[34] how will this end?

315 51 7
                                    

Pernah sekali terlintas di benak Jiwon bahwa meski Dabum menjadi bajingan brengsek selama permainan, setidaknya setelah bebas dari permainan pikiran itu, dia akan intropeksi diri. Tapi, dugaan Jiwon meleset jauh.

"Game mafia pasti merusak otakmu cukup parah. Membuatmu menjadi gila untuk bertindak sebagai bajingan brengsek yang sama seperti dalam game."

Perkataan Jiwon hanya direspon dengan kedikan bahu acuh oleh Dabum. Kesombongannya membuat Jiwon mencibir jijik.

"Kau memang selalu bertindak sok pemberani," kata Dabum. Dia maju ke hadapan Jiwon, membungkuk untuk menatapnya tepat. "Seperti katamu, jika mati, tidak bisa hidup lagi. Karena ini dunia nyata. Bukankah kau seharusnya takut?"

"Brengsek. Berani kau menyentuhnya, akan kubunuh kau!"

Dabum menyeringai ketika mendengar suara paruh Kyungjun yang mengumpatinya, tapi dia bertindak tidak peduli dan tetap bicara pada Jiwon dengan penuh lagak. "Kau lihat itu? Meski sudah hampir mati, bedebah itu masih peduli padamu. Seperti dugaanku, Ko Kyungjun lemah hanya jika sesuatu menimpamu, gadis yang dia taksir."

Jiwon sama sekali tidak peduli apa yang Dabum katakan padanya saat ini, perhatiannya hanya tertuju pada apa yang terjadi dibelakang Dabum. Wooram tengah memukuli Kyungjun, menghajarnya dengan keras dan brutal. Kyungjun yang terkekang dikursi tentu saja tidak bisa membalas, dan hanya terus menerima pukulan tanpa bisa dia halau. Luka-luka dan lebam diwajahnya semakin parah, bahkan lelaki itu sampai muntah darah.

Tidak tahan melihat adegan mengerikan itu, Jiwon memekik keras, "hentikan! Wooram-aa hentikan, kumohon."

"Hei!!! Kau akan membunuhnya. Wooram..." mulut Jiwon dibekap oleh Dabum, sehingga dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Tindakan Dabum membuat Jiwon memberontak, tapi dia cukup kesusahan karena tengah terikat pada kursi.

"Bukankah adegan ini mengingatkanmu pada kejadian di masa lalu?" Dabum berbisik tepat di samping telinga kanan Jiwon, masih dalam posisi membekap mulut Jiwon dan mengekang gadis itu dari belakang. "Aku masih ingat rasa puas saat memukulinya dengan balok kayu kala itu. Membalas dendam itu memuaskan, apalagi ketika pembalasannya berkali-kali lipat dari apa yang telah dia perbuat padaku."

"Hei, Shin Jiwon. Jangan berpikir bahwa aku membawamu ke sini hanya untuk membalas Kyungjun." Dabum menggeleng dramatis. "Kau tahu? Kau juga membuatku kesal. Perusak rencana."

Jiwon tidak peduli, dia sama sekali tidak peduli apa pun yang Dabum ucapkan. Dia hanya memperdulikan Kyungjun. Hatinya sakit melihat Kyungjun dipukuli, dia sedih menyaksikan cowok paling tangguh yang pernah dia kenal kini diruntuhkan. Jiwon tahu bahwa Kyungjun memang salah telah menganggu Dabum dua tahun ke belakang, tapi bukan berarti Dabum harus bertindak sejauh ini hanya demi balas dendam. Menganggu dan membunuh bukan dua hal yang sama.

"Untukmu, apa kau menerima hadiah yang sempat kuberikan?"

Jiwon melirik melalui ekor matanya, merasa aneh dengan pertanyaan tanpa dasar itu, tapi dia tidak bisa melihat ekspresi Dabum.

"Aku memberikannya melalui Kim Junhee. Itu hanya pikiran isengku, tidak kusangka efeknya padamu, sungguh diluar perkiraan." Tawa kepuasan Dabum terdengar, seakan menusuk indera pendengaran Jiwon.

Jiwon awalnya tidak mengerti apa maksudnya, tapi begitu dia selesai berpikir, dia ingat kejadian yang menimpa Junhee kala itu, saat Junhee ditusuk oleh seseorang sehingga harus dioprasi dan dirawat selama beberapa minggu di rumah sakit.

"Benar, itu aku. Orang yang menusuk Kim Junhee. Aku yang melakukannya."

Dabum pasti sudah benar-benar gila. Meski mulutnya dibekap, Jiwon masih punya pikirannya untuk menyumpah serpahi Dabum dengan berbagai macam umpatan yang dia tahu.

"Melukai orang lain yang kau sayangi alih-alih dirimu sendiri benar-benar efektif."

Merasa semakin emosi pada Dabum, Jiwon memberontak semakin liar, sampai akhirnya dia menggigit telapak tangan Dabum dengan sekuat tenaga, membuat Dabum terlonjak kaget akibat rasa sakit yang dia derita. Sontak saja, Dabum menarik tangannya dari Jiwon dan membebaskan Jiwon dari bekapan.

"Rasakan itu brengsek!"

"Park Wooram berhenti memukulinya! Dasar bedebah sialan. Hei!!! Berhenti!!!"

Seruaan keras Jiwon sukses menarik Wooram dari aksi memukulnya. Hal itu Wooram lakukan entah karena dia takut pada kemurkaan Jiwon atau dia lelah setelah menghabiskan tenaga hanya memukuli Kyungjun membabi buta. Opsi kedua lebih tepat.

"Pastilah Jin Dabum telah memanipulasimu. Wooram-ma. Tindakanmu ini salah, taukah kau bahwa tindakanmu ini hanya akan membuatmu dalam masalah? Hei! Sadarlah!"

"Dan Jin Dabum. Kau pikir kau akan lolos begitu saja setelah perbuatan jahatmu ini? Dengar ya psikopath sialan, setelah ini selesai, akan kubuat kau menderita dan menyesali perbuatanmu."

Tawa Dabum menggelegar, dia membalas tatapan tajam yang Jiwon hunuskan padanya dengan tatapan remeh. "Ini tidak akan selesai dengan kau masih hidup. Ini baru akan selesai setelah kau dan dia mati." Dabum memungut pemukul bisbol yang digunakannya memukul kepala Jiwon hingga pingsan tadi, lantas menyeret pemukul itu mendekati Kyungjun yang sudah pingsan karena menerima begitu banyak pukulan dari Wooram.

"Kau tidak serius membunuh mereka bukan?" kata Wooram, tapi Dabum mengabaikannya.

"Wooram-ma, sadarlah dan hentikan bedebah itu. Sialan!!! Dia serius akan membunuh Kyungjun!!!"

Dabum mengangkat pemukul bisbol dan mulai mengayunkannya dengan menargetkan kepala Kyungjun.

Waktu berajalan seakan lebih lambat. Dalam detik-detik itu.

Jiwon membelakakan matanya, jantungnya betalu-talu karena khawatir. Mulutnya terbuka dan siap berteriak keras untuk mencegah tindakan Dabum.

Pemukul bisbol itu nyaris menghantam keras kepala Kyungjun, ketika pintu roftoop didobrak dari luar dan beberapa orang muncul, menggagalkan aksi Dabum dari percobaan pembunuhannya.

To Be Continued

ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang