"Jadi, apa dia pacar Nunna?"
Pertanyaan spontan Jaewon membuat Jiwon cukup terkejut. Sementara Kyungjun justru tersenyum puas dengan senangnya.
"Sudah kubilang tadi teman sekelasku," decak Jiwon. Tapi Jaewon hanya merespon dengan kedikan bahu acuh.
Setelah perkenalan singkat itu, Jiwon mengajak mereka untuk makan di salah satu restoran naengmyeon, tapi Jaewon menolak dan mengatakan kalau ingin langsung pulang.
"Setidaknya makan dulu. Nam Ajumma tidak bisa datang hari ini, kau tidak akan bisa makan apa pun tanpa memasak," nasehat Jiwon.
Tapi, dengan entengnya, Jaewon menyahut, "aku bisa ke rumah Hyung."
Memutar bola mata malas, Jiwon menarik napas dalam-dalam. Pasrah. "Baiklah. Tapi jangan terlalu merepotkan," Jiwon berpesan, Jaewon hanya menanggapi dengan anggukan ringan sebelum mereka pergi untuk mencarikan taksi untuk Jaewon pergi.
Kyungjun yang sedari tadi tidak bersuara, akhirnya bertanya selepas Jaewon pergi. Ada sesuatu yang sedikit menganggunya. "Siapa Hyung yang dimaksud adikmu?"
Jiwon menoleh sebelum menjawab. "Donghyun."
Mendengar jawaban Jiwon, Kyungjun langsung memalingkan pandangan hanya untuk mencibir. Saat dia kembali menoleh ke arah Jiwon lagi, dia mengukir senyum lebar.
"Kau masih ingin makan naengmyeon?" tanya Kyungjun, mengabaikan pembicaraan sebelumnya.
"Ya, bagus untuk cuaca panas."
Dengan itu, Kyungjun mengambilkan helem untuk Jiwon, dengan inisiatif memasangkannya langsung untuk gadis itu. Tapi Jiwon menahan tangan Kyungjun, menghentikannya.
"Aku bisa sendiri," tolaknya.
Kyungjun menurunkan tangan Jiwon dengan hati-hati, masih dengan senyum terulas di wajahnya, dia melanjutkan, "shutt." Berhasil memasangkan helem ke kepala Jiwon, Kyungjun mengetuk pelan helem tersebut sekali. "Sudah. Ayo naik," ajaknya, naik ke atas motor dan mengenakan helemnya sendiri.
Jiwon yang sempat tertengun karena perlakuan Kyungjun, seolah ditarik dan kembali sadar oleh ajakan lelaki itu. Lantas dengan sedikit canggung mulai naik ke atas motor Kyungjun. Boncengan yang cukup tinggi membuatnya agak kesusahan, terpaksa menggunakan bahu Kyungjun sebagai tumpuan, sementara sang empuh sama sekali tidak keberatan.
Selanjutnya, Kyungjun mengendarai motornya hingga ke restoran naengmyeon dengan Jiwon duduk di boncengan motornya.
"Apa Donghyun dekat dengan adikmu juga?" tanya Kyungjun ketika mereka sudah duduk di meja restoran, menunggu pesanan yang sedang disiapkan.
Jiwon melipat kedua tanganya ke atas meja, memandangi sekitar restoran dengan sedikit tidak tidak sabaran menunggu pesanannya. Dia menoleh ketika Kyungjun mengajukan pertanyaan.
"Keluarga kami dekat, jadi ya. Bagi Jaewon, Donghyun sudah seperti kakak untuknya," kata Jiwon. "Dia tampaknya lebih senang punya kakak laki-laki dari pada perempuan." Jiwon menghela napas lesuh dan sedikit iri ketika dia bergumam.
"Kau sendiri, bagaimana kau memandang Kim Donghyun?"
Pertanyaan Kyungjun kali ini membuat Jiwon langsung memandang lurus dengan ekspresi lelah. Dia tahu arah pembicaraan ini. "Jujur saja, aku mulai bosan jika ada yang bertanya soal ini. Orang-orang tampaknya cukup salah paham mengenai hubungankun dan Donghyun."
"Kau tidak punya hubungan darah dengannya, jadi melihat bertapa akrabnya kalian, tidak heran orang-orang akan bertanya."
Jiwon mengangguk lambat-lambat. "Ya, aku mengerti. Tapi hubungan keluarga tanpa ikatan darah terkadang lebih kuat dari ikatan darah itu sendiri." Dia memandang Kyungjun dalam, sembari memikirkan apa saja yang telah dia lalui dan bagaimana Donghyun selalu ada di sana untuknya. Jiwon merasa beruntung memiliki orang seperti Donghyun di sisinya, saat keluarganya mulai berubah dan Jiwon dipaksa melihat kehancurannya, Donghyun ada di sana untuknya, tidak pernah pergi bahkan sampai hari ini.
Notifikasi dari ponselnya mengambil perhatian Jiwon, dia mengintip kakao talk, ada pesan dari Donghyun. Lelaki itu mengirimkan sebuah foto dimana dirinya dan Jaewon sedang memainkan game bersama di kamarnya. Jiwon tersenyum kecil sesaat sebelum menutup ruang obrolan tanpa membalas pesan.
Sementara Kyungjun yang sejak tadi mengawasi gerak-gerik dari gadis yang duduk di hadapannya bisa merasakan hatinya jatuh saat melihat senyum terulas di wajah Jiwon. Kyungjun tidak tahu, mana yang harus dia khawatirkan antara Kim Junhee atau Kim Donghyun. Dia tanpa sadar mengerang kala memikirkannya. Kenapa pula Jiwon bisa akrab dengan banyak laki-laki?"
"Kyungjun, hei," panggilan Jiwon membuat Kyungjun yang tengah larut dalam lamunan segera ditarik kembali ke dasar kesadaran. Lelaki itu mengejrap sembari menatap Jiwon bingung. "Pesanannya sudah datang," beritahu Jiwon, menuding semangkok naengmyeon yang sudah tersaji di atas meja tapat di hadapan Kyungjun.
"kenapa kau tiba-tiba malamun?" Jiwon menatapnya Heran. Namun Kyungjun segera menggeleng. Dia meraih sumpitnya, memberi senyum sekilas pada Jiwon sebelum menyantap mie dingin pesanannya.
Meski masih heran dengan sikap Kyungjun, Jiwon hanya mengedikan bahu dan mengabaikannya. Mengikuti Kyungjun menyantap naengmyeon miliknya sendiri.
Setelah selesai dengan makan siang mereka, Kyungjun menawarkan untuk mengantar Jiwon pulang. Meski sempat menolak, Jiwon akhirnya pasrah oleh bujukan Kyungjun yang memang cukup keras kepala. Jadi pada akhirnya, Kyungjun kembali mengendarai motornya, sekarang menuju rumah Jiwon.
"Terima kasih," ucap Jiwon, menyerahkan helem pada Kyungjun.
Mereka telah tiba di depan rumah Jiwon. Kyungjun menerima helem dari Jiwon dan mengangguk sebagai balasan. "Kau mau kujemput untuk ke sekolah besok?"
Mata Jiwon langsung membola, agak terkejut dengan tawaran yang tiba-tiba. Dia segera menggeleng juga menggoyangkan tangannya menolak. "Tidak perlu. Aku sudah cukup merepotkanmu hari ini..."
"Aku tidak merasa kerepotan," sahut Kyungjun ringan. Dia mengenakan helemnya kembali dan mulai menyalan mesin motor. Mengucapkan sesuatu sebelum pergi tanpa menunggu respon Jiwon. "Kalau begitu aku akan menjemputmu besok."
Keputusan sepihak itu membuat Jiwon agak tercengang. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa karena Kyungjun lebih dulu pergi, seolah rencananya agar Jiwon tidak bisa mengatakan penolakan. Jadi, yang bisa Jiwon lakukan hanya berdecak kesal sebelum dia berbalik, hendak melangkah menuju pintu rumahnya, tapi matanya tidak sengaja melihat Donghyun berjalan ke arahnya bersama Jaewon.
"Kau makin dekat saja dengannya." Donghyun mendengus sinis. Dia sempat melihat Jiwon bicara dengan Kyungjun sebelum laki-laki itu pergi dengan motor kerennya.
"Aku masuk duluan," pamit Jaewon. Melongos begitu saja mengabaikan Jiwon dan Donghyun yang masih bicara di luar.
"Kau sungguh ingin melupakan Junhee dan menggunakan Ko Kyungjun sebagai pelampiasan?"
Jiwon mendelik sinis karena kata-kata barusan. "Aku tidak pernah mengatakan itu. Dan berhentilah ikut campur. Kau mulai menyebalkan karena terus mengungkitnya." Jiwon merengut sebal sebelum melongos, masuk ke dalam rumahnya, mengabaikan Donghyun.
To Be Continued
A/n
Ada yang nge-ship Jiwon-Donghyun nggak sih? Cung dong🤚😆
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴʜᴄ: ᴄᴀᴛᴄʜɪɴɢ ғᴇᴇʟɪɴɢs ✓
FanficMasa-masa penuh duka itu sudah berlalu. Kini, mereka telah duduk di bangku senior, bersiap menghadapi ujian kelulusan yang sudah berada di depan mata. Namun, dalam masa-masa singkat itu, masih ada banyak cerita yang belum usai dan menunggu untuk dit...