CHAPTER 13

1.3K 210 18
                                    

Pandu's POV

Lift itu bergerak begitu cepat, Na. Dan dalam waktu yang begitu singkat itu, aku harus memikirkan apa yang harus aku lakukan. Haruskah aku menyapamu meskipun ponsel itu masih setia di telingamu. Atau, lebih baik aku juga diam saja? Namun kita tak tahu Na, apakah kita bisa bertemu kembali atau tidak. Menurutmu aku harus bagaimana, Na?

Aku memang se cupu itu ternyata. Ketika pintu lift terbuka tepat di lantai 5, aku baru berani memanggilmu.

"Nasha" panggilku.

Kamu mendengarku Na, tapi kenapa kamu seperti mengabaikan aku? Apakah mungkin kamu tidak mendengarnya? Aku rasa suaraku cukup keras untuk kamu sekedar mendengar panggilan dariku. Namun kamu tetap berlenggang pergi tanpa sedikitpun melihat kearahku.

Pintu lift itu tertutup kembali. Aku menunduk lesu dalam kekecewaanku. Harusnya aku memang tidak boleh berharap kan? Memangnya siapa aku berharap kamu mengingatku. Kamu kan seorang artis papan atas na, mana mungkin kamu memperdulikan aku yang bukan siapa siapa ini. Benar seperti itu kan Na?

Kini aku sudah berada diruangan yang tak begitu besar bersama Pak Doni dan satu orang lainnya yang aku belum kenal.

"Jadi begini pandu, langsung saja ya?" kata pak doni membuka obrolan.

"Ini mas Leo, kebetulan dia adalah seorang composer salah satu label musik." Lanjut pak doni.

"Pandu, mas." Aku memperkenalkan diriku sambil mengulurkan tanganku untuk menjabat tangannya.

"Jadi Pandu, Mas Leo ini ingin mengajakmu bekerja sama. Kebetulan dia meminta saya untuk mencarikan penulis yang sekiranya bisa membantunya untuk menulis lirik lagu. Hanya liriknya saja. Nanti dia yang mencari nadanya. Kebetulan saya merekomendasikan kamu. Saya juga sudah menjelaskan ke mas leo kalau kamu itu tidak mau menggunakan identitas asli, dan dia setuju untuk mencantumkan nama penamu saja. Bagaimana pandu?" pak doni menjelaskan.

Aku sedikit terkejut dengan tawaran itu. Masalahnya ini adalah hal baru bagiku. Aku khawatir bahwa ternyata aku nantinya mengecewakan mereka.

"Jadi gimana pandu? Jika kamu tertarik kita bisa mulai kerjasama itu secepatnya. Kamu bebas menuliskan lirik apa saja. Nanti akan saya pilih mana yang bisa saya buat musiknya. Gimana?" Mas Leo menambahkan.

Aku masih tampak berpikir dan mereka berdua memahami itu.

"Gimana ya mas, saya takut mengecewakan." jawabku jujur.

"Ah kan belum dicoba. Saya sudah membaca sekilas buku buku karyamu, dan saya suka pemilihan pemilihan katanya." kata Mas Leo.

"Terima kasih mas, tapi beneran saya gak yakin soalnya saya belum pernah mas." jawabku lagi.

"Gak papa dibawa santai saja. Anggap saja kamu sedang berpuisi. Nanti jika kamu menyetujuinya, kemungkinan lagu lagu ini akan dibawakan oleh Nasha Cempaka sebagai album barunya."

Deg

Aku terkejut. Sungguh terkejut. Mendengar namamu membuatku sangat sangat terkejut.

Tulisanku akan kamu bawakan sebagai lagu lagu mu nanti, Na. Membayangkannya saja aku tidak bisa. Aku seperti sedang bermimpi sekarang. Aku harus bagaimana, Na?

"Jadi gimana pandu? Mau dicoba?" kata Pak Doni membuyarkan lamunanku.

"Ah maaf, baik Mas Leo, saya terima tawarannya. Tapi dengan syarat identitas saya harus tetap disembunyikan. Untuk nama yang dicantumkan nanti, bisa menggunakan nama pena saya. Bagaimana?" setelah mendengar namamu, aku tak ragu sedikitpun Na. Barangkali ini adalah jalanku untuk menuju kepadamu.

"Okee deal?" Mas Leo tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk mengajak ku bersalaman.

"Deal" jawabku mantab, sambil menerima uluran tangan itu.

AROMA KATA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang