Setelah kelas pada jam kedua selesai dan waktu istirahat tiba, Yoonseo menolak ajakan Jiwon dan Junhee untuk pergi ke kantin bersama. Dia sedang tidak ingin berada di keramaian saat pikirannya sibuk dengan sesuatu.
Akhir-akhir ini, Yoonseo merasa dia terlalu banyak memikirkan tentang hubungannya dan Jiwon, dan bagaimana Junhee terlibat di antara mereka.
Yoonseo tidak tahu awalnya, tapi setelah apa yang menimpa Junhee dan membuatnya harus dioprasi, Yoonseo pertama kali menyadarinya di sana. Saat itu, ketika Jiwon datang dengan paniknya setelah menerima kabar mengenai kondisi Junhee. Yoonseo bisa melihatnya dengan jelas bahwa sama seperti Junhee, Jiwon juga memiliki perasaan serupa. Dan Yoonseo akhirnya sadar, alasan Jiwon menahan perasaannya selama ini adalah karena Yoonseo.
Entah bagaimana bisa mereka terlibat dalam kisah yang cukup rumit.
Siang itu, Yoonseo duduk sendirian di bangku taman sekolah ketika Nahee menghampirinya.
"Yoonseo-a. Kenapa sendirian saja? Tidak ke kantin? Aku lihat Jiwon dan Junhee..."
"Mereka pergi bersama, aku tahu," sela Yoonseo sebelum Nahee menyelesaikan kalimatnya. Dia kemudian menghembuskan napas berat.
Melihat itu, Nahee jadi prihatin. Nahee tahu Yoonseo menyukai Junhee, tapi semua orang tahu Junhee menyukai Jiwon.
"Apa kau sedang menghindari mereka?" tebak Nahee. Dia langsung mendapat jawaban saat Yoonseo menghebuskan napas berat lagi. Yang berarti tebaknya tepat. "Ada apa?" tanya Nahee, perhatian.
Yoonseo akhirnya menoleh dan menatap Nahee yang duduk disampingnya. "Aku merasa agak bersalah pada Jiwon, tapi disisi lain ingin egois."
Nahee menaikan alisnya, sedikit tidak paham dengan apa yang Yoonseo utarakan.
"Kupikir, Jiwon menyukai Junhee," lanjut Yoonseo, kali ini Nahee cukup terkajut dengan memasang ekspresi seiras dengan reaksinya.
"Kalau begitu..."
Yoonseo mengangguk, seakan tahu apa yang hendak Nahee katakan. "Mereka saling menyukai," kata Yoonseo, seakan melanjutkan kalimat tidak rampung Nahee.
"Tapi, Yoonseo-a. Kau juga."
Yoonseo menghembuskan napas berat lagi karena perkataan Nahee. "Aku merasa seperti penghalang untuk mereka. Apa lagi Jiwon sepertinya menahan diri karena tahu aku menyukai Junhee."
"Jadi, apa kau akan menyerah begitu saja?" tanya Nahee. Namun Yoonseo justru menunduk suram dan tidak memberikan jawaban selama beberapa saat.
"Entahlah."
Jawaban tidak yakin Yoonseo membuat Nahee menghela napas berat. Dia merasa prihatin pada Yoonseo. Menyukai seseorang tanpa tahu apakah mereka juga menyukai kita itu sulit, Nahee merasakannya saat dia pertama kali naksir Hyunho dulu. Tapi bagaimana dengan menyukai seseorang yang kita tahu hatinya tertuju pada siapa? Jadi Yoonseo pasti berat, sebab bukan orang lain, tapi Junhee justru menyukai Jiwon, sahabat dekat Yoonseo sendiri.
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa untuk membuatmu merasa lebih baik," ungkap Nahee.
Yoonseo tersenyum, menanggapi perkataan Nahee, "tidak apa-apa," katanya lembut.
"Aku hanya bisa memberi saran kecil." Ucapan Nahee menarik perhatian Yoonseo. "Ikuti kata hatimu. Bertanyalah apa yang benar-benar kau inginkan dan pilih jalan yang menurutmu lebih baik."
Yoonseo menarik napas dalam-dalam, dia memikirkan perkataan Nahee dengan serius.
Ketika bel berbunyi dan pelajaran berikutnya segera dimulai, Yoonseo kembali ke kelasnya. Saat itulah dia melihat Jiwon dan Junhee masuk bersama ke dalam kelas, berjalan beriringan sembari mengobrol asik, sesekali tertawa entah oleh topik apa.
Yoonseo merasa hatinya jatuh. Merasakan bertapa serasinya ketika dua orang itu bersama.
Jiwon selalu jadi sahabat yang baik sejak mereka pertama kali berteman. Meski kelihatan cuek, Jiwon selalu ada untuknya dan Seeun. Mereka menghabiskan waktu yang berharga bersama.
Selepas kepergian Seeun, Jiwon masih tetap ada disisi Yoonseo, menjadi teman yang selalu bisa diandalkan.
Jiwon adalah gadis yang cantik, populer dan juga murid yang cerdas. Terkadang, Yoonseo merasa kecil saat bersamanya, merasa mereka berada di level yang berbeda. Tapi perlakuan Jiwon padanya seolah mereka setara, seolah gelar-gelar yang tersemat dibalik nama Shin Jiwon tidak menjadikan batasan untuknya berteman dengan orang seperti Lee Yoonseo.
Jiwon peduli padanya, menganggapnya sebagai teman yang pantas untuknya. Jiwon melindunginya dalam banyak situasi yang tidak bisa Yoonseo atasi sendiri, dia merasa beruntung, memiliki sahabat seperti Jiwon.
Entah ini pilihan yang tepat atau salah. Yoonseo tahu dia memikirkannya terlalu cepat. Tapi dia sudah cukup berurusan dengan kekacaun pikirannya sendiri.
Malam itu, Yoonseo menghubungi Jiwon. Mengajaknya bertemu di taman terdekat dari tempat tinggal Jiwon. Mereka duduk di bangku taman, hanya diam selama beberapa saat sampai Jiwon yang agak khawatir dengan diamnya Yoonseo segera menegur.
"Yoonseo-a, ada apa? Apa itu yang ingin kau bicarakan?" Jiwon bertanya dengan halus. Dia sepenuhnya memfokuskan pandangan dan perhatian pada Yoonseo yang sedang menunduk.
"Jiwon-na."
"Ya?"
"Apa kau menyukai Junhee?" Seiring dengan keluarnya pertanyaan itu, Yoonseo juga ikut mengangkat pandangan dan membalas tatapan Jiwon tepat. Berusaha menelik klitan kecil dari sorot mata yang goyah.
"Yoonseo-a. Ada apa tiba-tiba kau bertanya soal itu?" Jiwon terdengar canggung dan sedikit gugup.
"Saat di rumah sakit. Aku menyadarinya. Jiwon-na, kamu menyukai Junhee, kan?"
Senyum Jiwon sedikit bergetar sebab merasa semakin gugup. "Itu, itu karena aku khawatir. Junhee adalah temanku juga kan? Aku cemas bukan karena..."
"Berhentilah berbohong. Kumohon," sela Yoonseo. Suaranya bergetar. Dia merasa hatinya perih ketika matanya kembali bertemu tatapan terkejut Jiwon.
"Yoonseo-a."
"Jiwon-na. Aku tahu. Jadi berhentilah menyangkal. Kamu memang menyukai Junhee."
"Kamu melakukannya karena aku, bukan? Karena kamu mengira aku menyukai Junhee. Karena itulah kamu menutup diri dan berpura-pura tidak memiliki perasaan untuknya. Jiwon-na, kamu tidak perlu melakukannya. Kamu tidak perlu berkorban untuku."
"Yoonseo-a. Apa sebenarnya yang ingin kamu sampaikan?" Suara Jiwon terdengar cukup serius kali ini.
"Berhentilah menolak dan berusaha menyembunyikan perasaanmu. Kamu tahu Junhee juga menyukaimu."
"Kamu mengatakan ini padaku apa karena seseorang telah menakanmu, apa..." Perkataan Jiwon segera di sela Yoonseo.
"Tidak, aku memikirkannya sendiri. Ini karena aku lelah. Karena aku memilih untuk tidak lagi kehilangan teman. Aku memutuskan memilihmu dan melupakan Junhee."
"Yoonseo-a, kamu tidak perlu memaksakan diri," tegur Jiwon. Dia khawatir.
Yoonseo tersenyum, menutupi resah dan segala sakit hatinya. "Sudah tidak apa-apa. Karena aku sudah melupakan Junhee." Dia berusaha sangat keras, untuk tetap tegar di hadapan Jiwon, menjaga agar suaranya tidak goyah ketika dia mengatakan kalimat berikutnya. "Jiwon-na. Terimalah perasaan Junhee."
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
FanfictionMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...