Jiwon baru saja membuka pintu dan terkejut menemukan lelaki itu sudah berada tepat di depan pagar rumahnya.
Alisnya tertekuk heran. "Ko Kyungjun? Kenapa kau datang ke mari?" tanya Jiwon. Dia kembali menutup pintu pagar sebelum menghadap Kyungjun lagi. "Seharusnya kau datang ke perpustakaan," lanjutnya.
Kyungjun mengangguk-angguk. "Benar. Kita bisa pergi ke sana sekarang. Bersama," katanya, lalu tanpa peringatan langsung mengbil sebelah tangan Jiwon dan mengajak gadis itu berjalan beriringan.
Jiwon mengejrap, terkejut atas perlakuan Kyungjun. Belum terlalu jauh mereka pergi dari rumahnya, Jiwon segera menarik tangannya dari genggaman Kyungjun. Tiba-tiba merasa agak aneh. "Tidak perlu berpegangan tangan," katanya gugup, lantas merapatkan bibir, memegang ranselnya dan berlalu melewati Kyungjun yang hanya mengedikan bahu dan segera menyusul Jiwon.
Lelaki itu memasukan tangan ke dalam saku, melirik gadis yang berjalan beriringan bersamanya sesekali sampai mereka tiba di halte dan naik bus bersama menuju perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan. Langkah Kyungjun sempat terhenti di salah satu anak tangga. Dia memandang gedung yang berdiri di hadapannya dengan aneh. Ini pertama kalinya dia datang ke tempat ini untuk belajar -meski sebenarnya tidak juga. Kyungjun meringis, dia bahkan bisa menciun bau buku dari luar. Dia melakukan ini hanya untuk mendekati Jiwon.
"Hei, kau sedang apa? Ayo." Jiwon yang sudah berdiri di anak tangga di atasnya menegur, mengajak Kyungjun agar segera masuk.
Kyungjun menghela napas berat, sebelum menyusul Jiwon. Dia kembali menyelaraskan langkah mereka, bersama-sama masuk ke dalam perpustakaan yang selalu ramai oleh anak muda.
Masih ada banyak kursi yang tersisa, tapi tidak benar-benar kosong karena ada satu dua orang yang menempati. Mata Kyungjun bergeriliya, mencari meja yang benar-benar kosong. Saat dia menemukan meja di sudut ruangan dekat jendela, Kyungjun akan meraih tangan Jiwon dan mengajaknya pergi ke meja tersebut. Namun belum sampai Kyungjun menyentuh tangan gadis itu, Jiwon lebih dulu bergerak pergi, membuat Kyungjun yang kebingungan segera mengikutinya.
Di sana, sosok yang membuat Kyungjun langsung mengumpat dengan suara tertahan. "Kim Junhee sialan."
"Oh, hei. Sudah lama menunggu?" tanya Jiwon begitu mereka berada tepat di samping meja tempat Junhee duduk.
Ekspresi wajah Kyungjun sudah kepalang kesal dan tidak bisa disembunyikan. Lelaki itu langsung melontarkan pertanyaan bernada sinis sembari memandang dengki Junhee yang justru tersenyum fokus ke arah Jiwon. "Kenapa orang ini bisa ada di sini?"
Jiwon meletakan tasnya ke bangku di depan Junhee, lalu segera duduk. Dia mendongkak memandang Kyungjun dan menyahuti pertanyaan lelaki itu. "Aku yang mengajaknya. Sudah, ayo duduk." Jiwon menarik tangan Kyungjun, menuntun lelaki itu agar duduk di kursi sebelahnya. "Junhee juga berada di peringkat atas, aku meminta bantuannya untuk mengajarimu juga. Bagus bukan?" Jiwon tersenyum, berkata bangga seakan itu adalah ide brilian, tapi Kyungjun justru berdecih membuat Jiwon langsung melotot tidak terima.
"Aku hanya memintamu saja. Untuk apa kau mengajaknya juga?" Kyungjun menggeleng enggan. "Tidak, ayo pergi dari sini. Kita cari tempat lain," Kyungjun sudah mengambil ransel Jiwon dan akan beranjak pergi, tapi si pemilik ransel segera menahannya.
"Demi kebaikanmu, Ko Kyugjun. Duduk," pinta Jiwon. Nada suaranya jadi serius. "Atau kau mau aku pulang saja?"
Kyungjun mendecak kesal mendengar ancaman itu. Dia dengan terpaksa kembali duduk dan mengembalukan tas Jiwon ke tempatnya. Mempasrahkan diri serta menahan rasa kesal saat dia melihat ke depan di mana Junhee sedang menunduk menatap buku. Kyungjun mendesis saat melihat senyum miring Junhee, seolah mengejeknya.
Ekspresi Jiwon langsung kembali sumrigah karena Kyungjun termakan ancamannya. Gadis itu segera mengeluarkan beberapa buku dari tas nya dan mulai bersiap mengajari Kyungjun beberapa materi pelajaran.
Hampir satu jam telah berlalu, dan bukannya fokus pada penjelasan Jiwon, Kyungjun justru fokus pada wajah gadis tersebut. Sesekali tersenyum dan pura-pura mengangguk seolah dia benar-benar memperhatikan pelajaran ketika Jiwon bertanya padanya. Diselingi perasaan kesal ketika Jiwon mulai bertanya pendapat Junhee dan keduanya terlibat percakapan cukup lama. Kyungjun akan menarik Jiwon dan memintanya kembali menjelaskan materi yang sama, beralasan bahwa dia masih belum paham.
°•°•°
Junhee mengambil sekaleng soda yang baru saja di belinya di mesin minuman. Dia hendak menuju taman perpustakaan dimana mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan sesi belajar mereka. Dia membawakan soda yang dibelinya untuk Jiwon, dan cola untuk dirinya sendiri dan Kyungjun yang tadi menitip dengan suara memerintah tidak tahu diri.
"Pergi sebelum ini akan menjadi rumit."
Suara Kyungjun yang tiba-tiba datang menghadangnya membuat Junhee terpaksa berhenti. Dia memandang Kyungjun dengan ekspresi datar dan sorot mata tidak peduli.
"Aku datang karena Jiwon memintaku," jawab Junhee tanpa minat. Dia hendak berlalu mengabaikan Kyungjun, namun Kyungjun kembali menghadangnya, tidak membiarkannya pergi.
Kyungjun tersenyum remeh. "Bilang saja kau iri. Ini seharusnya menjadi kencan kami, tapi karena kau ikut campur, semuanya berantakan."
"Kencan?" Alis Junhee tertekuk sebelum dia mengukir senyum geli. "Bukannya 'hanya' belajar?"
Ekspresi wajah Kyungjun langsung berubah kesal lagi, tidak terima atas penekanan kata Junhee sebagai penyangkalan akan pengakuannya tentang kencan bersama Jiwon. Emosinya jadi tersulut. Dengan gerakan cepat, Kyungjun meraih kerah kemeja Junhee dan mencemgkramnya kasar. Matanya melotot marah dan penuh kecam. "Kau mau main-main denganku? Kuperingatkan lagi, segera pergi dari sini. Aku tidak peduli kau pergi ke mana, hanya pergi menjauh dari Jiwon, keparat."
Bukannya menyerah, Junhee justru tetap bersikap masa bodo, meladeni Kyungjun dengan santai. "Kau mau menghajarku? Di sini? Di perpustakaan?" tantang Junhee. Entah bagaimana dia bisa bersikap demikian, tapi Kyungjun benar-benar membuatnya cukup kesal. Lelaki ini bersikap seolah dia sudah menjadi pacar Jiwon saja. "Kalau begitu lakukan. Dan lihat siapa yang akan di depak dari tempat ini."
Cengkraman dikerah Junhee semakin erat, menandakan kemarahan Kyungjun semakin tersulut. Namun, kata-kata Junhee juga terdengar seperti ancaman tersirat. Jika sampai mereka berkelahi dan ketahuan, mereka pasti akan kena usir. Tapi bukan itu yang Kyungjun cemaskan, sebab dia lebih takut jika Jiwon tahu mereka bertengkar.
"Dasar bedebah."
Suara lain mengikuti umpatan Kyungjun barusan. Ada notifikasi yang berasal dari ponsel Kyungjun dan Junhee. Membuat mereka terpaksa menghentikan konfrontasi untuk memeriksa pesan yang baru saja dikirimkan. Pesan dari Jiwon yang berisi permintaan maaf karena dia harus pergi sebab memiliki urusan mendadak yang tidak bisa diabaikan.
Kyungjun mengeratkan genggamannya pada ponsel, kemarahannya semakin tak terbendung, namun dia berusaha cukup keras untuk mengontrol emosinya. Kyungjun melemparkan tatapan sinis ke arah Junhee yang memasang ekspresi kecewa setelah membaca pesan singkat dari Jiwon.
Kedua laki-laki itu hanya bisa pasrah.
To Be Continued
A/n
Waduh, rencananya pengen berdua doang bareng Jiwon. Eh, malah mereka yang ditinggal berdua ><
Btw, foto yang kuselipin sangat berbanding terbalik sama brantemnya mereka di part ini~
Jangan lupa komentarnya yeorebun!
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
FanfictionMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...