Jiwon tidak menduga bahwa pengakuan Kyungjun akan membawanya pada rasa bimbang sebesar ini. Padahal, Jiwon yakin bahwa dia tidak sedikitpun memiliki perasaan lebih dari teman terhadap Kyungjun. Jadi karena itulah hingga seminggu berlalu dan Kyungjun akhirnya di perbolehkan pulang dari rumah sakit, Jiwon masih belum memberikan jawaban pasti.
Sudah beberapa hari ini, Jiwon dibuat tidak fokus, dia hanya terus memikirkan pengakuan Kyungjun yang agak membuatnya berdebar. Jiwon tidak mengerti, padahal dia yakin dia menyukai Junhee, jadi bagaimana bisa dia berdebar karena pria lain.
Karena tidak tahan menampung beban pikiran sendirian, Jiwon akhirnya menyerah dan menceritakannya pada Donghyun.
Malam itu, Jiwon sedang berjalan-jalan di sekitar kompleks rumahnya bersama Donghyun. Sembari memakan eskrim yang sempat mereka beli di toserba.
Selepas mengungkapkan unek-uneknya, Jiwon menunggu respon Donghyun, dia menunggu tidak sabaran ketika Donghyun terlalu lama merespon.
"Jadi bagaimana?" desak Jiwon,
Donghyun masih bersikap seolah sedang berpikir keras sebelum akhirnya mengungkapkan pemikirannya.
"Setelah mendengar ceritamu, kurasa kau menyukai Kyungjun," kata Donghyun. Jiwon yang mendengarnya hampir tersedak eskrim, membuat Donghyun segera menepuk-nepuk punggung Jiwon. Donghyun kemudian kembali melanjutkan, "Jiwon-na. Memang membingungkan bukan? Tapi yang kutahu soal perasaan manusia itu memang seperti itu. Jika kau mulai merasa nyaman dengan seseorang, perasaanmu untuknya juga akan berubah, dalam banyak kasus, itu adalah perasaan tertarik."
"Tapi aku menyukai Junhee. Apa mungkin menyukai dua orang sekaligus?" sela Jiwon. Dia tampak sangat kebingungan.
Donghyun mengedikan bahu. "Entahlah, aku baru dengar yang seperti ini." Dia memberikan lirikan prihatin. "Jiwon-na. Jika soal perasaan, jangan bertanya pada orang lain. Bertanyalah pada dirimu sendiri, cobalah pikiran apakah perasaanmu untuk Kyungjun benar-benar perasaan suka atau hanya sekedar peduli. Cobalah pikirkan saja, gunakan hatimu untuk menentukan mana yang benar-benar kau inginkan."
Untuk waktu yang lama, Jiwon tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia berusaha mengurai setiap adegan dimana dia terlibat dengan Kyungjun dan masih membingungan saat dia mencoba menghubungannya dengan perasaan yang dia rasakam saat ini. Jadi, Jiwon memilih menyerah, hanya untuk malam itu setelah Donghyun mengantarnya kembali ke rumahnya.
Keesokan harinya, Jiwon bertemu Junhee. Sudah agak lama rasanya setelah Jiwon benar-benar hanya berdua saja dengannya. Memikirkan itu, Jiwon tiba-tiba punya ide mengenai sesuatu.
Junhee mengajaknya untuk membeli beberapa snack di kantin dan mereka mengambil meja dibagian teras, duduk hanya berdua di sana dan mengobrol ringan.
"Apakah kau sudah berbicara dengan wali kelas tentang minat jurusan?" tanya Jiwon diakhir percapakan mereka tentang kejadian di kelas sejarah yang agak lucu yang didalangi Heoyul.
"Aku baru bicara dengan beliau dua hari lalu. Apakah kau belum pergi?"
Jiwon menggeleng lambat-lambat. "Aku punya dua pilihan, dan benar-benar sulit untuk menentukan kemana akan pergi." Jiwon agak tertengun sejenak saat dia menyadari bahwa itu sama seperti apa yang juga sedang mengganggu perasaannya. Lucu bagaimana dia pusing memikirkan minat jurusan juga ketertarikan soal pria. Itu membuatnya terdengar seperti pemain yang cukup mengesalkan.
"Kupikir kau akan bagus dimana pun itu. Kau pandai dalam banyak hal dan juga caramu menempatkan diri. Tapi lebih bagus jika kau memilih yang membuatmu nyaman nantinya."
"Aku akan memikirkannya dengan sungguh-sungguh nanti. Terimakasih atas sarannya."
"Tidak masalah."
"Ngomong-ngomng, Junhee-ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
FanficMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...