergi, itu membuatku tidak sempat melihat siapa dia." Junhee bisa melihat kekecewaan dan wajah muram Jiwon.
"Kita harus cari tahu siapa orang itu, sebelum dia datang dan melukai Junhee lagi," cetus Yoonseo. Gadis itu penuh tekad.
Tiba-tiba, Jiwon bangkit berdiri, membuat seluruh perhatian terarah padanya. "Aku mau keluar sebentar untuk membeli makanan. Kalian ada yang mau juga?" tawarnya.
"Biar kutemani." Donghyun ikut beranjak. Dia keluar lebih dulu dan menunggu Jiwon yang masih harus mencatat pesanan teman-temannya. Sampai tidak lama kemudian, Jiwon akhirnya keluar. Mereka berjalan berdampingan menuju kantin rumah sakit.
Donghyun diam-diam melirik Jiwon, mengawasi ekspresi gadis itu yang tampak muram. Ada sesuatu yang sedang menganggu pikiran gadis ini. Bukan hanya tentang siapa pelaku yang menusuk Junhee, tapi juga tentang Junhee dan Yoonseo.
"Berhentilah jika kau memang tidak berniat memilikinya."
Ucapan Donghyun langsung menarik perhatian Jiwon. Dan seakan paham arah pembicaraan yang dibawahnya, Jiwon merespon dengan helaan napas berat.
"Aku mencoba."
"Jangan hanya mencoba, tapi berusaha." Donghyun mengerang pelan. "Serius Jiwon-na, jika kau tidak sungguh-sungguh melupakannya, maka kejarlah dia. Jangan pedulikan orang lain, pedulikan dirimu sendiri."
"Aku sudah memberitahumu alasanku..."
Donghyun menarik tangan Jiwon, menahan langkah mereka sebelum mencapai area kantin. "Kau bahkan tidak tahu apa yang mungkin terjadi. Bagaimana jika Yoonseo menerimanya? bagaimana jika dia justru mendukungmu?"
Jiwon memggeleng. "Kau juga tidak tahu."
"Kita. Tidak tahu. Karena itu, cobalah dan lihat. Kau tidak akan pernah tahu sebelum mencoba." Donghyun mendengus frustasi. Entah kenapa dia jadi ikut pusing dengan masalah romansa Jiwon. Tapi kepeduliannya yang membawanya ke titik ini. Donghyun telah berulang kali melihat Jiwon terluka, dan berapa kali pun itu, dia tidak akan terbiasa. "Jiwon-na. Kumohon, pikirkan dirimu sendiri."
"Aku akan berusaha," cicit Jiwon, dia memalingkan pandangan dan berjalan mendahului Donghyun yang hanya bisa memghela napas berat.
"Dasar keras kepala," gumam Donghyun, sebelum melangkah cepat menyusul Jiwon.
°•°•°
"Dasar brengsek!"
Jinha menyingkir dari atas tubuh Kyungjun, napasnya naik turun karena lelah. Buku-buku tangannya memerah, namun tidak lebih parah dari kondisi wajah Kyungjun yang terbaring di sampingnya.
"Sudah cukup, okey," ujar Seungbin. "Kalian tahu? Aku sudah muak dengan permainan anjing dan kucing yang kalian mainkan. Jadi, hentikan sampai di sini." Seungbin ikut luruh, menjatuhkan dirinya duduk disamping Kyungjun.
"Kau puas?" hardik Kyungjun, memirngkan kepala mengawasi Jinha yang masih mengatur napas.
"Sejujur belum," sahut Jinha, membalas tatapan Kyungjun. "Tapi aku lelah."
Sudut bibir Kyungjun tertarik ke atas, membentuk senyum miring, meski selanjutnya dia meringis sebab merasakan perih pada luka di bibirnya serta lebam di wajahnya. "Sayang sekali. Hanya khusus hari ini, tidak ada lain kali. Setelah ini, pukul aku sekali, akan kubalas dua kali."
Jinha memutar bola mata malas, menanggapi ucapan Kyungjun dengan dengusan sinis.
Hubungan pertemanan mereka akhirnya membaik, meski tidak akan seperti dulu. Well, berterima kasih pada Seungbin untuk itu.
"Kudengar, Kim Junhee kena tusuk orang," ujar Jinhaa tiba-tiba.
"Ya," tanggap Kyungjun. Dia menarik diri dari lantai roftoop yang kotor, kini duduk dengan posisi yang sama sepert Seungbin. Jinha juga mengikuti kemudian.
"Ada dia membuat permusuhan dengan orang nekat?"
"Menurutmu bagaimana?" tanya Sengbin pada Kyungjun.
"Entahlah. Mungkin memang benar dia punya musuh yang agak gila," tanggap Kyngjun acuh. Dia sama sekali tidak peduli.
"Aku jadi teringat permainan itu," cetus Jinha, membuat Kyungjun langsung mendelik tidak suka.
"Jangan dibahas," sahut Seungbin. "Aku agak trauma."
"Yah, tapi aku masih penasaran siapa yang membunuhmu." Jinhaa bicara pada Seungbin. Tapi kemudian Kyungjun langsung menyambung.
"Bukannya itu kau?"
Jinhaa langsung melotot marah. "Sudah kubilang bukan aku," sahutnya dengan suara tidak santai.
Kyungjun memutar bola mata tidak peduli. Dia kemudian bangkit berdiri, menepuk-sepuk celanannya untuk menyingkirkan debu.
"Kalau begitu, Jin Dabum atau Kim Somi, atau itu Oh Jungwon." Kyungjun berkata acuh, sebelum berlalu lebih dulu, meninggalkan Jinha dan Seungbin yang tidak lama kemudian segera menyusulnya turun dari roftoop.
"Tebakanku, itu pasti Jin Dabum."
"Setuju."
"Brengsek, berhenti bahas permainan sialan itu lagi."
"Ngomong-ngomong, bagaimana hubunganmu dan Shin Jiwon?"
"Juga, jangan tanya soal itu."
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
FanfictionMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...