CHAPTER 5

1.6K 238 17
                                    

Pandu's POV


Mobilku kini terparkir di pinggir jalan dekat sebuah rumah sakit ternama di ibu kota. Kuperhatikan dengan lekat setiap detail bangunan yang menjulang tinggi itu dan hiruk pikuk keramaian yang ada di sana. Aku melihat perempuan yang menyebabkan aku sampai pada tempat ini turun dari mobilnya dengan pengawalan ketat di antara wartawan yang sudah siap dengan segala perlengkapannya. Siap seperti ingin menodong sesuatu kepada Nasha. Tunggu, memangnya siapa Nasha? Mengapa wartawan itu menunggu nya? Dan, ada perlu apa Nasha di rumah sakit? Apakah ada seseorang yang penting baginya sedang sakit? Tunggu, bukankah tadi wajahnya pucat? Jangan-jangan Nasha lah yang sakit. Sakit apa dia?

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan berlalu-lalang di benakku. Aku mengkhawatirkannya, lagi. Ingin sekali kulangkahkan kaki ku memasuki gedung rumah sakit itu dan menghampiri Nasha. Memastikan apakah dia baik-baik saja atau tidak. Namun kerumunan wartawan itu kembali mengalihkan perhatian ku. Pertanyaan mengenai siapakah Nasha membuat rasa penasaran dalam diriku melebihi rasa khawatir terhadap nya.

Aku nyalakan handphone ku, ku buka google untuk mencari tahu siapa Nasha Cempaka ini sebenarnya. Tenang saja, kalian tidak perlu khawatir karena aku sudah menghubungi Pak Doni untuk menjadwalkan ulang janji temu kita, dan untungnya dia mau mengerti. Jadi aku punya banyak waktu untuk Nasha sekarang. Tunggu, untuk Nasha? Ah maksudku untuk mencari tahu tentang Nasha. Memangnya siapa dia sampai aku harus meluangkan waktu untuknya.

Kini segala informasi tentang Nasha sudah muncul di layar handphone ku. Pantas saja aku merasa tidak asing. Ternyata dia adalah seorang artis ternama ibukota. Dia yang ada di layar sedikit berbeda dengan dia yang menangis di dekapanku sore tadi. Mungkin karena polesan wajahnya. Namun kalian harus percaya, seperti yang sudah aku katakan sebelumnya bahwa dia tetap cantik meskipun dengan sembab yang ada di matanya. Mungkin kalian sedang bertanya kok bisa aku tidak mengenal artis papan atas seperti Nasha? Jadi mungkin ini saatnya aku menceritakan diriku.

Perkenalkan, aku Pandu Dinata. Usiaku sekarang 26 tahun. Terpaut 3 tahun lebih tua dari Nasha. Sebentar, apa hubungannya dengan Nasha? Mengapa aku jadi menautkan usiaku dengannya? Aneh! Aku pemilik kedai kopi kecil di sudut kota yang didatangi oleh Nasha sore tadi. Baru sekitar satu tahun aku membuka kedai kopi itu. Karena baru sekitar 2 tahun yang lalu aku memutuskan untuk hidup di Indonesia. Memangnya sebelumnya aku dimana?

Aku tinggal di swiss sejak usiaku 5 tahun dengan alasan yang belum bisa aku ceritakan kepada kalian. Nanti kalian akan mengetahuinya. Tapi nanti yaa hehe. Jadi jika kalian bertanya kenapa bisa aku tidak mengenal Nasha, ya karena aku baru hidup di Indonesia sekitar 2 tahun berjalan dan aku tidak terlalu tertarik dengan perkembangan dunia entertain, dunia dimana Nasha hidup.

Kalian penasaran tidak dengan kontrak apa yang di rusak oleh tumpahan matcha latte milik Nasha? Itu adalah kontrak persetujuan penerbitan buku baruku. Selain menjalankan usaha kedai kopi kecilku, aku juga seorang penulis. Meski tidak ada yang tau identitas asliku, karena nama yang tertera pada setiap karya yang diterbitkan, adalah nama pena, bukan nama asliku.

Harusnya sore ini aku akan bertemu dengan Pak Doni untuk menyerahkan kontrak kerjasama tersebut dan novel baruku akan segera di proses. Sudah ada beberapa karyaku yang terbit dalam 2 tahun ini. Syukurnya, tulisanku lumayan digemari sehingga aku bisa melanjutkan hidupku dan membuka kedai kopi kecil impianku. Kopi adalah aku, dan aroma kopi adalah jiwaku. Satu lagi, merangkai kata demi kata adalah hidupku.

Ah iya, kita sedang membicarakan Nasha bukan?

Aku masih setia duduk di kursi kemudi mobilku tanpa ada niatan beranjak dari sana sedikitpun. Entah apa yang menahanku, rasanya aku harus siap sedia ketika tiba-tiba, barangkali Nasha akan membutuhkan pertolonganku. Memangnya aku siapa? Nasha jelas-jelas tidak akan membutuhkan aku. Dia akan dengan mudahnya menyuruh orang untuk membantu apa saja yang ia butuhkan, jika mau. Namun sekali lagi, aku juga tidak tahu kenapa aku enggan beranjak dan melajukan mobilku dari sini.

Ternyata feelingku tepat sekali. Aku jadi tidak menyesal menunggu Nasha sambil berdiam diri di dalam mobil. Tak lama setelah aku melakukan pengecekan melalui google, aku melihat Nasha keluar dari rumah sakit itu mengendarai mobilnya. Tanpa pikir panjang, aku melajukan mobilku untuk bergegas menyusulnya. Jujur saja, aku sendiri juga bingung kenapa aku harus terus-terus mengikuti Nasha. Mungkin kalian ada yang bisa bantu jawab?

Nasha menghentikan mobilnya di suatu tempat yang sedikit sepi. Aku tidak tahu tempat apa itu, karena tempat tinggalku lumayan jauh dari sini. Kuperhatikan Nasha menghilang di balik pohon yang berada di samping bangunan besar. Lagi, lagi, dan lagi, tak henti-hentinya aku mengikutinya. Ternyata tempat itu adalah sebuah gedung kosong yang terlihat rapi. Lebih terlihat seperti markas persembunyian lebih tepatnya. Lalu, apa yang Nasha lakukan disini? Ah, dia selalu berhasil membuatku penasaran dan terus ingin tahu tentangnya.

Ingin ku ikuti dia, lebih jauh lagi. Ingin ku ketahui apa yang sedang ia lakukan disini. Ingin kutanyakan semua pertanyaan yang ada di benakku sekarang. Namu, dering telfonku membuatku harus membatalkan segala rencana itu. aku segera berbalik dan bersembunyi. Ku yakin Nasha sedang menoleh ke belakang sekarang dan mungkin saja dia curiga jika ada seseorang yang mengikutinya. Untung saja, lariku cepat. Aku segera meninggalkan tempat itu dengan membawa segudang rasa penasaranku. Sial, kenapa aku ingin tahu lebih banyak hal tentangnya?



........

Hai hai haiii. Gima ini gimana?  itu Nasha ngapain ya di gedung kosong gitu? terus itu pandu kenapa tuh tinggal di luar negeri? ortunya kemana ya kira-kira?


jangan lupa vote and comment all, happy reading!!!!

AROMA KATA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang