CHAPTER 24

1.3K 227 26
                                    

Pandu's POV


Jika harus memilih hari yang ingin aku ulang kembali, aku pasti tidak bisa memilih salah satunya. Sebab setiap hari yang sudah kuhabiskan bersamanya, adalah hari terbaik yang pernah ada. Namun jika harus memilih hari mana yang paling aku syukuri, maka hari itu adalah hari dimana aku menemukanmu diantara milyaran manusia yang hidup di muka bumi ini. Hari dimana aku akhirnya menyadari bahwa ada perasaan hebat yang datang dengan begitu sederhana hanya melalui sorot mata. Aku akan selalu mensyukuri hari itu. Pada hari itu aku menyadari bahwa ternyata ada perasaan khawatir yang diperuntukkan kepada seseorang yang bahkan kita tidak mengenal orang itu siapa. Dan aku merasakannya. Hari itu juga aku menyadari, bahwa aku jatuh cinta. Aku telah menjatuhkan hati pada wanita yang saat ini tengah terlelap dalam pangkuanku.

Sebab adanya hari itu, hubunganku dengan kedua orang tuaku menjadi membaik selama beberapa minggu ini. Perempuan itu membuatku menjadi akrab kembali dengan mereka. Dengan Mama dan Papa. Ternyata menuruti permintaan Papa tidak seburuk yang aku bayangkan. Ternyata selama ini bukan mereka yang salah, namun komunikasi diantara kita bertiga yang tidak begitu bagus sehingga menimbulkan banyak kesalahpahaman. Dan kini satu persatu aku mulai mengetahui alasan-alasan dari sikap mereka yang seringkali membuatku kecewa.

Sudah pernah aku katakan bukan, bahwa sejak umur 5 tahun, aku sudah tinggal di Swiss. Tanpa orang tuaku. Aku tumbuh tanpa mereka. Bahkan bukan mereka yang mengantarku pada hari pertama aku sekolah, bukan mereka juga yang menyambutku di hari kelulusan ku sebagai sarjana. Dulu, aku mengira, mereka memang tidak peduli terhadapku. Mereka hanya peduli dengan bisnis dan perusahan mereka saja. Mereka sibuk dengan pekerjaan sampai-sampai mereka lupa bahwa ada aku yang membutuhkan perhatian mereka. Sekarang aku menjadi sangat bersalah ketika mengetahui fakta dibaliknya. Ternyata mereka melakukan itu demi aku, demi keselamatanku.

Waktu itu Papa secara tidak sengaja terjebak dalam suatu kontrak kerjasama yang tidak sehat. Segala ancaman diberikan kepada Papa dan Mama apabila mereka tidak berhasil menjalankan proyek itu sesuai dengan apa yang dimau dengan rekan bisnisnya. Mau tidak mau Mama dan Papa harus menyelamatkanku terlebih dahulu dan membawaku untuk tinggal di Swiss bersama nenekku. Tidak ada yang lebih penting selain keselamatanku, katanya. Kemudian ketika semuanya sudah membaik, aku sudah terlanjur larut pada kekecewaanku, yang menganggap mereka jahat terhadapku. Jadi seperti itulah hubungan kami sampai akhirnya dia, membuatku menerima permintaan papa untuk meneruskan perusahaannya.

Yang aku takutkan sejak dulu adalah, Papa akan menuntutku untuk seperti apa yang dia mau. Ternyata tidak, dia hanya ingin usaha yang sudah ia perjuangkan dengan susah payah harus berakhir begitu saja. Aku awalnya khawatir Papa tidak mengizinkan aku untuk tetap menjadi seorang penulis. Ternyata Papa adalah salah satu orang yang menggemari setiap karya-karyaku. Meski tak ku cantumkan namaku pada setiap karya itu, namun dia tetap tahu bahwa itu adalah tulisan-tulisan anak semata wayangnya.

Karena pertemuan ku dengan perempuan yang saat ini sedang lekat kutatap, aku jadi merasa semua akan berjalan baik-baik saja. Dunia tidak sejahat yang aku kira sebelumnya. Karena pertemuanku dengan perempuan itu, kini aku kembali merasakan bagaimana hangatnya keluarga. Dan akan kupastikan, perempuan ini juga akan merasakannya. Perempuan ini juga harus merasakan bahagia melebihi bagaimana bahagia yang aku rasa. Sejak pertemuan itu, aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa bagaimanapun jahatnya semesta, akan ku pastikan untuk selalu menggenggam erat tangannya melalui hiruk pikuk riuhnya dunia.

Aku bahagia sekali saat ini. Mengetahui fakta bahwa ternyata perempuan ini juga memiliki perasaan yang sama kepadaku. Perasaanku terbalas, meskipun aku juga tahu ada sesuatu yang ia takutkan tentang kita. Tak apa, untuk saat ini, mengetahui bahwa dia juga menyayangiku sudah cukup untuk aku yakin bahwa segala terjal dapat aku lalui selama itu bersama dia. Apapun itu yang membuatnya ragu, akan ku usahakan semua itu menjadi angin lalu. Akan ku usahakan itu.

Kini, tangan perempuan itu masih enggan melepas tanganku, meski dalam keadaan tertidur sekalipun. Mungkin setelah menangis cukup lama membuatnya menjadi lelah. Tenang sekali rasanya melihatnya terlelap seperti ini. Setidaknya, ketakutan-ketakutan yang dia khawatirkan, kina tidak dia rasakan. Semoga dalam lelapnya, hanya mimpi indah yang dia temukan. Meskipun dalam benak ku masih menyimpan banyak tanya, apa sebenarnya yang dia sembunyikan dariku.

"Ada apa dengan masa lalu mu, Na? apa yang sudah terjadi sampai-sampai untuk mencintai orang lain saja kamu merasa takut?" tanyaku dalam hati.

Namun aku tetaplah manusia biasa yang terus memiliki rasa penasaran. Akhirnya kuputuskan untuk menghubungi Syena. Aku yakin Syena tahu tentang apa yang tengah terjadi kepada Nasha. Waktu masih menunjukkan pukul delapan malam. Kurasa masih tak apa untuk menemui Syena. Nasha sudah tertidur lelap. Sudah ku pindahkan dia di tempat tidurku yang ada di lantai satu. Dan untungnya dia tidak terbangun. Syukurlah Syena mau menemuiku. Akan ku coba mencari tahu tentang Nasha melalui Syena. Semoga aku menemukan jawabannya.

"Aku tinggal sebentar ya sayang." Ucapku pelan sambil mengusap lembut kepala Nasha yang tengah tertidur lelap.

Aku sudah bersama Syena sekarang. Kita bertemu di sebuah kafe yang tak begitu jauh dari markas rahasia milik Nasha. Mau bagaimanapun aku tetap tidak tega meninggalkan Nasha sendirian di sama. Ketika terbangun pun, aku yakin dia akan mencariku dan akan khawatir ketika aku tidak ada.

"Maaf ya Syena, saya mengganggu waktu istirahatmu." Kataku membuka obrolan diantara kita.

"Gapapa Pandu, sans aja. Lo gue aja manggilnya. Biar gak kaku-kaku amat." Syena tampak begitu asik. Aku bersyukur Nasha bersama orang seperti Syena selama ini.

"Langsung saja ya Syen, gue mau tanya soal Nasha."

"Oiya, btw Nasha lagi dimana sekarang? Dari tadi dia gak bales chat gue." Tanya Syena sedikit khawatir.

"Dia udah tidur, di markas. Dari siang sama gua. Tadi dia dateng-dateng nangis. Gue gak tau dia kenapa. waktu gue tanya, dia gak mau jawab." Kataku menjelaskan. Syena manggut-manggut menandakan bahwa dia mengerti dengan yang aku ucapkan.

"So, jadi apa yang mau lo tanyain? Sebenarnya gue gak ada hak buat nyeritain tentang dia. Tapi gue harap dengan yang gue lakuin ini, bisa bantu dia. Gue Cuma pengen dia bahagia." Kata Syena.

"Gue, sayang sama Nasha. Mungkin sejak pertama kali ketemu dia gue udah jatuh cinta. Hari ini akhirnya gue beranikan diri untuk menyatakan perasaan gue ke dia. Gue seneng banget karena ternyata dia juga memiliki rasa yang sama ke gue. Tapi, dia bilang. Dia takut kalau nantinya gue bakalan terluka. Gue gatau kenapa dia bilang gitu. Apa ini soal Kakaknya?" aku menjelaskan kepada Syena. Syena tampak berpikir sejenak sebelum kemudian dia menjelaskan semuanya. Semua tentang masa lalu Nasha.




.............

Sudah siap?

AROMA KATA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang