CHAPTER 48

1.4K 206 29
                                    

Pandu's POV


Malam sedang menampilkan langitnya yang indah. Tidak ada awan mendung yang menutupinya. Bintang bertebaran menemani bulan purnama yang bersinar begitu terang. Mereka seakan tengah menemani kebahagian yang sedang aku rasakan saat ini. Saat tengah terduduk di teras rumah sambil menunggu Nasha yang tengah bersiap di kamarnya. Sebagaimana yang sudah aku rencanakan, hari ini aku ingin memberinya sebuah kejutan. Jika pada malam-malam sebelumnya Nasha mungkin masih diselimuti ragu, pada mala mini akan aku tunjukkan kepadanya bahwa bersamaku segala bahagia akan aku usahakan untuknya.

Setelah lima belas menit menunggu akhirnya kulihat Nasha yang berjalan mendekat ke arahku. Gaun sederhana berwarna coklat muda terlihat serasi dengan pakaianku yang serba hitam. Seperti biasa, Nasha selalu cantik dengan apapun yang melekat pada tubuh mungilnya. Tas kecil berwarna coklat tua dengan heels yang tidak terlalu tinggi berwarna senada, membuatnya begitu mempesona. Tak ada sedikitpun berkurang rasa kagumku terhadapnya setiap kali aku melihat dia. Semakin hari aku hanya semakin tidak sabar menunggu dirinya menjadi seorang Nyonya Pandu Dinata.

"Sudah siap tuan putri?" Tanyaku seraya berdiri menyambut kedatangan putri cantik dengan senyum yang sudah merekah di kedua bibir kami.

"Sudah tuan." Jawab Nasha yang kemudian membuat kami tertawa bersama.

Jalanan malam ini sedikit ramai namun tidak sama sekali tidak menghambat mobilku yang kulajukan dengan kecepatan sedang. Lampu-lampu kota menyala menghiasi setiap jalanan yang saat ini kebanyakan dipenuhi oleh muda mudi yang ingin sekedar menghabiskan waktu bersama. Mungkin diantaranya ada yang sama denganku, membawa orang terkasih nya untuk menunjukkan bahwa cinta yang kita punya memang memang benar adanya.

"Sayang, kita mau kemana?" Tanya Nasha memulai percakapan diantara kita berdua.

"Rahasia sayang. It's kinda surprise for you." Jawabku sambil tersenyum ke arahnya.

"Ih apaan si, surprise-surprise segala. Aku jadi penasaran ini." Nasha menyampaikan rasa penasarannya.

"Gak jauh kok sayang, sebentar ya." Kataku.

Kutatap sekilas wajah Nasha. Entah mengapa aku melihat sedikit raut tidak tenang yang terpancar dari wajahnya. Dia tersenyum, terlihat bahagia. Namun ada satu ekspresi yang aku sendiri sulit mengartikan itu apa. Namun aku kesampingkan perasaan-perasaan buruk itu. Mungkin itu hanya sekedar perasaan ku saja.

Mobil yang kami naiki kini telah terparkir di sebuah hotel bintang lima yang ada di pusat kota. Bangunan klasik yang megah dilengkapi lampu-lampu yang tertata dengan begitu apik menambah nuansa cantik pada gedung ini. Nasha sedikit terkejut ketika menyadari aku membawanya ke tempat ini.

"We will have a dinner here, so let me hold your hand, cantik." Kataku sambil mengulurkan tanganku untuk menggenggam tangannya. Nasha tersenyum dan menerima uluran tanganku dengan tanpa terpaksa.

Langkah kita berjalan beriringan melewati setiap inci lobi hotel yang tersaji sebelum akhirnya kita memasuki sebuah lift untuk menuju pada lantai tertinggi gedung ini. Kedua mata cantik milik Nasha membola sempurna ketika lift terbuka menampilkan sebuah meja bundar dengan dekorasi serba putih yang ditata dengan begitu cantik oleh pelayan yang memang sudah aku pesan sebelumnya. Beberapa lilin yang sudah menyala ikut serta menghias bersama beberapa bunga mawar berwarna senada dengan dekorasi sekitarnya, membuat nuansa pada rooftop hotel itu terlihat begitu cantik dan romantis.

"Silahkan duduk tuan putri." Kataku yang sedang membantu Nasha duduk di kursi yang sudah kupersiapkan.

"Terima kasih, sayang." Katanya seraya menampilkan senyum cantiknya.

Tepat ketika kita berdua duduk sempurna, seorang pelayang datang bersama beberapa makanan dan kue matcha yang terlihat begitu cantik. Kue kesukaan Nasha. Dengan telaten pelayan itu menata satu persatu menu pada meja yang memisahkan aku dan Nasha. Kegiatan yang dilakukan oleh pelayan itu tak sedikitpun mengganggu perhatianku yang kini sepenuhnya tertuju untuk Nasha. Tak ada hal yang lebih menarik selain kehadirannya di hadapanku saat ini.

Kutatap lekat kedua bola mata cantik itu. Ku kagumi setiap inci keindahan yang Tuhan hadirkan pada wajah cantik itu. Dan pada saat itu pula, aku menyadari bahwa memang ada ekspresi berbeda yang tengah berusaha disembunyikan oleh Nasha. Ada apa sebenarnya?

Pada sorot matanya tak terpungkiri aku menangkap binar bahagia disana. Namun pada bagian lainnya, aku seperti dapat membaca bahwa ada kekhawatiran dan kesedihan yang sedang dirasakan oleh Nasha. Dan lagi-lagi, aku memilih untuk mengabaikannya dan fokus pada momen yang akan kita nikmati malam ini.

"Kamu happy sayang?" tanyaku sambil berusaha menggenggam salah satu tangannya yang berada di atas meja.

"Happy dong. Makasih ya sayang, padahal kamu gak perlu lho mempersiapkan ini semua." Jawabnya sambil berusaha menampilkan senyuman paling cantik yang dia punya.

"Gak nyangka ya sayang, minggu depan kita akan menikah." Aku mencoba menyampaikan rasa bahagiaku.

"Iya, semuanya begitu cepat berlalu." Nasha menimpali ucapanku.

"Aku bahagia sekali akhirnya kita akan sampai pada tahap itu. Terima kasih ya sayang, untuk tidak meninggalkan aku dan memilih aku sebagai akhir dari pencarianmu."

Apa yang aku katakan adalah benar. Tak ada niat sedikitpun untuk merayu. Aku hanya sedang menyampaikan betapa aku bersyukur atas hadirnya di kehidupanku. Aku hanya sedang mengutarakan bahwa aku memang sangat bahagia ketika menyadari akhir dari perjalanan kita, kita akan bersama.

"Terima kasih juga, sayang." Nasha menjawabku. Lagi-lagi dengan senyuman cantiknya, namun raut wajah yang menjadi pertanyaanku sejak tadi juga tak kunjung hilang dari sorot matanya.

"Sayang, I do really love you." Aku mengecup singkat tangan Nasha yang sedari tadi aku genggam.

Ku keluarkan sebuah kotak berwarna hitam yang sedari tadi aku simpan di saku jas yang aku kenakan. Kubuka kotak itu perlahan. Menapilkan sebuah kaling indah berbentuk lambing invinity dengan beberapa permata cantik yang menghias di sekitarnya. Nasha kembali dibuat terkejut ketika melihat kalung cantik itu. Akan tetapi tak ada satu patah kata pun yang ia sampaikan. Dia hanya diam sembari mengagumi keindahan kalung itu. Padahal, dia berkali-kali lebih indah dari kalung sederhana itu.

"My future wife Nasha, let me bring you all of happiness. The infinity of happiness." Kataku sembari mendekatkan kalung itu kepada Nasha. Biarkan dia melihat kalung itu lebih jelas.

"Izinkan aku pakaikan kalungnya ya?" Tanyaku. Dan Nasha mengangguk pertanda setuju.

Perlahan ku pasangkan kalung itu pada leher Nasha. Harus semerbak parfum nasha masuk kedalam indra penciumanku.

"I love you, Na. and I always do." Kataku berbisik tepat pada telinganya ketika kalung yang aku berikan sudah sempurna terpasang.

Kulihat tubuh Nasha sedikit bergetar. Dia menangis. Mungkin karena dia sedang terharu? Atau mungkin karena hal lain? Aku juga tidak tahu. Setelah aku kembali pada posisi dudukku, Nasha meminta izin untuk ke toilet dan meninggalkan aku. Aku persilahkan dia. Mungkin dia butuh waktu untuk membereskan air matanya.

10 menit berlalu aku masih diam saja. 20 menit berlalu aku masih mencoba berpikir bahwa memang Nasha masih butuh waktu untuk merapikan dirinya. Namun kemudian satu jam berlalu, dan tak kudapati Nasha kembali kepadaku. Dia pergi. Dia meninggalkan aku, lagi.






........

deg deg deg deg deg serrrrrrr

AROMA KATA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang